Sebuah Pagi

Say Shio 17 September 2014

Sebuah pagi adalah sebuah berkat. Seperti warnanya yang putih campur jingga muda kena sinar matahari, warna pagi begitu jelas untuk diterjemahkan. Polos dengan atmosfir baru dan wangi yang segar. Suasana ribut yang memecah malam yang diam. Setiap orang boleh punya arti yang lain tentang pagi. Bagi desa ini, pun suasana pagi adalah sebuah berkat.

 

Ketika seorang ayah yang lelah pulang dari sawah yang sedang kering. Ia hanya bisa menatap dinding rumahnya yang gelap saat malam. Di luar pun, suasana sepi. Karena penerangan jalan desa masih seadanya. Namun, ketika pagi terbit, rumahnya ribut dengan langkah kaki kecil yang mencari kaos kaki, seragam putih-merah, dan buku tulis. Dengan khidmat, di salim nya ayahnya itu. Lalu, dengan cerah berangkat menuju sekolah. Ah, betapa penawar lelahnya ada di pagi itu. Ada harapan baru, ketika melihat anaknya Ian menyongsong pagi untuk belajar, menuntut ilmu, demi cita-cita.

 

Ada seorang ibu yang terbangun sepanjang tengah malam membuat kue untuk dijual ke pasar keesokan harinya. Saat pagi tiba, dia dibangungkan dengan suara : Mak, hari ini aku olahraga. Mana bajuku? Sedikit repot dia rasa, sepagi itu harus mencari printilan sederhana. Tapi, itulah penawar jerihnya setelah membuat kue berjam-jam. Ada masa depan, melihat anaknya Sani, beriringan naik sepeda menuju sekolah.

 

Setelah semalaman menghapal perkalian, seorang anak akhirnya terlelap bersama kesunyian malam di desa. Menonton acara dangdut di televisi pun sudah dilakukan sebelum tidur. Begitu terdengar suara adzan subuh dari masjid di hilir sungai, badannya bergerak terbangun. Mengambil handuk dan sabun, lalu berjalan menuju aliran anak sungai untuk mandi. Tidak ada ayah ibunya yang membangunkan, karena mereka bekerja di kota lain. Yang terdengar adalah suara Acil (panggilan untuk saudara Ayah/Ibu) yang menjerang air panas. Ihsan pun siap lalu merayakan pagi dengan bersiap ke sekolah, tak lama kemudian menyahut ajakan temannya untuk berangkat sekolah.

 

Pagi dan sekolah. Pasangan kata yang sangat unik, lalu membawa pada pemandangan mengagumkan. Berkat pagi untuk Desa Sungai Tuak adalah melihat barisan anak-anak putih-merah menuju satu tujuan: sekolah. Segala rutinitas bersawah, berjualan kue, mengolah minyak kelapa, menjaga ayam dan bebek, dan lainnya, diusik dengan manisnya pada setiap pagi. Ada harapan baru untuk desa itu, selain dengan hidup berusaha dari hasil bumi. Barisan putih-merah itu adalah barisan kepala desa, pengusaha, dokter, guru, tentara, polisi dan lainnya yang akan membangun desa di masa depan. Masa depan itu tidak lama kok. Setiap pagi baru, setiap pagi itu juga anak-anak Sungai Tuak bertumbuh ilmunya. Tanpa disadari, mereka akan siap membuktikan. Apa yang akan mereka buat untuk keluarganya, desanya, kabupatennya, dan negaranya.

 

Pagi dan sekolah. Ketika hanya ada pagi dan tidak ada sekolah. Hanya potongan cerita dan itu pun hanya singkat. Sebuah pagi menjadi berkat, ketika ada tawa anak-anak dan suara gowesan sepeda yang menyambut. Sebuah pagi menjadi berkat, ketika sebuah bangunan persegi panjang disinggahi derap lari anak-anak di atas jembatan kayu ulin SDN 015. Berkat pagi, rasanya menjadi semakin terlihat ketika ada serombongan merah-putih yang berjalan beriringan, menuju satu titik: sekolah.

Jangan lupa, merekalah yang akan menjadi barisan penjaga masa depan Indonesia, yang akan menjaga masa depan Indonesia. Anak-anak inilah yang nanti akan menjaga akan tetap ada pagi yang baik untuk Indonesia.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua