Belajar Mengantri Part 2

Ana Uswatun Hasanah 17 September 2014

Beberapa waktu lalu saya pernah bercerita tentang para murid SDN 04 Langkahan yang untuk pertama kalinya berlajar mengantri guna meminjam buku di perpustakaan. Kali ini pun saya ingin berbagi tentang mereka kembali. Tentang anak SD yang terletak di kecamatan paling ujung di kabupaten Aceh Utara ini. Butuh proses dan waktu memang untuk menumbuhkan budaya antri terutama pada anak-anak. Butuh kesabaran ekstra tinggi dan banyak pihak agar kebiasaan mengantri ini dapat tertanakan sejak dini.

Tulisan ini saya peruntukkan untuk mereka kenang dikemudian hari, mereka yang telah mengorbankan waktu istirahatnya demi membantu para guru serta saya dalam mengurusi peminjamanan buku di perpustakaan mungil sekolah ini. Serta bagi mereka yang sangat antusias dalam meminjam buku dan bersedia mengantri terlebih dahulu. Mungkin sebagian orang memandang “antrian” ini merupakan hal sepele, dan mungkin juga “antrian” ini tidak terlalu penting untuk dibicarakan. Namun “antrian” ini menjadi obat mujarab bagi kami, terutama saya. Karena dengan “antrian” ini, keberadaan perpustakaan sebagai fasilitas sekolah dapat digunakan dengan baik dan para murid pun mendapatkan haknya serta pembelajaran tentang mengantri.   

Selama hampir 3 pekan ini, peminjaman buku dengan sistem mengantri cukup berjalan dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari para murid yang berbaik hati meluangkan waktunya saat istirahat sekolah dengan  bersedia membantu menjadi pengurus perpustakaan. Dengan senang hati saya akan menyebut nama mereka, pertama si Putri Maulida, gadis periang yang tengah duduk di kelas VI A ini kerap kali menjadi petugas perpustakaan yang mendata para murid yang ingin meminjam dan mengembalikan buku. Kedua adalah Muhammad Fadil, murid kelas VI A yang gemar membaca ini merupakan presiden klub perpustakaan. Selanjutnya Zulfahmi dan M. Fikri, murid kelas VI B dan VI A ini menjabat sebagai wakil presiden dan sekretaris klub perpustakaan. Selain keempat murid tersebut, ada pula beberapa murid yang awalnya tidak terdaftar sebagai anggota klub perpustakaan, menjadi sangat antusias membantu menertibkan antrian saat peminjaman dan pengembalian buku. Mereka adalah Syahril, Mustami, Ari Gunawan dan Muksalmina. Keempatnya adalah murid kelas VI A yang sangat tegas dalam mengatur antrian teman-teman dan adik-adik kelasnya di depan pintu perpustakaan.   

Untuk menjalankan sistem “antrian” ini, selain adanya petugas perpustakaan yang terdiri dari beberapa murid yang menggunankan tanda pengenal, kami pun menggunakan sistem tiketing. Ada dua tiket yang digunakan secara bergantian oleh para murid yang telah mengantri untuk meminjam buku perpustakaan. Dengan sistem tiketing ini, para murid dapat lebih kedisiplinannya dalam mengantri. Selain itu, dengan adanya sistem mengantri ini, ternyata dapat menarik lebih banyak siswa yang penasaran dan turut ikut mengantri dan meminjam buku, serta secara tidak langsung para siswa yang lain pun mengenal sistem mengantri dan tiketing dengan sendirinya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua