Menengok Sebuah Keindahan Abadi di Bumi Kalwedo
Zavira Ika Rahmania 4 Juni 2018Hallo semuanya :)
Salam kenal, aku Zizi, Pengajar Muda Angkatan XVI penempatan Maluku Barat Daya. 20 hari sudah aku dan ketujuh teman sepenempatanku menginjakkan kaki di Bumi Kalwedo, bagian kecil tanah air Indonesia yang kaya akan kebaikan dan keramahan masyarakat lokalnya, kaya akan budaya dan toleransi beragama, kaya akan keindahan alam yang belum terjamah oleh kebanyakan tangan-tangan usil manusia.
Mengingat kami masih berkumpul di kabupaten, belum ke pulau dan desa masing-masing, sering kami lalui saat-saat menatap jauh ke depan, melayang dalam pikiran tentang satu tahun di depan mata yang bukan hanya untuk diri kami sendiri. Satu tahun waktu kami yang akan kami sediakan untuk anak-anak dan masyarakat di sekitar kami. Satu tahun bersama kebaikan-kebaikan yang terus tumbuh dan berkembang dari berbagai arah. Satu tahun yang sesungguhnya menjadi pembelajaran untuk diri kami terlebih dahulu. Satu tahun tentang harapan-harapan dalam hati kecil kami dan juga harapan-harapan anak-anak didik kami.
Bicara tentang kebaikan-kebaikan yang terus mengalir, maukah kalian kuceritakan sebuah keindahan abadi di tengah garis batas laut dan daratan Pulau Moa? Semua berawal dariku dan ketujuh temanku yang berusaha menengok ke belakang, memandang lurus searah punggung kami yang bertuliskan Indonesia Mengajar. Menyelami perjalanan Pengajar Muda Angkatan XIV Maluku Barat Daya satu tahun terakhir.
Perlu diketahui bahwa ruang lingkup kami, Pengajar Muda, untuk 'bertumbuh' tidak hanya di desa penempatan, tetapi hingga lingkup kabupaten. Dan hari ketiga kami berada di sini, untuk pertama kalinya kami dipertemukan dengan manusia-manusia keren yang selalu bersedia memberikan diri mereka seutuhnya untuk orang-orang di sekitar mereka. Terutama untuk manusia-manusia terpolos di bumi Allah. Siapa lagi jika bukan anak-anak. Ya, manusia-manusia keren yang mengisi warna-warni kehidupan Kakak-kakak kami satu tahun ke belakang. Memberikan pelajaran tersendiri yang tidak didapatkan di tempat lain.
Jadi, melalui sebuah wadah yang dinamakan Forum Kalwedo Peduli Pendidikan (FKPP), manusia-manusia keren ini dipersatukan. "Tidak peduli dari latar belakang pendidikan dan pekerjaan apapun, semua yang mau peduli dengan pendidikan, mari bergerak bersama kami", sebuah ajakan tulus yang disampaikan oleh mereka sendiri. Terbukti dari komposisi tim kerja mereka yang terdiri atas kepala instansi bidang pertanian, guru-guru, dokter, PNS, hingga polisi.
Tidak tanggung-tanggung kebaikan-kebaikan yang telah dan (semoga) akan terus mereka tebarkan. Mengoordinir pelaksanaan Olimpiade Sains Kuark (OSK) hingga tingkat kabupaten, yang tentunya tidak mudah untuk wilayah Maluku Barat Daya dengan kondisi geografis kepulauan yang sangat menantang. Bersyukur ada Kak Eda yang rela mengerahkan tenaga dan waktunya untuk mengurus ini itu.
Menyediakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Desa Klis, Desa Pati, dan sekitarnya melalui kegiatan belajar Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan kewarganegaraan juga menjadi 'makanan' rutin forum ini. Tidak ketinggalan pula pembelajaran seru mengenai desain grafis yang dibimbing langsung oleh sang ahli, Kak Paul, seorang polisi yang rela menukarkan hidupnya beberapa tahun terakhir ini untuk kebahagiaan anak-anak hingga ia menyebut mereka sebagai "Pelangi Kalwedo".
Memahami betapa pentingnya kesehatan anak-anak juga membuat Kak Egi, seorang dokter umum di RS Bergerak Tiakur, membagikan ilmu yang ia miliki agar mereka setidaknya berusaha memperhatikan kesehatan mereka. Adanya masyarakat yang belum mampu mencapai tahap kelulusan jenjang SD, SMP, dan SMA, juga menggerakkan Kak Lita, guru SMK Tiakur, untuk memfasilitasi mereka melalui bimbingan belajar dan ujian paket A, B, C. Sebagai variasi kegiatan pembelajaran untuk anak-anak, tidak lupa pula Kak Aditya, seorang polisi muda, mengajak mereka berlatih baris-berbaris.
Tidak hanya itu, melihat mirisnya Desa Toinama yang hanya ditinggali oleh sekitar 30 keluarga dan mayoritas anak-anaknya belum mendapatkan pendidikan yang layak, manusia-manusia keren ini lebih memilih berbuat sesuatu daripada menunggu orang lain bertindak. Yak, sejak bulan Oktober tahun lalu, mereka mulai mengadakan PAUD Toinama, mengajar membaca, menulis, dan berhitung untuk anak-anak di sana. Ada juga Kak Chossy, Pak Oyang, Kak Yanto, dan Kak Amma yang turut terlibat aktif. Mimpi besar mereka satu, bagaimana agar pendidikan di Maluku Barat Daya (termasuk di pulau-pulau kecil di luar Pulau Moa) bisa sama-sama layak, setara.
Salut sekali melihat ketulusan manusia-manusia keren seperti mereka. Selama ini kita sering menemukan manusia-manusia yang mirip dengan mereka di kota-kota besar atau wilayah yang sudah cukup maju lainnya. Berkat kemudahan akses komunikasi, transportasi, keuangan, dsb, tidak terlalu sulit bagi mereka menginisiasi wadah positf yang mereka inginkan. Bisa jadi hanya terhambat oleh kesibukan orang-orang di perkotaan.
Namun, di sebuah kabupaten baru yang akses ke sini dan hidup di sini butuh perjuangan dalam beberapa hal, bagiku mereka termasuk salah satu keindahan abadi. Semangat, ketulusikhlasan, dan kepedulian yang benar-benar terpancar dari diri yang berawal dari hati mereka untuk kebaikan anak-anak, bukan hanya bagai lilin yang dinyalakan di tengah sebuah ruangan gelap. Bagiku mereka juga bagai bulan yang menerangi dan merekahkan senyum di Bumi Kalwedo. Semoga harapan-harapan mereka untuk kebaikan anak-anak Maluku Barat Daya terus tumbuh dan bermekaran dengan aksi nyata selanjutnya. Ganbatte FKPP!
Tiakur, 23 Mei 2018
ZIR
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda