Kami Satu Untuk Kapuas Hulu

SarahNurul Khotimah 26 Juni 2015

Selama empat hari, 15-18 Juni 2015, saya dan sembilan Pengajar Muda (PM) X lainnya mengikuti kegiatan transisi tingkat Kabupaten yang diselenggarakan oleh PM VIII dengan jargon ‘Kami Satu Untuk Kapuas Hulu’. Setelahnya, kami melaksanakan transisi di desa masing-masing. Kebersamaan yang terbatas ini beroleh hubungan kekerabatan yang tertaut antara PM VIII dan X. Selain sukses membuat close gate untuk para pelari terakhir di Kapuas Hulu, mereka juga menjadi tauladan bagi kami untuk menjalin relasi yang erat dengan stakeholder, aktor lokal, komunitas, warga sekitar, maupun sesama PM. Jika perjalanan ini diibaratkan sebagai pelayaran yang siap berlabuh, maka kami sudah diberi cahaya mercusuar yang terang untuk bisa ditambatkan dengan baik di pelabuhan.

Hari Pertama

Kami mendapatkan kejutan dari PM VIII. Mereka meminta kami mencari sendiri rumah dinas PM di Putussibau, ibukota Kapuas Hulu, dengan bekal bertanya kepada warga. Sesampainya di rumah dinas, kami dikejutkan dengan skenario kehidupan warga lokal berupa adat penyambutan, bahasa lokal, makanan lokal, dan gawai (hajatan daerah). Setelah perhelatan tersebut selesai barulah kami mengikuti sesi perkenalan personil dan program. Malamnya kami mengikuti acara pisah sambut non formal di rumah Bang Alwis, salah satu aktor lokal di Putussibau, yang juga dihadiri oleh sahabat-sahabat PM dari KPPN, JNE, Optik Internasional, dan Panitia Festival Anak Kapuas Hulu (FAKH).

Panitia FAKH terdiri dari pelajar-pelajar SMA yang direkrut untuk menjadi penggerak kegiatan sosial pendidikan untuk pelajar SD se-Kapuas Hulu. FAKH merupakan sebuah ajang dalam memfasilitasi minat dan bakat, membuka wawasan, serta menumbuhkan mimpi anak-anak Kapuas Hulu. Kegiatan ini juga menjadi wahana berkumpulnya pelajar-pelajar dari sekolah, suku dan agama yang berbeda untuk saling mengenal, bekerja sama, dan berbagi mimpi untuk Kapuas Hulu (https://www.facebook.com/FestivalAnakKahul).

Hari Kedua

Kami mengikuti pisah sambut secara formal pada hari kedua. Dimulai di kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga dan dilanjutkan di pendopo rumah Bupati. Dalam pisah sambut, banyak prestasi anak-anak Kapuas Hulu yang disebutkan, diantaranya sebagai finalis Kalbe Junior Scientist Award di Singapura, Konferensi Penulis Cilik Indonesia (KPCI), dan Beasiswa Pendidikan dari PPI Korea. Selepas pisah sambut, kami kandau/berkunjung ke rumah salah satu aktor lokal yang dekat dengan PM yaitu Bu Tiwi, staf di Dinas Pendidikan yang mengurus kegiatan FAKH.

Hari Ketiga

Di pagi hari kami mendapatkan hiburan sekaligus tantangan untuk berenang di sungai Kapuas, lalu kandau dilanjutkan ke markas Komando Distrik Militer (Kodim). Di Kapuas Hulu, kedekatan dengan Dandim bukan hanya mengenai keselamatan dan keamanan PM, namun mereka juga ikut bergerak di bidang sosial pendidikan dengan menjadikan mobil pintar sebagai fasilitas program Kapuas Membaca (http://beritakalimantan.co/dandim-berharap-kaca-bisa-tingkatkan-minat-baca-anak/). Hubungan baik pun terjalin dengan instansi yang kami kunjungi berikutnya, yaitu Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang membidani kegiatan Minicamp Guru Figur (GF) (http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/muhammad-nugraha-2/guru-figur-itu-seru).

Tak melulu berurusan dengan instansi pemerintah, kami pun kandau ke markas Putussibau Art Community (PAC).  PAC adalah sebuah komunitas yang bergerak di bidang seni, sosial, budaya, wisata, kearifan lokal, dan pelestarian alam. Dibentuk pada tanggal 17 Agustus 2012, ketika PM di Kapuas Hulu memasuki tahun kedua. Dalam satu tahun terakhir, komunitas ini aktif dalam gerakan #IURun (http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/muhammad-nugraha-2/kampanye-iurun-di-kapuas-hulu) dan Konservasi Taman Nasional Betung Kerihun (http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/erni-sari-2/konservasi-dalam-sketsa). Kini PAC sudah memiliki legalitas sebagai sebuah komunitas berbadan hukum. Dan pada Agustus mendatang, untuk pertama kalinya mereka akan mengadakan kegiatan Colour Run di Putussibau.

Seperti hari sebelumnya, menjelang malam kami kandau ke rumah aktor lokal yang mendukung kegiatan-kegiatan PM yaitu Pak Didin yang juga pegiat pendidikan di Putussibau. Salah satu putera Pak Didin, yang bernama Juliansyah, pun sering kandau ke rumah dinas PM. Selesai kandau kami menginap di rumah Bupati Kapuas Hulu, M. Natsir, dan menjalankan sahur pertama dengan keluarga Pak Natsir.

Hari Keempat

Sebagai penutup transisi, di hari terakhir kami berdiskusi mengenai program, stakeholder, kegiatan pendukung seperti Porseni, UN, ke-Galuh-an, hingga berbagi mengenai urusan teknis di rumah dinas. Diskusi tersebut ditutup dengan bonding masing-masing penerus di desa, kemudian dilanjutkan dengan kandau ke rumah aktor lokal lain bernama Pak Adlin. Beliau pernah bekerja di BKD dan berperan dalam kegiatanMinicamp GF, salah satu program yang kini diharapkan bisa dikembangkan oleh Dinas Pendidikan. Dan pada hari terakhir ini, kami pun buka bersama dengan para pahlawan pendidikan yang sudah terhimpun dalam komunitas Guru Figur tersebut. Merekalah penggerak utama yang peduli sekaligus mengerti mengenai labirin pendidikan di Kapuas Hulu. Berkumpulnya mereka dalam satu semangat membuat kami yakin bahwa Kapuas Hulu akan terus menapaki jalan cerah dalam kemajuan pendidikan.

Empat hari yang padat dan bermakna telah membangun optimisme di awal langkah kami untuk melanjutkan sekaligus menutup pelayaran PM di Kapuas Hulu. Pengembaraan ini bukan sekedar mengenai pekerjaan yang harus kami lanjutkan, namun juga semangat belajar yang harus kami tularkan. Baik itu belajar untuk membina hubungan baik, belajar untuk bergerak serentak, dan juga belajar untuk mengembangkan potensi bersama. Dan dari proses transisi ini kami belajar lebih banyak daripada itu, karena kami juga mendapatkan ikatan kekeluargaan yang terjalin dari pendahulu kami yang menitipkan kami kepada setiap orang yang mereka temui. Seakan kami benar-benar anggota keluarga mereka yang harus dijaga. Maka sudah tentu kami harus mengucapkan banyak terima kasih kepada PM VIII yang telah merancang semuanya dengan baik dan memberikan kepercayaan kepada kami untuk menutup pengembaraan ini.

Selamat menempuh fase hidup selanjutnya. Doa kita saling menyertai.

Anang lupa bahagia, bah! Jangan lupa bahagia, ya!


Cerita Lainnya

Lihat Semua