KESAN PERTAMAKU DI DESA BAJAYAU TENGAH, KAB. HULU SEUNGAI SELATAN

widodo Widodo 9 Juli 2017

3 Juni 2017, hari pertama ku menginjakan kaki di Desa Bajayau Tengah, Kec. Daha Barat, kab. Hulu sungai Selatan. Dari kota kandangan  membutuhkan waktu sekitar 2-3 menggunakan kendaraan roda dua untuk menuju kedesa ini, setengah jalan menuju desa ini sudah di aspal sedangkan setengahnya lagi masih jalanan tanah dan berbatu dimana akan sangat susah di lewati saat musim hujan tiba karena jalannya yang  licin. Di tengah hujan gerimis saya yang di boncengi pak Ashadi (Kepala Sekolah SDN Bajayau Tengah 1)  mulai melakukan perjalan menuju sekolah. Setengah barang bawaanku di bawa oleh salah satu guru di SDN Bajayau. Sedangkan kak Ayu (Pengajar Muda XII) di bocengi oleh guru yang lainnya.

Sepanjang perjalanan mataku di manjakan oleh pemandangan rawa yang luas membentang indah, bau ikan asin yang khas selalu menyengat hidungku  saat bernafas serta langit yang terlihat begitu bulat dan dekat yang membuatku  seakan berada di dalam peta  bola dunia, sungguh keindahan rawa desa ini telah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sepanjang jalan pikiranku juga tak terlepas dari suasana seperti apa yang akan ku alami sesampai nya di desa, apakah aku akan disambut indah seperti pemandangan alamnya atau sebaliknya. Aku hanya bisa berdo’a bahwa aku sanggup bertahan bagaimanapun suasana disana nantinya. Sesampainya di desa, kami turun tepat di depan sekolah, terlihat guru sedang memberikan arahan kepada para siswa yang sedang berbaris dengan rapi, dan di belakang mereka ada wajah-wajah yang tak sabar melihat hasil jerih payah sang anak selama satu semester, yaitu orang tua siswa.

Bu Ayu datang kata salah satu siswa, semua siswa lansung terlihat gelisah, seakan tak sabar untuk bertemu dengan guru kesayangan mereka Bu Ayu (Pengajar Muda XII). Melihat anak-anak yang begitu antusias saat bertemu Bu Ayu membuat ku sedikit  cemas bahwa aku tidak bisa sedekat itu dengan siswa ku nantinya karena mereka begitu dekat dengan sosok Bu Ayu. Kulupakan sejenak kecemasanku, kulangkahkan kakiku mengikuti pak Ashadi menuju Ruang Guru untuk berkenalan dengan guru-guru di SDN Bajayau Tengah 1, dan Ruang Guru ini juga lah yang akan menjadi tempat tinggalku selama satu tahun kedepan (2017-2018). Ramah, murah senyum dengan sedikit candaan menjadi kesan pertamaku dengan guru-guru disini. Thanks God, the first impression runs well.

Pak Widodo mau menyampaikan sesuatu tanya pak Ashadi saat kita berdiri di depan para siswa yang siap menerima arahan sebelum masuk ke kelas masing-masing untuk menerima raport kenaikan kelas. Boleh pak, jawabku singkat. Dengan suara yang sedikit bergetar aku menyucapkan salam dan selamat pagi kepada siswa disertai dengan senyum, dan mereka menjawabnya dengan semangat di sertai senyum pula. Dalam waktu yang singkat kuperkenalkan diriku dan ku sampaikan sedikit harapanku  bersama mereka selama satu tahun kedepan. Respon yang baik terlihat dari wajah mereka yang antusias mendengar satu demi satu kata yang ku sampaikan.

Jam sekolah telah selesai, kak ayu mengajak ku kesebuah rumah yang teletak di pinggir sungai, ya aku dikenalkan dengan keluarga angkatku oleh Kak Ayu, dimana keluarga ini juga menjadi keluarga angkat nya kak Ayu selama satu satahun di desa Bajayau Tengah. Malam itu aku menginap  dan buka puasa bersama siswa-siswa sekaligus acara perpisahan mereka bersama BU Ayu dirumah keluarga angkatku, kak Halimah nya. Selama berbuka aku mulai berkomunikasi dengan anak-anak disana seraya bercanda, dan mereka sangat antusias untuk belahjar Bahasa inggris bersamaku nantinya. Senang sekali rasanya melihat keinginan besar mereka untuk mempelajari hal-hal yang baru, karena selama ini mereka tidak pernah belajar Bahasa Inggris di sekolah. Tidak sabar rasanya belajar Bahasa inggris bersama mereka.

Seperti layaknya hidup didesa sendiri, hari itu aku mencoba mengikuti setiap kegiatan yang di lakukan di masyarakat termasuk melakukan shalat bejama’ah di mesjid. Namun, satu hari aku  berada didesa ini ternyata telah memunculkan banyak pernyataan dan pertanyaan tentang diriku yang tak pernah ku duka sebelumnya. Dari candaan anak-anak yang mengatakan bahwa pak Widodo “Bungas ( sebutan Ganteng/Cantik dalam Bahasa Banjar)”..hehehe hingga pertanyaan “ Halimah, Pak guru yang baru itu orang Kristen ya ? kok sholat tidak memakai kopiah ?” Yupss, kelalaian yang kecil ternyata bisa memunculkan isu yang berdampak besar pada kehidupanku selama satu tahun disini nantinya. Saya hanya bisa mengambil dari segi positif pada saat itu, yaitu sebagai pelajaran bagi saya untuk lebih hati-hati dalam bertindak dan bersikap terutama yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan.

Nyamuk yang ganas, air bersih yang terbatas serta kehidupan sosial yang berbeda merupakan sedikit dari banyak tantangan yang akan menjadi sarana pembelajaran bagiku untuk menyesuaikan diri bersama lingkungan dan masyarakat yang baru. Aku percaya satu tahun kedepan akan menjadi proses perjalanan hidup yang akan menempah diriku menjadi pribadi yang lebih tangguh dan lebih baik lagi.

Bajayau Tengah, HSS. Kalimantan Selatan. 5 Juli 2017.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua