Tali Sepatu Isbar
Aditya Erlangga Putra 3 April 2018
Hari ke 71:
Kamis, 8 Februari 2018
Hari kamis ialah hari pekan atau pajak atau hari ke pasar. Dari pagi aku sudah bersemangat memimpin senam, meskipun kali ini kabel rol yang tidak berfungsi. Sehingga hanya hape dan microphone jadi acuan utama. Syukurlah anak-anak masih bisa diatur. Pagi ini aku masuk kelas 1. Karena tidak ada guru yang masuk. Awalnya mereka ku ajak keluar untuk latihan baris berbaris. Karena pekan, sehingga dari 33 siswa yang hadir hanya 17. Cukup mudah pula untuk mengaturnya. Ditengah intruksi baris berbaris, Bu Atun sebagai guru penjas datang dan mengukur berat badan mereka. Disinilah ada kejadian menarik dimana ada beberapa anak yang tidak bisa mengenakan sepatunya lagi setelah menimbang badan. Akhirnya aku bantu beberapa dari mereka. Ternyata mereka dibantu oleh mamak atau ibu mereka untuk bersepatu. Ketika menalikan kembali mereka kesusahan. Aku bantu mereka satu persatu. Ada Pendi, Isbar, dan Iky. Mereka ini para lelaki yang tergolong susah diatur dalam kelas. Tapi melalui adegan tali sepatu ini tadi aku kerasa aku bisa pula menali hati mereka. Setelah selesai menimbang aku bawa anak-anak ke kelas kembali. Mereka ku beri tugas matematika tentang penjumlahan. Tiga anak tersebut menjadi penurut dan lebih tenang dari biasanya. Pun Isbar yang sempat tinta bulpennya meluber dan kena wajah dan tangannya menangis. Aku coba tenangkan dan bersihkan wajah dan tangannya. Isbar hari ini benar-benar jadi seorang penurut. Lain dari hari kemarin. Pun saat istirahat dia ijin pulang, tapi ternyata tetap kembali ke kelas. Memang anak-anak disini bila hari kamis atau pekan, setelah istirahat tidak kembali ke kelas. Mereka jalan-jalan ke pekan. Rutinitas belanja di pekanpun aku lakukan saat jam istirahat. Disaat itu pula wali kelas VI dan kelas III meminta aku menjaga kelas mereka. (padahal aku menjaga kelas I) Tapi ku iyakan dengan senyum tulus dan menghela nafas dalamku.
Selepas istirahat dan ke pekan. Jadilah diriku mengawasi tiga kelas sekaligus. Kelas I, III dan VI. Pak Guru Adit benar-benar diuji bila Kamis hingga sabtu. Meskipun senin selasa hanya duduk anteng di kantor. Tapi aku bangga pada diriku sendiri. Ku awali masuk ke kelas VI dulu, kusuruh satu orang untuk mendektekan materi IPS negara Mesir. Lanjut aku ke kelas I, yang awalnya mau nyanyi saja terus berdoa dan pulang, malah anak-anak minta menggambar. Okelah nak, ku turuti permintaan kalian. Mereka menggambar dan mewarnai kemudian setelah selesai baru berdoa dan pulang. Setelah kelas I beres aku ke kelas III yang sudah ditinggali catatan oleh wali kelasnya. Tugasku agak ringan karena hanya mengawasi mereka agar tidak keluar. Ditengah-tengah aku juga meluncur ke kelas VI untuk melihat kondisi disana dan aman juga. Kuhitung tiga kali aku mondar-mandir dari kelas III dan VI dibawah teriknya matahari dan alhamdulillah masih lancar puasa. Jam istirahat kedua bergema berarti tandanya kelas III untuk pulang pula. Ku pimpin doa dan lanjut memulangkan mereka kemudian ke kelas VI. Setelah selesai istirahat kedua aku jelaskan sedikit tentang apa yang mereka catat. Kelas aman terkendali dan sampai jam 12 lewat anak-anak kelas VI boleh pulang. Setelah sekolah usai, aku membantu kawan guruku memasak. Apa menu kamis ini? Sama seperti sebelum-sebelumnya tongkol balado, tahu tempe, sayur sawi putih.
Hari ini pun selepas semua beres aku dan Pari janjian ke rumah Pak Camat. Awalnya agak khawatir karena pengalaman kemarin Pak Camat kalau siang sudah ke ladang. Tapi hari ini untungnya Pak Camat ada dirumah. Kami pun mengobrol lebih jauh. Bersama Ibu pula yang memberikan es sirup karunia (tapi Pak Guru Adit sedang puasa). Lumayan lama kami berbincang dengan beliau. Mulai dari jumlah keluarga hingga perbedaan di desa ku dan desa Pari. Tapi aku merasa Pak Camat sangat menerima kami hingga diundang pula Musrembang dinkecamatan hari Senin minggu depan. Setelah berfoto bersama kami pun pamit pulang. Pak Guru Adit yang sudah loyo ketika perjalanan masih saja menemukan murid-murid yang mengajak main layangan. Apalah daya ini yang selalu susah menolak setiap ajakan. Bermain layangan di lapangan hingga sore dan ijin mandi pun menutup hari ini. Hari yang luar biasa, karena melihat Pak Kepsek untuk pertama kalinya mengajar di kelas III pada saat jam pertama. Hari yang seru karena Isbar hari ini tak banyak gerutu. Hari yang menyenangkan karena tetangga samping sekolah ada yang pesta dan suasana desa menjadi meriah. Pelajaran hari ini ialah, gerak saja terus. Apapun keraguan didepan ciba ditepis dulu. Pun kalau tidak terlalu mulus akan menjadi pembelajaran untuk pergerakan selanjutnya. Semangat!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda