Leni dan Yeni

Veraningsih 17 Oktober 2017

Detik-detik terakhir menuju purna tugas pasti akan melewatkan hal-hal manis yang menyentuh hati. Dua muridku, Leni dan Yeni saat ini sedang duduk di bangku kelas 3 SD yang mana mereka seringkali bermanja-manja denganku. Sore tadi, sehabis aku bermain dengan anak-anak sambil berkelilling desa, mereka memaksaku untuk mengantarkanku pulang ke rumah keluarga angkatku yang berada di hilir sungai.

Sore itu tampak matahari dengan gagahnya menyinari bumi Tulin Onsoi, sehingga penampakan efek lelah terpancar dari wajahku yang mulai eksotis ini. Kemudian, terjadilah perdebatan sengit di antara kedua muridku,

“Bu, tas ransel ibu saya bawa ya,” kata Leni

“Jangan Leni, Bu. Saya aja yang bawa.” Sahut Yeni tak mau kalah

“Ndak usahlah, aku aja. Paling kamu nggak kuat gendong tas ibu punya.” Jawab Leni.

Percakapan sengit ini membuatku cengar-cengir. Singkat cerita, akhirnya kami membuat kesepakatan untuk berbagi membawa tas. Bagian kiri digendong oleh Yeni, sedang di sebelahnya lagi digendong oleh Leni. Sepanjang perjalanan membawa tas ranselku, mereka tertawa cekikikan, karena beban yang mereka bawa cukup berat hingga terkadang mereka jalan terseok-seok dan hampir terjatuh. 

Sikap manis Leni dan Yeni menyadarkanku akan sebuah arti bersyukur atas karunia Tuhan yang diberikan kepadaku. Selama sepuluh bulan purnama yang kujalani hingga hari ini membuatku bersyukur atas hal kecil apapun yang terjadi di tanah borneo ini. Meski banyak tantangan yang dialami, bukan berarti kita tidak bisa menikmati setiap detik yang Tuhan berikan, bukan?

PS: Maafkan ibu guru nak, selalu membawa laptop besar nan berat ke dalam ransel itu. Hehehe.. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua