Beras Untuk Pak Guru

Aditya Erlangga Putra 3 April 2018
Hari Ke 119: Rabu, 28 Maret 2018 Hari ini sekolah ramai sekali guru yang datang. Eits, tapi mereka datang untuk mengurus pemberkasan di dapodik. Sehingga dari pagi hingga jam pulang sekolah ramai dan terlihat sibuk para guru. Pun kelas juga ternyata justru terbengkalai karena guru mereka masih sibuk. Akupun juga turut sibuk membantu-bantu pengecekan pemberkasan mereka. Yang menarik ialah bahkan ada anak kelas V yang berkelahi dan sampai orangtuannya datang ke sekolah. Dan gurunya pun kalang kabut karena kecolongan adegan tersebut. Tapi untungnya suasana bisa diredam. Ini momen kedua setelah OSN guru-guru hadir komplit. Siang harinya aku masih sibuk dengan anak-anak yang belajar membaca dan menulis. Terutama kelas 1, 2, 3. Dan memang butuh kesabaran ekstra dan cara yang menyenangkan agar mereka mudah menerima. Karena ketika aku nampak marah atau terlalu keras, mereka pun nampak gelisah dan protes. "Pak Guru senyumlah, tak baik marah-marah" Dan dari mereka pulalah aku terus belajar sabar dan selalu menghela napas dalam-dalam. Malam harinya kejadian luar biasa kurasakan. Di tengah heningnya suasana desa dan aku di pelataran pustaka, nampak senter dan tiga sosok yang terus mendekat ke arahku. Mereka ialah Pandri, Topan, dan Adong (Nenek) Pandri. Setelah kutanya mau kemana, kata Topan mau ke aku dan mengasih aku. Nenek membawa beras di kantong plastik besar. Aku pun antara haru, kaget, dan tak tau harus bagaimana. Ternyata kepsekku pun datang untuk mengambil laptop. Sehingga beliaulah yang menjadi penerjemah antara kami. Karena sang Nenek tak bisa Bahasa Indonesia. Aku menerima beras tersebut, karena dorongan dari Kepsek dan tak tega melihat perjuangan sang nenek dan Pandri. Beras tadi wujud terimakasih karena telah mengajarinya baca tulis. Apalagi aku masak sendiri dan tak mau dibayar. Sehingga dikasihnya aku beras. Aku kembali berefleksi malam ini, bahwa kita tak pernah tau usaha ke berapa yang akan berhasil. Maka teruslah mencoba dan berusaha. Berhasilku disini dalam artian ada sosok atau orang yang tak ku kenal tapi mau mengapresiasi usahaku. Terlepas dari stereotype yang ada di desa, aku menganggap bahwa selama niat kita lurus dan baik, maka hal-hal baik lain pula akan menyusul. Semoga selalu semangat dan asa tetap terjaga, amin.

Cerita Lainnya

Lihat Semua