Bersama Kasih Ibu, Wujudkan Pendidikan yang Layak untuk Semua

"A mother’s love is the fuel that enables a normal human being to do the impossible." – Marion C. Garretty

Setiap ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Dalam setiap kata dan tindakannya, kasih ibu hadir tanpa batas, melampaui apa pun yang dapat diukur. Kasih itu mampu menghangatkan udara dingin akhir tahun, menjalar ke hati siapa saja yang melihatnya.

Di berbagai pelosok negeri, bersamaan dengan langkah Pengajar Muda, kami menyaksikan kasih mama-mama yang menjadi energi tak ternilai. Mereka berjuang tanpa kenal lelah, menghadapi segala keterbatasan demi memastikan anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak. Setiap langkah, setiap harapan, mereka dedikasikan untuk sebuah masa depan yang lebih cerah—bukan hanya untuk anak-anak mereka, tetapi juga untuk negeri ini.

Mama Morin adalah salah satunya. Sempat menjabat sebagai Kepala Bidang Perpustakaan Teluk Wondama dari thn 2008 - 2018, beliau kerap terlihat aktif dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan dan memotivasi pendidikan anak-anak di gereja. Semangat itu terus menguat meski dalam kondisi penuh rintangan. Saat banjir bandang melanda Desa Wasior, semangat belajar anak-anak setempat terancam. Akses terhadap fasilitas pendidikan turut hanyut, menyisakan beberapa bagiannya saja. 

Mama Morin menunjukkan kasihnya sebagai seorang ibu dengan membukakan pintu rumahnya agar anak-anak dapat kembali belajar.  Tergerak oleh kepedulian terhadap mereka yang terdampak, ia berusaha membangun kembali harapan untuk pendidikan anak-anak di desanya. Dengan dedikasi penuh, Mama Morin menghadirkan kegiatan belajar yang tak hanya memperluas pengetahuan, tetapi juga menginspirasi anak-anak untuk gemar membaca dan berkreasi. Lewat aktivitas kerajinan tangan, ia sekaligus memberdayakan komunitasnya. Kini, setiap hari Rabu di desa dipenuhi tawa dan semangat belajar, dalam rutinitas yang dikenal sebagai 'Rabu Ceria'.

Di Desa Porelea II, Sigi, ketulusan kasih dan semangat pendidikan terpancar dari sosok Ibu Kapten. Sebagai seseorang yang sering mengisi khotbah, Ibu Kapten dengan kesadaran tinggi terhadap pentingnya pendidikan tak henti mendorong komunitasnya untuk bergerak maju. Ia menyadari rendahnya minat baca dan belajar di kalangan anak-anak, namun hal itu justru menjadi pemacu baginya untuk terus menggerakkan masyarakat agar menjadikan belajar sebagai kunci menuju masa depan yang lebih cerah."

Melihat potensi tersebut, Nana sebagai Pengajar Muda XXV mendukung Ibu Kapten untuk mendirikan kelas sore sebagai tempat anak-anak belajar dan mengerjakan PR bersama-sama. Rupanya, kelas sore tersebut disambut baik oleh anak-anak setempat. Minat belajar mulai tumbuh dari kehadiran di kelas yang semakin rajin dan partisipasi aktif siswa untuk bertanya.

Perjuangan Mama Morin dan Ibu Kapten adalah bukti bahwa kasih dan ketulusan seorang ibu dapat diwujudkan dalam bentuk pendidikan. Bagi mereka, pendidikan dapat dimulai oleh siapa saja dan kapan saja. Dalam ruang-ruang kelas formal maupun rumah belajar. Inspirasi dari perjuangan ibu-ibu hebat ini terus menjadi semangat bagi para Pengajar Muda dalam membawa pendidikan hingga pelosok negeri.

Dukungan yang diberikan melalui iuran publik tidak hanya menghadirkan Pengajar Muda di pelosok negeri, tetapi juga membantu perjuangan Mama Morin, Ibu Kapten, dan para ibu hebat lainnya dalam menyebarkan pendidikan penuh kasih. Di momen penuh kehangatan ini, mari berbagi kasih, semangat, dan harapan untuk mereka yang tanpa lelah berjuang demi pendidikan yang lebih baik bagi semua.

Mari turut memberikan hadiah terbaik untuk ibu-ibu penggerak pendidikan Indonesia melalui Iuran Publik sekarang!

Yuk Jadi Iuraners!

Anda dapat mengambil peran untuk memajukan pendidikan dengan ikut Iuran Publik. Klik salah satu logo berikut untuk melanjutkan!

Indonesia Mengajar
Indonesia Mengajar

Anda juga dapat mengikuti Iuran Publik dan mendapat kabar terbaru dari daerah dengan mengisi form berikut:

Metode Iuran