Anak Angin Belajar dari Tumbuhan
WengkiAriando 1 November 2015“Anak-anak itu seperti Angin, yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, jika kita terlalu banyak memberikan tekanan pada saat belajar alhasil mereka akan berpindah fokus”
Semester ini saya masih memegang amanah menjadi walikelas V. Anak-anak yang saya bimbing kali ini cukup berbeda dengan yang sebelumnya. Awalnya saya berpikir murid kelas III yang saya ajar semester lalu merupakan murid yang paling dinamis dalam kelas, ternyata tipikal murid kelas V setingkat lebih dinamis diatas murid kelas III. Untuk seukuran anak desa mereka tergolong aktif. Awal saya ditempatkan di sekolah ini saya sudah bisa menyimpulkan tipikal anak-anak di sekolah saya tergolong murid yang aktif, terlihat ketika mereka mengikuti kegiatan Jambore Anak Aceh Utara 2014 lalu. Selain itu dilihat dari cara komunikasi dan pendekatan mereka kepada orang baru sudah tidak ada yang malu-malu lagi, mereka seperti anak-anak di kota pada umumnya.
Kelas V ini terdiri atas 10 siswi dan 17 siswa. Dapat dibayangkan bagaimana kegaduhan dalam kelas dengan komposisi seperti ini. Tingkah laku yang sangat mudah bergerak ini, membuat saya memberikan gelar dan sebutan sayang untuk mereka yaitu ”anak angin”. Angin sendiri dapat diartikan sebagai udara yang bergerak, berpindah dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Anak angin memiliki rasa penasaran yang tinggi dan senang bermain di luar kelas. Materi pembelajaran kreatif sangat digemari oleh mereka. Pernah suatu hari saya mengajarkan tentang sistem peredaran darah, awalnya saya menjelaskan dan menyuruh mereka menghapal langsung organ beserta fungsinya. Setelah dua kali pertemuan mereka masih belum paham dan dapat menjelaskan ulang. Akhirnya saya membuat lelucon dan gerakan simpel tentang cara kerja jantung dan bagiannya. Kurang dari satu jam pelajaran, mereka bisa tuntaskan semua kompetensinya.
Senin ini saya menugaskan anak angin untuk membawa bekal makanan, air minum, dan topi untuk pengamatan mengelilingi Geudumbak, desa tempat saya bertugas. Misi ini berkaitan dengan pelajaran mengenai tumbuhan dan potensi tanaman perkebunan yang menjadi pemasukan ekonomi lokal. Anak angin saya bekali dengan tiga lembar worksheet yang berisikan pengamatan tanaman monokotil, dikotil, dan organ tumbuhan yang penyimpan cadangan makanan.
Kami memulai perjalanan menuju lapangan bola desa, jalan di sepanjang irigasi, kebun cokelat, sawit, dan pepaya. Sebenarnya pengamatan tertulis dari worksheet yang saya berikan sangat cepat mereka kerjakan, kurang dari satu jam sudah rampung. Selanjutnya target yang ingin saya ambil dari aktivitas ini adalah bagaimana mereka dapat menjelaskan dan memahami simbiosis mutalisme antar makhluk hidup, terutama antara manusia dan tumbuhan. Setidaknya dengan kegiatan ini, saya mengharapkan anak angin mengetahui bahwasanya kita membutuhkan oksigen untuk bernapas dan mengeluarkan karbondioksida, sebaliknya tumbuhan memerlukan karbondioksida dan mengeluarkan oksigen untuk kita bernapas.
Kami berhenti pada beberapa titik yang menjadi ciri khas dari desa saya. Diantaranya adalah kebun cokelat dan irigasi. Di kebun cokelat anak angin belajar mengamati tanaman cokelat yang termasuk tanaman dikotil, menyimpan cadangan makanan pada buah, serta mengetahui bagian pohon cokelat yang dimanfaatkan manusia adalah bijinya, yang dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan cokelat yang kita makan. Saya juga menyisipkan pesan kepada anak angin tentang bagaimana jika cokelat ini tidak berbuah dan dampaknya terhadap ekonomi orang tua meraka, yang mayoritas punya kebun cokelat. Titik berikutnya adalah irigasi Langkahan, disini kami berhenti sambil memandang jalur sungai irigasi yang sepanjang kami memandang tidak terlihat ujung dan pangkalnya, karena berbentuk lurus sepanjang kurang lebih 25 km. Di titik ini anak angin belajar bagaimana memecahkan masalah jika semua pohon ditebang dan dampaknya untuk desa kami. Sebagai informasi desa ini selalu langganan banjir setiap akhir tahunnya, dan setiap empat tahun sekali cukup besar sehingga akan banyak rumah yang terendam sampai ketinggian dua meter. Di sini saya berpesan agar anak angin menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak menebang pohon dan membuang sampah di sungai irigasi ini. Kelas ini kami akhiri dengan makan siang dan foto bersama di sebuah pohon besar di samping sungai irigasi. Anak angin sangat senang dalam kegiatan ini. Saya memberikan sesi khusus dalam perjalanan menuju sekolah kepada semua anak angin agar menyampaikan argumennya tentang bagaimana pesan dan kesan mereka pada kelas hari ini. Kamipun berpegangan tangan menuju sekolah sambil mendengarkan lelucon bahasa Aceh dari beberapa anak angin yang membuat suasana jalan kaki menuju sekolah tidak terasa capek karena tertawa.
Nilai lain yang saya gali dari aktifitas ini adalah bagaimana mengajarkan mereka untuk lebih memiliki rasa kepedulian terhadap desa dan menggali mimpi mereka melalui potensi yang ada di desa, dan menjadikannya sebagai peluang saat mereka dewasa kelak. Pembelajaran seperti ini terlihat seperti bermain, tapi sebenarnya kegiatan pembelajaran sambil bermain ini lebih membuat ruang memori pada otak anak terbuka dan membuat proses penyerapan lebih cepat, termasuk melatih semua indera mereka agar ikut merasakan tentang arti dari kehidupan ini.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda