Movie Learning mencetak Calon Ilmuwan dari Bawean

Wahyu Setioko 8 Agustus 2012

                Laptop lagi-lagi berperan penting dalam dunia pembelajaran. Seperti yang baru saja aku alami saat mengajar di SDN 2 Kepuh Legundi, Pulau Bawean. Hari itu adalah waktunya pelajaran PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup), aku mengajar menggunakan metode Movie Learning dengan tema ‘Air’. Murid-muridku antusias sekali menonton film pembelajaran yang aku putar di laptop. Dua puluh menit berlalu, film yang mereka tonton pun selesai. Aku mengambil alih kelas dengan me-review isi film. Spontan mereka bersahut-sahutan tak mau kalah untuk menceritakan kembali bagian-bagian film yang mereka ingat. Akupun tersenyum karena metode Movie Learning dapat dikatakan berhasil untuk mereka.

                Tak berhenti sampai disitu, aku dikejutkan dengan ucapan penuh semangat dari salah seorang muridku. “Pak ayo kita buat percobaan kaya di film itu !”, teriak salah satu muridku yang disambut bagai gema oleh murid-murid yang lain. “Iya pak, ayo”, “Iya bikin pak”, “Ayo ayo ayo!!”. Seketika suasana kelas menjadi ribut oleh permintaan mereka. Aku yang masih terkesima dengan tingkah mereka kemudian bertanya, “Kalian tahu caranya? Bisa? Alat-alatnya ada?”. Mereka menjawab serempak, “bisaaaa”. Kemudian salah satu murid berkata dengan semangatnya, “ambil sekarang pak alat-alatnya?”. Ia menunggu jawabanku dengan kuda-kuda siap berlari kencang ke rumah untuk mencari alat-alat yang dibutuhkan. Aku melihat jam tangan, sudah waktunya pulang, tak sempat lagi melakukan percobaan seperti yang mereka inginkan, lagipula hal itu memang di luar rencana pembelajaran yang aku siapkan. Tapi aku tak mungkin mengecewakan mereka, aku tak mungkin meredam api semangat mereka.

                Aku berpikir sejenak. Sejurus kemudian aku memberikan kebebasan pada mereka untuk melakukan percobaan yang mereka inginkan sepulang sekolah dan melaporkan hasilnya besok pagi. Namun aku tegaskan bahwasanya ini bukanlah PR untuk mereka, hanya Pengayaan. Siapa yang mau mencoba silahkan saja, kalaupun tidak mencoba juga tidak apa-apa.

                Esok paginya aku tersenyum saat membaca Jurnal Pagi yang ditulis murid-muridku. “Kemarin siang setelah pulang sekolah, aku dan teman-teman melakukan percobaan penyaringan air garam. Ternyata benar air di dalam gelas rasanya tawar, tidak asin.”, tulis salah seorang muridku di buku Jurnal nya. ^.^

                Begitulah murid-muridku, hanya disulut oleh sebuah film yang diputar lewat laptop saja mereka langsung bergerak mempraktikannya bak ilmuwan. Aku pun jadi terbakar semangat untuk menunjukkan film-film ilmiah lainnya kepada mereka. Aku optimis Indonesia tak akan kekurangan stok ilmuwan masa depan, karena masih ada mereka, anak-anak kritis yang penuh semangat dari pulau kecil nan indah ini, Pulau Bawean.

 

*) Ucapan terima kasih aku ucapkan kepada pihak ACER Indonesia yang telah memfasilitasi laptop untuk mempermudah dan memperlancar tugasku di Pulau Bawean ini, khususnya untuk menjalankan metode Movie Learning disini.

 

Wahyu Setioko,

Hanya Seorang Pengajar Muda


Cerita Lainnya

Lihat Semua