... Ini artinya "I Love You"

Trisa Melati 6 Juli 2012

Menginjak minggu ketiga dalam upayaku melarutkan diri dengan rumah yang baru, tempat aku mengajar di kelas jauh SDN 10 Rambang. Oh ya, aku jelaskan dulu makna kelas jauh, karena mungkin istilah ini agak unik dan bisa jadi asing bagi sebagian besar orang. Kelas jauh adalah kelas yang secara lokasi terpisah agak jauh, namun secara administrasi merupakan bagian, dari sekolah induknya. Kelas jauh ini diadakan untuk memudahkan muridnya berangkat sekolah, karena letaknya yang relatif dekat dengan pemukiman sebagian siswanya. Untuk kasusku, hampir seluruh murid yang aku ajar di kelas jauh adalah anak-anak Talang Airguci. Hanya beberapa anak berasal dari talang sebelah, yaitu Talang Tono.

Kembali ke pelarutan diri. Karena bermukim di satu kelompok masyarakat yang sama, cukup mudah untuk mengenal murid-muridku secara personal. Memang secara resmi aku belum mulai mengajar karena tahun ajaran baru dimulai tanggal 9 Juli nanti, namun—terima kasih untuk Pengajar Muda II yang aku gantikan—hampir setiap hari aku sudah berkegiatan bersama mereka: mulai dari kegiatan bermain di kelas, berkemah, pembagian rapor, jalan-jalan keliling talang, menonton bareng, atau sekedar duduk-duduk di teras rumahku. Kebetulan ibuku punya warung, kontan rumahku menjadi salah satu tempat favorit anak-anak.

Selama 3 minggu ini, tentu saja aku berusaha sebisa mungkin memberi perhatian merata bagi semua anak. Namun, ternyata ada beberapa anak yang memiliki pesona naluriah yang mau tak mau menarik perhatianku tertuju pada mereka. Ladi termasuk di antaranya. Umurnya sudah hampir 15 tahun, tapi dia baru naik ke kelas 6 SD. Berdasarkan testimoni yang diberikan para pengajarnya, dia baru saja menguasai cara membaca dan menulis. Aku sering melihatnya berkumpul bersama para remaja atau karang taruna di talang Airguci. Mungkin secara umur dia memang merasa lebih nyaman bergaul dengan para pemuda. Tapi bukan, bukan karena itu dia menarik.

Dia menarik karena dari sorot matanya kita bisa menangkap kelembutan hatinya. Dia menarik karena aku tahu dalam diam dia selalu memperhatikan gerak-gerik orang di sekelilingnya. Dia menarik karena dengan dada yang terbusung ia mengemban kehormatan untuk melindungi teman-temannya. “Dia punya naluri yang kuat untuk melindungi”, aku ingat pesan Dimas, Pengajar Muda yang aku gantikan. Kepekaannya pula melebihi orang -orang lain. Ada seorang tunarungu (tentunya juga tunawicara) di talang kami, dan di antara warga Airguci, Ladi termasuk yang bisa berkomunikasi dengannya, menggunakan bahasa isyarat yang mungkin mereka karang-karang sendiri, tapi toh saling dimengerti.

Seperti hari-hari biasanya, aku membawa kameraku supaya aku siap kapan saja memotret ekspresi tak ternilai dari anak-anakku. Seringkali ketika aku membidik Ladi, jantan itu menyembunyikan wajahnya  karena malu, tapi aku bergeming. Lensaku masih membidiknya. Jariku siap menekan tombol shutter-release kapan pun. Setelah beberapa detik akhirnya dia menyerah dan berpose, menunjukkan tangannya dengan gaya “metal” (mengacungkan jari jempol, telunjuk, dan kelingking sekaligus). Rupanya itu gaya andalannya.

Suatu kali aku terdorong untuk bertanya padanya. “Ladi, tahu tidak ini artinya apa?” kataku sambil mengikuti tangannya yang bergaya “metal”.

Dia menggeleng sambil terkekeh.

“Di Amerika, ini adalah bahasa isyarat yang berarti ‘I love you’,” jelasku sambil mengingat Mama yang pertama kali mengajarkan hal ini padaku.

Dari ekspresinya, aku tahu anak itu terperanjat.

Aku melanjutkan, sambil masih memeragakan tanganku sendiri. “Lihat, jari telunjuk ini berarti huruf i... I. Sedangkan jari telunjuk dan jempol membentuk huruf L... betul kan? L singkatan untuk love. Lalu yang terakhir, telunjuk dengan kelingking, seperti membentuk huruf u kan? Dalam bahasa Inggris, huruf u dibaca sama dengan you.”

Ladi memperhatikan tangannya sendiri dengan takjub, mulutnya masih membulat dan kepalanya mengangguk-angguk.

“Jadi ini artinya I love you. I love you artinya apa?” tanyaku.

“aku cinta kamu!” jawab Ladi, terlihat tidak yakin, mungkin takut salah, mungkin malu karena selama ini istilah Bahasa Inggris itu lebih sering digunakan sebagai bahan candaan ketimbang dimaknai benar-benar.

“Iya, artinya aku cinta kamu, atau aku sayang kamu. Bukan untuk kelinjangan, tapi untuk semua orang. Ini adalah bentuk kepedulian kita terhadap orang lain. Sekarang, Ladi sudah tahu artinya. Kalau Ladi bergaya seperti ini artinya Ladi sedang menunjukkan sayang kepada teman atau keluarga.”

Seperti baru mendapatkan pencerahan, aku lihat wajah lanang itu ceria. Dia lalu bergegas lari ke teman-temannya sambil mengacungkan tangannya beserta tiga jari: jempol, telunjuk, kelingking, lalu berkata, “i love you... i love you.” ketika temannya bertanya apa maksudnya, dia menjelaskan menirukan cara aku menjelaskan.

Sejak saat itu, setiap kali aku memotret dia dan teman-temannya, Ladi makin konsisten bergaya seperti itu sambil berkata mengingatkan, “Buk, ini i love you, Buk,” bahkan beberapa temannya mengikuti.

Aku percaya semua anak cerdas, semua anak bersinar seperti bintang, dan kita memerlukan sudut pandang yang majemuk untuk bisa terkesima dengan kecemerlangan mereka. Mereka semua adalah juara, dan bagiku, Ladi adalah juara kasih sayang.


Cerita Lainnya

Lihat Semua