Festival Budaya Anak Konawe, Sebuah Pesta Kolaborasi

Sabar Artiyono 25 Maret 2018

 “Inilah penampilan Musik Bambu dari SD N Lalosabila,” teriak pemandu acara dari atas panggung.

Kalimat itulah yang membuat saya menyembunyikan rembesan air mata di balik kaca mata setelah acara resmi dibuka. Entah mengapa, inilah event yang pertama kali membuat  saya menangis. Bahkan menjadi MC di depan 4.000 audiens dulu itu tidak mengharukan seperti ini.

Bagaimana tidak membuat menangis?

Belasan anak SMA rela angkat meja dari hari sebelum acara meski ada yang mengikuti UN, ada pendamping guru yang rela mengumpulkan komite sekolah agar anak bimbingannya bisa menari, banyak penjahit yang rela mengumpulkan kain perca untuk dekorasi, ada Pak Yamin dengan percaya meminjamkan mobil pick up, lalu ada penggiat budaya yang  dengan bahagia membuat gasing gratis demi acara ini, ada juga Gerakan Kendari Mengajar yang rela hujan-hujan demi acara ini dan membuat ular tangga raksasa, kemudian kelompok penjual dari Komunitas Pabalu Konawe yang memberikan diskon besar untuk konsumsi acara ini. Lalu siapa lagi?  Donatur yang sudah rela mensupport kami melalui www.kitabisa.com. Terima kasih semua, kalau bisa, saya akan memeluk teman-teman semua!

Saking bahaginya, saya lupa menghitung berapa jumlah pengunjung di hari ke-18 bulan Maret itu. Yang saya lihat adalah keriuhan anak-anak berpakaian adat yang sedang memainkan bakiak dan egrang. Serta stand kuliner yang mulai dikutuki pengunjung karena cepat laku. Itulah event kolaborasi terbesar kebudayaan pertama di Konawe, Festival Budaya Anak Konawe 2018. Terima kasih kepada Pak Kadis P&K yang rela membatalkan pestanya demi pembukaan acara ini.

Rangkaian Festival Budaya Anak Koanwe terdapat empat wahana, atau bisa dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=5MvASKltGvw    

Pertama adalah pawai budaya yang diikuti secara meriah oleh Mts Negeri 1 Konawe, dan lima sekolah dasar lainnya di Unaaha.

Lalu ada museum mini yang barang-barangnya disediakan oleh komunitas adat dari Parauna dan Meluhu.

Kemudian ada pentas budaya dari anak-anak sekolah dasar meliputi Tari Lariangi, Tari Kreasi Mombesara, Musik Bambu, Puisi, dan Dongeng.

Keempat adalah wahana permainan tradisional anak yang sudah mulai langka seperti gasing.

Saya tidak menyangka kolaborasi ini semakin menjadi-jadi dalam pesta budaya ini. Hingga pihak vendor tenda dan panggungpun memberikan diskon juga.

Terima kasih kepada seluruh pihak terutama Pemda Konawe, Dinas P&K, Dinas Pariwisata, UPTD, Relawan dan penggerak Konawe , GKM, Komunitas ada, dan pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.

Terima kasih kepada seluruh media yang menularkan kerumunan positif ini. 

Haru itu masih tersimpan karena banyak kepala sekolah yang komentar “Baru kali ini ada acara seperti ini,”

 

Salam Haru,

 

Sabar Artiyono

 

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua