info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Antara Pengajar Muda dan Teacher Diary

Siti Bagja Muawanah 9 Maret 2016

 

Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi seorang guru berarti ia sedang menyediakan diri untuk menjadi sosok yang digugu dan ditiru. Hal itulah yang terjadi pada para pengajar muda dan guru sekolah kapal yang ada dalam Film “Teacher Diary”. Mereka semua mengabdikan diri di sekolah dasar yang berada jauh di peloksok negaranya.

Para pengajar muda adalah para pemuda terbaik (katanya) yang memilih untuk mengabdikan diri di berbagai peloksok Indonesia untuk ikut melunasi janji kemerdekaan; mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka rela bersaing dengan ribuan pendaftar dan meninggalkan pekerjaan yang penuh kenyamanan.

Kenyamanan yang ditinggalkan pada akhirnya terbayar tuntas dengan pengalaman demi pengalaman berharga yang mereka dapatkan di daerah penempatan. Mereka hidup dengan keadaan desa, warga, budaya, dan agama yang berbeda-beda. Semua itulah yang membuat mereka memiliki pemahaman akar rumput. Setahun menempa diri di sekolah kepemimpinan, seumur hidup memiliki kebijaksanaan.

Kebijaksanaan pengajar muda tampak dari keseharian mereka mengawal mimpi-mimpi anak-anak di peloksok negeri, bercengkrama dengan warga menikmati pagelaran budaya dan keindahan alam yang memesona, atau mencari cara untuk menghadapi tantangan yang menempa diri. Selain itu, masih ada senyum-senyum murid yang menjadi oase di saat gersangnya hati juga ketulusan warga desa yang menjadi pelita di tengah gelapnya logika. Semua hal ini adalah buah manis dari perjuangan yang tak pernah habis.  

Seperti perjuangan yang dilakukan Bu Ann dan Pak Song dalam Film Teacher Diary. Film ini bercerita tentang perjuangan guru di peloksok Taiwan. Mereka berdua memiliki perbedaan yang sangat ketara. Bu Ann dengan kecerdasan dan keteguhan prinsipnya mampu menjadi guru yang baik dimana pun ia berada sedangkan pak song dengan kegigihannya dalam belajar membuat ia menjadi guru yang berkesan bagi murid dan warga di sekitar daerah penempatannya.

Pak song menjemput satu persatu muridnya. Belajar sekuat tenaga mengerjakan satu soal matematika sebelum mengajarkannya kepada keempat anak didiknya, dan berusaha memahami bagaimana cara mendidik yang baik dari buku diary yang ditinggalkan Bu Ann. Namun, keduanya tetap  menjadi guru yang memesona. Mereka mengajar dengan hati. Memberikan pelayanan dan kepedulian tanpa perhitungan. Belajar dan bermain bersama murid. Menghabiskan waktu untuk memikirkan mereka.

Begitulah kisah pengajar muda dan guru di film “Teacher Diary”. Dua hal yang memiliki kesamaan walaupun yang satu berasal dari dunia nyata dan dan yang satunya lagi dari dunia imajinasi. Mereka tetap para pejuang bangsa dengan murid-murid yang memiliki hak untuk belajar dimana pun mereka berada. Wahai para guru dan para pejuang pendidikan dimana pun kalian berada, tetaplah berjuang dan nikmati seluruh keindahan dan keunikan dari seluruh prosesnya. You are the best people…


Cerita Lainnya

Lihat Semua