Doktor: Guru SD

Siti Bagja Muawanah 26 November 2016

Wanita lulusan S3 Jepang ini terbiasa hidup dengan segala fasilitas yang penuh kenyamanan, namun ia memilih untuk menjadi guru sekolah dasar di perbatasan. Pilihan hidup yang telah ditempuh, membuatnya layak disebut sebagai pejuang. Ia bernama Dr. Eng. Yorina Sarah Franscoise Lantang atau akrab dipanggil Yori. Bagi Yori kehadirannya di Kabupaten Nunukan, Indonesia merupakan kesempatan untuk belajar mengenai banyak hal, terutama tentang cara melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang positif. Berikut ini saya tuliskan petikan wawancara dengan Yori di sela-sela kesibukannya.

“Apa yang memotivasi Yori untuk menjadi Pengajar Muda Indonesia Mengajar?”

“Saya suka anak-anak dan akan sayang sekali kalau hidup hanya untuk diri sendiri.”

“Apa yang akan Yori lakukan setelah selesai menjadi Pengajar Muda?”

“Rencananya saya akan terus bekerja di lembaga yang memfokuskan diri di bidang pendidikan. Mungkin saya akan bekerja di kantor Indonesia Mengajar, menjadi staf ahli kementrian pendidikan, menjadi anggota Unicef, menjadi dosen, atau mendirikan yayasan di bidang pendidikan anak-anak.”

“Menurut Yori apa manfaat pendidikan untuk manusia?”

“Menurut saya, pendidikan membuat kita memiliki kemampuan untuk belajar. Hal tersebut adalah survival skill untuk manusia.”

“Setelah menempuh S2 dan S3 di Jepang dan menjadi guru sekolah dasar selala enam bulan di perbatasan, hal apa yang kiranya bisa diadopsi dari sistem pendidikan Jepang untuk pendidikan Indonesia?”

“Di jepang anak-anak diperlakukan sebagai aset. Mereka dididik oleh pendidik profesinal yang sudah bersertifikat. Sebelum menjadi peserta didik, ada beberapa tes yang harus mereka lalui. Tes tersebut biasanya berupa puzzle dan attitude. Kedua tes tersebut digunakan untuk mencari anak-anak dengan kemampuan bekerja sama dan sikap baik. Hanya yang memenuhi criteria yang diterima. Hasilnya sebagian besar anak didik tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan berkompeten di bidang yang ditekuni. Hal tersebutlah yang kiranya bisa diadopsi di Indonesia.”

“Sebutkan harapan untuk semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan?”

“Harapannya semoga semua orang bisa berubah ke posisi yang lebih baik; guru, tenaga kependidikan, dan semua orang mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan keihklasan. Tak masalah sekalipun membutuhkan waktu lama untuk berproses, lambat laun tapi progresif karena perubahan yang seperti itu lebih bisa bertahan lama.“

 

Demikianlah Yori menjawab semua pertanyaan dengan penuh keyakinan. Ia menjadi contoh bagaimana ketulusan menjadi dasar dari pengabdian yang sedang dan akan ia lakukan demi kemajuan dunia pendidikan. Saya jadi teringat perkataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Anies Baswedan. Beliau pernah berkata bahwa,  “Mendidik adalah tugas setiap orang terdidik”. Jadi, walaupun kita semua bukanlah sarjana pendidikan atau bukan pekerja di bidang pendidikan, alangkah bijaknya kalau kita turut ambil bagian dalam kemajuan dunia pendidikan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua