Surat untuk Sinta 15 tahun mendatang

Trisa Melati 27 Juli 2012

Sinta,

Ayuk menulis surat ini pada malam hari ketika kamu minta bantuan ayuk mengerjakan PR IPA-mu tentang paru-paru. Ingat?

Mungkin kamu tidak tahu ayuk menulis ini sewaktu ayuk menjadi “ayuk angkat”mu pada tahun 2012. Kalau pun kamu tahu, saat itu mungkin kamu belum mengerti sepenuhnya apa yang ayuk tulis ini, karena umurmu baru menjelang 10 tahun.

Tapi ayuk menulisnya karena yakin, suatu saat nanti, saat kamu menemukan dan membaca surat ini, kamu sudah menjadi seorang seniman yang hebat. Dan seiring dengan umurmu yang juga sudah dewasa, kamu pasti sudah mengerti apa yang ayuk tulis.

Tahu tidak, ayuk menulis surat ini sebetulnya karena rasa frustrasi yang kemudian disusul oleh rasa takjub. Ayuk berusaha menahan perasaan gemas karena beberapa kali ayuk jelaskan, Sinta tidak juga memberikan jawaban yang ayuk maksudkan, belum juga mengerti apa yang ayuk jelaskan. Padahal segala cara sudah ayuk coba. Segala metode pengajaran konstruktif ayuk bongkar pasang. Ayuk berkali-kali membuka ulang materi training pedagogik ayuk untuk menemukan metode yang paling sesuai untuk memfasilitasi Sinta mengerti pelajaran. Konstruktif mental, PAKEM mental, apalagi metode konservatif berupa ceramah dan menghapal, tidak berhasil.

Apalagi Mamak sudah berkali-kali bilang ke ayuk: Sinta itu memang kurang. Awalnya ayuk tidak percaya, ayuk yakin selama ini hanya cara belajarnya yang salah. Hingga akhirnya ayuk mencoba sendiri mengajari Sinta, dari IPA hingga matematika, dan ayuk sampai gemas dan lemas menjelaskannya.

Akhirnya, dengan menghela nafas panjang  ayuk berkesimpulan: sepertinya kognitif bukan bidang Sinta. Bukan, itu bukan berarti ayuk menyerah mengajari Sinta. Justru sebaliknya. Setelah membaca buku “Sekolah Anak-anak Juara” karya pak Munif Chatib, ayuk berhasil “berdamai” dengan diri ayuk sendiri untuk tidak memaksakan Sinta mencapai kemampuan kognitif yang tinggi, karena ayuk sudah melihat bidang yang Sinta juarai (dan senangi): seni.

Iya, Sinta. Kecerdasanmu di bidang visual sangatlah menonjol. Sinta yang gampang terpecah fokusnya di kelas, namun langsung duduk tegak dan berbinar-binar matanya ketika diminta menggambar. Sinta yang selalu mengintil saat ayuk menggambar, memerhatikan secara terperinci langkah yang ayuk lakukan, dan garis-garis yang ayuk tarik. Kamu juga tak hentinya bertanya pada ayuk tentang hal-hal yang menggugahmu secara visual (misalnya rancangan kapal pada film Atlantis: the Lost Empire yang kita tonton bersama).

Terima kasih Sinta, lewat dirimu ayuk belajar untuk mencintai “kekurangan”. Karena orang toh tidak pernah memilih untuk berkekurangan. Selain itu, di mana ada kekurangan, di situ ada kelebihan. Kelebihan yang acapkali kita abaikan karena kita hanya terfokus pada apa yang kurang. Padahal kecerdasan visual-spasial seperti milikmu tidak bisa diabaikan, Sinta. 

Dan di sela-sela itu ayuk juga mensyukuri, untunglah ayuk menghadapi kamu yang merupakan adik* sendiri, cukup dekat dengan ayuk, punya ikatan emosional lebih dibandingkan siswa lainnya, sehingga ayuk cenderung berusaha lebih untuk memahami cara belajar Sinta, dan ayuk merasa berhutang untuk membuatmu mengerti (*adik di hostfam).Ya, Sinta. Ayuk tetap berusaha untuk membuatmu memenuhi standar ketuntasan yang disyaratkan. Karena yang biasanya terjadi di desa ini, kalau kemampuan kognitifnya kurang, seseorang akan putus sekolah dan berakhir kawin muda lalu menjadi petani karet, tidak punya pilihan lain.

Ayuk tidak ingin Sinta mengalami ketersesatan itu. Alih-alih,hari ini, 13 Juli 2012 pukul 21:43, ayuk sudah bisa membayangkan bahwa ketika Sinta membaca surat ini, 15 tahun dari sekarang, Sinta sudah menjadi seniman yang namanya dikenal hingga mancanegara. Mungkin Sinta sudah melakukan banyak pameran tunggal di banyak negara. Mungkin Sinta juga punya galeri seni sendiri. Mungkin juga Sinta menjadi salah seorang animator Disney atau PIXAR.

Jadi ayuk ingin memberikan tepuk “good job” (masih ingat? :) ) untukmu, seperti yang ayuk berikan ketika akhirnya kamu berhasil menyelesaikan semua soal di PR IPA-mu tadi: “*prokprokprok* good job, *prokprokprok* good job, *prokprokprok*  you are great!”

Sekian surat dari ayuk, mudah-mudahan Sinta ingat ayuk dengan membaca surat ini. Mudah-mudahan kita masih sempat bertemu lagi, bernostalgia tentang malam-malam di rumah kayu di hutan karet ini :)

Salam manis,

Ayuk Trisa


Cerita Lainnya

Lihat Semua