Jadilah Terang

Aditya Erlangga Putra 26 Mei 2018
Safari Ramadhan Day 1 Sukamakmur, 19 Mei 2018 Pada ramadhan kali ini kelompok Aceh Singkil mengadakan safari ramadhan untuk saling mengunjungi desa Pengajar Muda satu sama lain. Selain untuk merekatkan hubungan, juga sebagai ajang refleksi masing-masing untuk mensyukuri apa yang sudah ada di desa. Perjalanan pertama kami menuju desa Sukamakmur yang terletak di Kecamatan Pulau Banyak Barat. Untuk menuju kesana kami harus melalui jalur laut. Dan berganti dua kapal selama kurang lebih 7 jam perjalanan. Perahu pertama kami beranjak dari Kota Kabupaten Singkil menuju Pulau Bale selama 4 jam. Setelah itu dari Pulau Bale kami harus menyewa perahu lagi untuk ke Pulau Sukamakmur. (Ya karena di Aceh Singkil terdapat beberapa kepulauan, dan antara satu pulau yang lain harus menggunakan perahu yang berbeda). Sebenarnya ada perahu dari Singkil langsung menuju Sukamakmur, tapi hanya ada pada hari minggu. Sedangkan kami memiliki agenda lain yang harus dikejar. Perjalanan dari Pulau Bale ke Pulau Sukamakmur kami tempuh selama dua jam, pemilik perahu ialah Pak Imam masjid di Sukamakmur ditemani anaknya yang masih duduk di kelas 8 SMP. Serta ada Pak Kemri kawan Yulia yang sangat membantu kami selama perjalanan. Ombak menderu, birunya laut, dan juga Pak Imam yang sambil menagkap ikan menjadi kawan manis selama perjalanan. Aku sendiri sebagai anak darat mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman baru selama sehari perjalanan. Sekitar jam 6 kami tiba di desa Sukamakmur. Disambut Jems di depan sekolah dan Yulia yang sibuk memasak untuk menu berbuka kami. Desa Sukamakmur ini desa yang baru dibuka sepuluh tahun yang lalu. Terdiri dari sekitar 40an KK. Murid sekolahnya pun hanya 30an dari kelas 1 hingga 6. Dan yang spesial kali ini ialah PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) sedang rusak dua bulan terakhir. Sehingga kondisi desa sedang gelap gulita. Ada rumah yang memiliki genset, sehingga bisa mendapat penerangan. Itupun bisa dihitung dengan jari. Setelah sholat magrib, dengan kondisi gelap gulita aku terlibat perbincangan dengan Pak Kemri yang juga sebagai Imam, muazin, dan termasuk orang berpengaruh di desa. Kami berbincang soal listrik, jamaah masjid, sekolah, kegiatan warga. Hingga ada kalimat yang terlontar dari Pak Kemri yang bilang "Ya makanya saya bertahan disini Pak, karena saya bisa bermanfaat untuk warga desa. Dari pada saya ke kota, bingung nyari kerjaan paling ujung-ujungnya jualan" hal tersebut lah yang menampar keras diriku sendiri. Bahwa masih ada orang baik yang berbuat baik demi tujuan yang lebih baik. Dengan keterbatasan fasilitas desa, akses yang susah, pun juga katakanlah imbalan materi yang tak seberapa. Tapi Pak Kemri yang usianya masih sebaya, masih bisa berfikir sejernih dan setulus itu. (Pun aku masih bergetar dan berkaca-kaca menulis ini) Lagi dan lagi aku diingatkan niat awal ikut Gerakan Indonesia Mengajar. Bukan untuk menjadi pihak yang mengutuk kegelapan, tapi menjadi lilin untuk menjadi terang. Sekecil apapun kontribusinya, mudah-mudahan yang penting bisa berguna dan bermanfaat. Apakah ia harus berada di tempat gelap untuk bisa mengagumi terang. Apakah harus berjauhan agar bisa menghargai kedekatan. Terimakasih Pak Kemri dan Desa Sukamakmur yang telah mengingatkan (lagi dan lagi). Bahwa sebaik-baiknya manusia ialah yang bisa bermanfaat bagi sesamanya. Sudah setengah perjalan, sudah semakin banyak cerita yang tersampaikan. Dan sudah menapakkan satu kaki untuk bisa bilang "setahun mengajar, seumur hidup terus belajar"

Cerita Lainnya

Lihat Semua