Saudara Seperantauan
Aditya Erlangga Putra 26 Mei 2018
Pulau Bale, 20 Juni 2018
Perjalanan hari kedua safari ramadhan PM Aceh Singkil agak padat. Kami harus menuju tiga tempat, Desa Ujungsialit tempat Jems mengajar, kemudian ke Haloban sebagai ibukota kecamatan Pulau Banyak Barat, dan Pulau Bale sebagai tempat beristirahat debelum kembali ke kabupaten. Dari pagi kami sudah bersiap untuk meninggalkan desa Sukamakmur. Pun kami membawa perbekalan untuk buka puasa karena berjaga-jaga bila nanti tak sempat memasak. Perjalanan pertama ialah ke Haloban, disana kami bertemu Pak Ikhsan selaku Ketua PGRI di Kecamatan Pulau Banyak Barat. Dari perbincangan yang terjalin sangat terlihat bajwa Pak Ikhsan sangat mendukung program Indonesia Mengajar. Bahkan kalau bisa personilnya ditambah, pun beliau pernah menghubungi pihak Senbawers untuk mengusulkan penambahan personil PM guna mengajar sekolah yang ada di Haloban. Sang Bapak juga terus mengingatkan kami untuk tetap tulus mengabdi untuk negeri, pengalaman beliau menerima GGD ialah mulau lunturnya semangat dan idealisma para guru tersebut. Selain ke Pak Ikhsan kami juga mampir ke kediaman salah seorang guru yang mengajar di desa Ujung Sialit. Kami akhiri perjalanan dengan sholat dhuhur di masjid yang ada di Haloban. Dan rasanya sungguh luar biasa karena masjid begitu penuh sesak oleh para jemaah baik laki-laki maupun perempuan. Sungguh ramadhan baik yang memberikan pengalaman baru bagiku.
Selanjutnya kami menuju desa Ujung Sialit tempat Jems mengajar dan menempa diri. Dari awal kami menghentakkan kaki di dermaga, sangat terasa bahwa Ujungsialit sangatlah ramai dan padat penduduk. Banyak warung buka, pemuda yang duduk-duduk di depan dan para pemudi yang bercengkerama. Dan anak-anak yang berlarian dan bermain kesana kemari. Pertama kami mengunjungi SD Ujungsialit. Cukup memprihatinkan melihat kondisi yang ada. Ada beberapa kelas yang tak berbangku, sehingga bisa dibayangkan bahwa dalam proses belajar mengajar mereka duduk di bawah. Padahal SD Ujungsialit merupakan sekolah dengan jumlah siswa terbesar diantara penempatan kami, sehingga jumlah dana BOS yang mereka terima pun juga lebih besar diantara yang lain. Tentu ada yang salah dengan tata kelola sekolah apalagi tentang penggunaan dana BOS yang dipegang oleh Kepala Sekolah. Tapi pergantian tahun ini akan ada perombakan kepemimpinan kepala sekolah, sehingga semoga perubahan akan semakin terlihat nyata. Di Ujungsialit kami pun bertemu dengan Pak Gecik dan Ibu Pendeta. Saat bertemu Ibu Pendeta, beliau ternyata juga puasa. Bu Pendeta pun memberikan pandangan terkait kasus bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya, bahwa kejadian tersebut ialah oknum saja. Karena setiap agama mengajarkan perdamaian dan kebaikan. Pun sebagai manusia sudah menjadi kewajiban untuk berbuat baik tanpa memandang beda agama, ras, warna kulit, ataupun bahasa kita. Sungguh seru berbincang dengan ibu pendeta, namun karena keterbatasan waktu sehingga kami harus pamit untuk segera bergegas menuju ke pulau sebelah, Pulau Bale.
Di Pulau Bale, kami bertemu dengan kawan-kawan daei Nusantara Sehat, serta seorang anggota TNI AL yang berasal dari Blora. Kami pun berbincang hangat dengan menggunakan bahasa jawa. Senang dan nyaman rasanya bisa bertemu saudara seperantauan. Berbagi kisah tentang program, latar belakang, serta pengalaman selama di tanah perantauan. Karena kami tiba kurang dari sejam untuk berbuka puasa, jadilah kami makan bersama dengan kawan baru kami. Menunya mungkin sederhana, tapi terasa lebih istimewa karena kehangatan sambutan yang kami terima. Gelak canda dengan bahasa jawa menjadi bumbunya. Merasa bersyukur karena tidak sendirian di tanah perantauan. Dan menemukan banyak kawan baru yang sama-sama memajukan Indonesia dengan lapangan pekerjaan dan bidang yang berbeda. Tapi dengan kasat mata tampak bahwa negara ini masih mempunyai masa depan yang cerah. Masih banyak orang baik yang benar-benar memikirkan kemajuan bersama, bukan dari golongan mereka saja. Biarlah pemberitaan diluar sana mengabarkan tentang kekhawatiran masa depan bangsa, tapi kami disini sungguh optimis bahwa aksi dan kerja nyata akan membuktikan bahwa Indonesia tetap Jaya karena ada sosok-sosok tak berpangkat dan tak dipedulikan namanya dikenal luas atau tidak, mereka terus bergerak dan bekerja memajukan Indonesia.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda