info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Salam Semangat Lintas Benua

Sidik Eka Hermawan 10 April 2018
“Halo Ka Laura. A nama Elisabeth Maai. Sa mau kuliah di Inggris.” Ucap Sabet, Siswi kelas 5. “Hai kaka, Sa Semu. Sa mau ke Belanda.”, sapa Semuel Aronggear, siswa kelas 2. “Halo teman-teman nama aku Jihan. Aku Mau sekolah di Spanyol”, kata Jihan Aronngear, siswi kelas 1. Begitulah sapaan sederhana dari murid-murid SD YPK Sion Ansus 2 untuk Kak Laura Valensia, alumni Pengajar Muda VI, beserta teman-teman yang saat ini sedang menempuh kuliah di Inggris. Menjelang sebelas purnama tinggal dan belajar bersama di Asua, salah satu desa penempatan Pengajar Muda di Kepulauan Yapen, Papua. Di akhir-akhir masa tugas seperti ini selalu saja ada semangat baru tumbuh diantaranya. Pada 4 April 2018 lalu, murid-murid SD YPK Sion Ansus 2 medapat kiriman video motivasi dari negeri Kincir Angin, Belanda. Video tersebut dikirim oleh kak Laura yang saat itu sedang berlibur disana. Bermodalkan sinyal wifi nusantara di desa tetangga serta selama dua malam mencari sinyal internet, hanya dua video saja yang dapat diunduh untuk ditonton bersama. Maklum saja sinyal internet disini masih terbatas dan hanya menyala pada malam hari apabila listrik menyala. Keesokan harinya, pada sabtu pagi, murid-murid berkumpul dalam satu kelas untuk menonton bersama. Mereka terlihat sangat antusias menyambut salam sapa yang akan mereka lihat pada kiriman video dari lintas benua tersebut. Terang saja, dari dua hari sebelumnya, mereka terus menagih janji untuk menonton video tersebut. Dalam video tersebut, berisikan semangat dari Kak Laura yang bercerita tentang negeri Belanda yang terkenal dengan Kincir Anginnya. Ada pula Kak Aldo yang juga sedang berkuliah di Inggris bercerita tentang liburannya di Spanyol. Rasa penasaran semakin bertumbuh pada diri mereka setelah menonton kedua video yang baru saja mewarnai mata mereka. Rasa ingin tahu mereka bahkan mengalahkan suara yang keluar dari video tersebut serta pentanyaan yang bertaburan membuat Pak guru sempat kewalahan menanggapinya. “Pa guru, gambar bagus sampee. Tempat bagus apa aleeee. Kincir angin bokar apa. Tong dayung kesana kah?“, celoteh Nimbrot Kumbubui, siswa kelas 5. (Pak Guru, Gambar bagus sekali. Tempat juga bagus. Kincir Angin besar sekali. Bisakah kita dayung sampai kesana?) “Sebentar kitong juga bikin video seperti kaka-kaka dorang kah pa guru?”, tanya Semu penasaran. “Nanti Pa guru kirim ke kaka-kaka juga toh pa guru?, timpal Sabet. Setelah menonton bersama, kegiatan belajar bersama pada hari itu dilanjutkan dengan menggambar bendera tiap negara yang baru saja mereka kenal sembari mencari tahu letak masing-masing negara tersebut dalam peta. “Nah sekarang, siapa yang mau sekolah atau kuliah seperti Kak Laura dan Kak Aldo?”, tanya pak guru. “Semua”, jawab murid-murid serentak. “Sekarang siapa yang tahu .. ... ..” “Pa guru, su dapat Belanda. Su dapat Belanda”, teriak Mindan, Aronggear siswi kelas 2, mendahului pertanyaan pak guru tentang letak negara Kincir Angin tersebut. Mereka begitu bersemangat pada hari itu, setiap kelompok saling bersorak menyebutkan nama negara yang mereka temukan di peta serta menunjukkan letak masing-masing negara tersebut. “Belanda!“. . . .“Inggris!” . . . .” Spanyol”. “Hayo, siapa yang tahu tiga negara itu ada di benua apa?, tanya pak guru penasaran. “Eropa Pak guru” timpal Syahrul malu-malu,siswa kelas 5. Belum lagi pak guru memberi intruksi selanjutnya untuk menggambar bendera bersama-sama, mereka sudah berlari menunjukkan gambar bendera yang ada di jajaran bendera negara pada peta yang masing-masing kelompok mereka temukan. Kemudian mereka menggambarnya sesuai dengan keinginan mereka untuk berkunjung kesana. “Sekarang coba sebutkan warna masing-masing bendera yang sedang kalian gambar”, perintah pak guru sembari bertanya. Seketika Manuel Maai alias Marten, siswa kelas 1 berteriak “Merah Putih“. Rupanya ia dan kelompoknya sedang menggambar bendera Indonesia. “Kitong cinta Indonesia Pa guru.” Seketika pertanyaan pak guru teralihkan dengan seruan dari kelompok Marten tersebut. Fokus pak guru pun terditraksi seketika dan beralih menanyakan alasan mereka memilih menggambar Sang Bendera Merah Putih. “ Kitong pi ke Eropa angkat tong pu bendera too Pa guru”, jelas Elisabet Tata,siswi kelas 2, singkat, ( Kita pergi ke Eropa harus bawa bendera kita pa guru). Mungkin pernyataan tersebut dapat diasumsikan dalam artian lain bahwa ketika kita berkeinginan sekolah atau berkunjung ke negara lain, harus mencintai dan mengenal negara sendiri terlebih dahulu. Seketika ada rasa bangga tersendiri bagi saya menjelang sisa akhir purnama yang sedang dijalani di desa penempatan ini, Asua. Penyataan sederhana dari murid-murid tersebut membawa saya mundur ke beberapa purnama ynag telah berlalu tentang kata mengenal Indonesia. Siapa sangka, mereka yang dahulunya saya ingat dengan baik bahwa sebagian besar dari mereka bahkan tidak mengenal bendera negaranya. Mereka yang tadinya tidak tahu dengan letak dan bentuk pulau-pulau besar di Indonesia, belum mengingat dengan baik lagu kebangsaan, atau bahkan menyebutkan nama provinsinya sebagai negaranya, yakni Papua. Siapa yang sangka, mereka yang tadinya bahkan belum mengenal pulau lain di luar Papua, atau bahkan hanya mengenal nama-nama pulau kecil yang ada di sekitar desanya juga bahkan Pulau Jawa saja yang mereka kenal namanya tanpa mereka tahu dimana letaknya serta belum ada pengetahuan tetang keinginan untuk tinggal dan belajar di luar Papua. Sederhananya, Itulah yang mereka ketahui. Saat ini, siapa yang sangka, mereka mengatakan rasa cintanya terhadap negaranya. Mereka begitu bangganya menyebut kata “Indonesia”. Mereka yang begitu bersemangat menggambar benderanya. Mereka juga bersemangat menyebutkan cita-citanya untuk belajar di luar sana, serta mereka yang dengan bangganya mengutarakan kesempatan mereka untuk belajar dari semangat lintas benua yang baru saja ketahui. Mereka juga menunjukan suka citanya untuk percaya diri menyebutkan keinginannya untuk bermimpi belajar atau hanya berkunjung sampai ke Eropa, juga menjelajah ke benua lainnya atau bahkan ke penjuru dunia manapun sesuai dengan keinginan dan semangat yang mereka rasakan. Karena pada hakikatnya dunia ini luas. Belahan dunia ini sangat luas untuk mereka pelajari dan lebar juga panjang di setiap ilmu yang akan mereka ketahui. Semoga cita-cita mereka sampai pada negara yang ingin mereka tuju seperti halnya salam semangat yang mereka layangkan dalam video balasan yang ingin mereka kirimkan dari Papua ke Eropa serta seperti halnya doa yang mereka tuangkan pada goresan gambar bendera yang mereka lekatkan di sudut tembok kelas mereka. Dan saya, saya yakin dan percaya akan ada satu, dua bahkan tiga diantara mereka yang tumbuh dengan cita-cita besarnya untuk belajar seluasnya-luasnya di masa yang akan datang. Karena akan ada masa dimana mereka akan mempunyai kesempatan untuk menggapainya, seperti halnya akan ada kesempatan untuk salam semangat dari lintas benua lainnya.

Cerita Lainnya

Lihat Semua