Orang Tua dalam Pendidikan
Suwanto 19 Februari 2015Umurnya belum genap 5 tahun, masih 6 bulan lagi. Awalnya dia malu-malu bermain dengan saya, tetapi sekarang dia adalah teman bermain sehari-hari saya. Dia tinggal bersama neneknya sejak kecil karena ditinggal cerai orang tuanya. Perawakannya masih kecil. Dia termasuk anak yang rajin membantu keseharian neneknya. Dia adalah Jihan, lengkapnya Jihan Julianti. Konon nama Jihan diambil dari salah satu tokoh sinetron di saat kelahirannya. Sampai sekarang belum ada ide siapakah Jihan itu dan dalam sinetron apa. Kata neneknya biar Jihan secantik Jihan di sinetron itu. Alasan yang cukup sederhana.
Neneknya yang juga ibu angkat saya suka bercerita tentang Jihan. Dia menjadi istimewa di mata saya karena Jihan sudah mengerti tugasnya sebagai anak. Dia suka sekali membantu neneknya memasak di dapur, entah hanya membantu memotong-motong sayuran atau bawang. Atau berinisiatif untuk mengambilkan daun kelor untuk membuat uta mbeca parongge (sayur bening daun kelor) seperti gambar di atas. Seperti kebanyakan anak di dusun saya, Jihan akan dengan tuntas mengerjakan tugas yang diperintahkan orang tua. Atau suatu ketika neneknya sedang sakit, Jihan dengan cekatan membuatkan minuman hangat, kopi panas, atau menyediakan makanan untuk neneknya. Sesuatu yang menurut saya sangat menakjubkan dilakukan anak usia 4 tahun.
Baru di bulan ketiga Semester Satu lalu Jihan memberanikan diri untuk memakai pakaian sekolah dan berangkat sekolah sebagai Kelas Pendengar – setingkat TK bersama beberapa teman lainnya. Dengan langkah malu-malu dia menuju kelasnya kemudian menghamburkan diri bermain bersama teman sebayanya di halaman sekolah sambil menunggu masuk jam pertama. Kebetulan saya menjadi guru kelasnya bersama Kelas 1 dan 2, sehingga saya bisa memantau perkembangan sekolahnya.
Saya membelikannya poster berisikan huruf dan angka untuk dipelajari di rumah. Selang beberapa minggu saya terperangah ketika Jihan ternyata sudah bisa menghafal urutan abjad dan angka sampai dua puluh. Rupanya neneknya mengajarinya setiap hari. Jihan juga sudah hafal beberapa huruf dengan cara diacak. Sekarang Jihan sudah bisa menulis namanya dengan lancar dan sedang belajar membaca kata sederhana dan menulis rapi.
Jihan dan neneknya sudah cukup untuk memberikan contoh bahwa pada dasarnya tanggung jawab pendidikan seorang anak tidak hanya milik guru di sekolahnya. Betapa besar peranan orang tua dalam membentuk karakter dan perkembangan pengetahuan anaknya. Bahwa pembentukan karakter dan proses belajar seorang anak itu tidak instan, butuh waktu sampai seorang anak benar-benar bisa dan mampu.
Selanjutnya, peranan PM menjadi tidak hanya mengedukasi anak-anak, tetapi juga mengajak orang tua untuk bersama-sama bertanggung jawab dalam proses belajar anak demi masa depan anak yang lebih baik. Hal ini menjadi penting karena sebagian besar waktu dihabiskan anak di lingkungan keluarga dan sekitar rumahnya. Lagipula saya menikmati kunjungan ke rumah orang tua siswa di dusun atau di ladang, menikmati cerita dan kisah hidupnya dibarengi makan dan minum. Saya lebih suka menyebutnya diplomasi kopi sore dan jagung rebus.
“.........................
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
......................”
Sayup-sayup saya dengar suara nyanyian Indonesia Raya di rumah sebelah, suara Jihan dan neneknya. Rupanya Jihan sedang diajari tentang bangsa dan negaranya!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda