K E R U D U N G
AshelaRisa 10 Maret 2016Suatu hari di ruang guru, jam istirahat pertama. Seorang siswa kelas 3 SD Inpres Oeoko, Wulan, menghampiriku yang sedang menulis di Buku Batasan Harian...
“Ibu Ela ada buat apa?”
“Ini ibu ada tulis-tulis sedikit ni...,”sahutku.
“Ibu, beta ingin dapat liat ibu pung rambutlah, pasti ibu cantik talalu..,“katanya sambil memilin-milin ujung kain kerudungku.
“Eee, sonde bisa bo’i , kan ibu pakai kerudung toh...,”jawabku sambil tersenyum.
“Memangnya kenapa ee ibu pakai kerudung?”
Aku berhenti menulis sejenak, kemudian menatapnya lekat,“Emmm, begini Wulan, ibu memakai kerudung untuk menjaga diri ibu. Supaya tidak sembarang orang yang dapat lihat ibu pung rambut. Dan juga kalau ibu pakai kerudung, rambut ibu jadinya tidak kena debu, tidak langsung kena sengat matahari. Kita manusia tentu dianjurkan untuk berpakaian yang sopan. Karena kalau kita berpakaian terlalu terbuka, bisa mengundang orang untuk berbuat yang tidak baik kepada kita. Orang saja kalau tidak berpakaian dibilang orang gila toh, hehehe...”
“Ooo, iya juga ee ibu..”
2 minggu kemudian, di depan koridor kelas 3, sepulang sekolah...
“Ibuuuu, sebentaarr beta ingin kasi sesuatu dengan ibu,"lagi-lagi Wulan menghampiri.
“Eh? Mau kasi apa?”tanyaku.
“Ini ibu…Kemaren waktu hari pasar beta ada lihat ini, terus beta ingat ibu.. Beta bilang ke be pung mama kalau beta mau beli ini untuk ibu...”
Aku tertegun.
“Aduh makasih ee bo’i, kerudungnya bagus sekali..”
“Sama-sama ibu.. Nanti dipakai ee ibu, pasti cantik..,” Wulan tersenyum dan lanjut berjalan pulang.
Wulan telah berlalu, namun hatiku masih menghangat. Haru. Kerudung model pashmina berwarna pink terang dengan motif polkadot mengkilat itu mungkin tidak akan kubeli jika kutemukan di pasar. Karena biasanya kerudung yang kupakai sehari-hari hanya kerudung biasa dengan warna netral dan tidak menyolok. Tapi ini pemberian dari seorang anak yang lugu, dengan kepolosan dan ketulusannya memberikan kerudung kepada gurunya yang Islam. Dirinya sendiri penganut kristiani. Bukankah itu indah?
***
Beta (Bahasa Rote) : Saya
Pung (Bahasa Rote) : Punya
Talalu (Bahasa Rote) : Terlalu
Sonde (Bahasa Rote) : Tidak/Belum
Bo’i (Bahasa Rote) : Sayang
Hari Pasar adalah hari Rabu dan Sabtu, hari dimana pasar dibuka setiap minggunya. Di Desa Modosinal-tempat saya tinggal selama setahun di Rote-pasar tidak ada setiap harinya.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda