Ruang Kelas Baru Kami

Siti Nurul Adhimiyati 8 April 2014

 

Kami anak-anak kelas satu, sekarang memiliki kelas baru. Eits, bukan hanya ruangannya yang baru. Kelas kami yang hanya satu lokal ini telah kami rombak lagi bersama kedua guru kami yang walaupun terkadang suka marah tapi sesungguhnya baik hati itu. Kata ibu guru biar kami tidak bosan. Jadi selama sembilan bulan ini, Ibu guru sudah mengajak kami merombak kelas kami sampai tiga kali, dan bulan ini kelas yang tadinya sudah kami hias dengan ibu guru selama beberapa bulan ini harus kami relakan untuk dipakai kakak kakak kelas kami kelas empat dan lima.

Dengan bergantian, kami memasuki ruang baru kelas kami. Ruang ini adalah kelas yang sebelumnya dipakai kelas lima. Ruangannya memang lebih luas, tapi sayang agak suram. Tidak nampak keceriaan ruang kelas baru kami ini. Di beberapa sisi temboknya bahkan ada coretan-coretan krayon yang kukira si pembuatnya ingin menggambar bunga namun tak berhasil melakukannya. Dan yang lebih menyebalkan, tidak ada warna-warni kertas origami dan huruf-huruf seperti  yang ditempelkan ibu guru di kelas kami sebelumnya.

Begitu sampai di kelas, kami belum dipersilahkan duduk oleh ibu guru. Yang Ibu guru lakukan adalah langsung mengajak kami membersihkan ruang kelas baru kami ini. Dimulai dari lemari usang yang berada di sudut ruangan. Lemari ini sudah tak berpintu, dan digunakan untuk meletakkan buku rusak yang semakin rusak karena tak ditata rapi. Ibu guru mengeluarkan semua isi lemari itu. Bergotongroyong kami membantu Ibu guru merapikan isi lemari. Bau tak sedap bekas tikus pun langsung menyeruak. Debu-debu tak mau ketinggalan langsung menyerang kami semua. Ibu guru sampai terbatuk-batuk karenanya. Kami semua sibuk membantu ibu membersihkan kelas baru kami ini yang entah mengapa banyak sampah dimana-mana.

Kelas sudah bersih, kuperhatikan  ibu guru yang wajahnya terlihat berpeluh. Tiba-tiba saja Ibu guru mengeluarkan kertas yang sangat aku sukai itu. Kata Ibu Guru itu namanya kertas origami. Ibu guru membuat kami berpasang-pasangan. Setelahnya ibu guru membagikan masing-masing dari kami satu lembar kertas origami. Ahai, apakah yang akan kami buat hari ini?

Ibu guru mengajarkan kami membuat kincir gantung. Ibu guru yang menunjukkan caranya, masing-masing dari kami harus membuat separuh bagian kincirnya. Ibu guru lalu membantu memasangkan masing-masing bagian kincir kami dengan pasangannya. Hore... kincirpun jadi. Di jam istirahat, kulihat ibu guru sibuk sekali memasang kincir kami dibantu beberapa kakak kami kelas 3.

“waaaah.... ringkehnye*...”  (cantiknya)

Usai membuat kincir, lagi-lagi ibu guru memberikan masing-masing dari kami satu kertas origami. Tapi kali ini dengan potongan yang lebih kecil. Mau dibuat apalagi ya... Setiap kelompok dipinjami gunting oleh ibu guru. Kemudian dengan cermat dan hati-hati, kami semua sudah sibuk sendiri menggunting-gunting kertas itu. Ajaib!!! Guntingan kecil-kecil kami ternyata mengahasilkan bentuk yang cantik. Kemudian satu persatu, kami membantu ibu guru menempelkannya di dinding kelas kami.  

Beberapa hari usai pulang sekolah, aku memperhatikan Ibu Guru tak langsung pulang seperti biasanya. Aku melihat di mejanya berserakan benda kecil mirip pasta gigi yang mepunyai warna warni yang indah. Baru setelah aku bertanya pada Ibu Guru, aku tahu itu namanya cat air. Cat air itu yang digunakan Ibu untuk menambah hiasan dinding ruang kelas kami. Aku suka memperhatikan Ibu Guru kalau sedang melukis, suatu hari nanti aku juga ingin bisa melukis seperti Ibu Guru. Kata Ibu Guru, dulu Ibu Guru juga tidak bisa melukis, tapi Ibu Guru belajar sungguh-sungguh. Nah, aku jadi yakin sekarang kalau aku belajar sungguh-sungguh aku juga akan bisa melukis nantinya.

Ibu guru melukis jendela dengan pemandangan siang dan malam hari. Belakangan baru aku tahu maksudnya, lukisan itu juga digunakan Ibu Guru untuk mengajarkan kepada kami benda langit di siang dan malam hari, dan ternyata burung hantu bukan termasuk benda langit dan awan itu juga aku baru tahu. Diajarinya pula kami apa itu cuaca cerah dan bagaimana warna warninya. Lebih menyenangkan saat angin berhembus dan membuat kincir gantung kami berputar-putar. Ah...sungguh menyenangkan.

Kini ruang kelas baru kami sudah bersih dan cantik. Lebih terang, dan lebih luas. Lemari di sudut ruangan pun telah disulap ibu guru menjadi tempat ditempelkannya hasil karya kami. Memang ada yang sedikit aneh karena bangku Ibu Guru ada di bagian belakang. Kata Ibu Guru, supaya Ibu Guru lebih mudah mengawasi kami. Padahal sebetulnya aku yakin, tubuh Ibu Guru akan menutupi papan tulis kalau Bangku dan mejanya ada di depan. Jumlah kami yang berlima belas tidak memungkinkan kami untuk berlarian dalam ruang kelas kami yang sempit ini.

Ya, inilah ruang kelas baru kami. Saat Ibu Guru bertanya kepada kami semua anak kelas satu

“Bagaimana? Kelas kita sudah terlihat lebih indah kan?”

“Iya bu....”

“Siapa yang senang, bisa belajar di kelas ini?”

Dan serentak semua mengangkat tangan dan berkata “SAYA BUU!!!!”


Cerita Lainnya

Lihat Semua