Kabaret dan Tarian Nusantara

SarahNurul Khotimah 22 Agustus 2015

"Selamat datang di Kabaret Nusantara karya anak-anak Landau Badai."

Suarauku sebagai kalimat pembuka dalam kabaret tersebut membekas dalam ingatan anak-anak. Diulang-ulang dalam gumaman. Saking seringnya mereka mendengar saya dan 30 anak lainnya latihan kabaret ini. Hanya dalam waktu satu minggu kami mempersiapkan pementasan ini. Berawal dari lagu-lagu daerah Nusantara yang sering saya dengarkan di desa dan mata pelajaran SBK yang belum dimulai. Saya membayangkan bisa menampilkan berbagai macam tarian daerah kepada anak-anak.

Apakah saya pintar menari tarian daerah? Tidak. Semuanya berbekal pengalaman mereka dilatih menari oleh Aryana, PM 4 Landau Badai, dan Anna, PM 6 Landau Badai. Saya pun men-download beberapa tarian di youtube ketika sedang di Kabupaten. Terima kasih kepada KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) Putussibau yang mengizinkan saya setiap malam menumpang untuk internetan dan mendownload segala hal yang diperlukan untuk di desa.

Kabaret tersebut mengisahkan seorang anak (diperankan oleh Fachmi, murid kelas 5) yang ketika bangun dari tidurnya dihampiri seorang Kesatria Pengelana (diperankan oleh Biki, murid kelas 6) yang akan mengajaknya keliling Nusantara. Awalnya anak tersebut menolak karena tidak ingin meninggalkan Kalimantan, namun Kesatria tersebut berjanji akan mengembalikan si anak ke Kalimantan. Si anak pun setuju dan berpamitan kepada ibunya (diperankan oleh Satiah, murid kelas 8).

"Apakah kamu sudah siap?" tanya Kesatria.

"Ya, saya siap."

"Kita akan memulai perjalanan ini dari Kalimantan."

Para penari lagu Cik Cik Periuk yang dulu dilatih oleh Aryana menampilkan tariannya. Mereka memakai mahkota, kalung, dan rok dari dedaunan. Semuanya mereka buat sendiri. Selanjutnya si anak berpamitan dengan teman-temannya yang menarikan lagu Cik Cik Periuk dan bersiap menaiki perahu diiringi tarian Dayak.

Perjalanan pun berlanjut dengan berbagai tarian daerah. Mulai dari Sumatera dengan lagu Tak Tong Tong dan Andam Oi yang ditampilkan oleh murid kelas 6. Awalnya ingin menampilkan Tari Saman yang pernah diajarkan Anna, namun para penari Saman sibuk latihan Paskibra. Lalu perjalanan dilanjutkan ke Pulau Jawa dengan Tari Cublak Cublak Suweng, Cing Cangkeling, dan Tokecang oleh kelas 5. Dilanjutkan ke Papua dengan lagu Apuse dan Yamko Rambe Yamko oleh kelas 4. Lalu Sulawesi dengan lagu Sipatokaan. Dan saat kembali ke Kalimantan mereka bersama-sama menarikan lagu Ampar-Ampar Pisang dan Tari Belangkah.

Jadilah proyek Kabaret ini sebagai hiburan saat peringatan 17 Agustus sekaligus proyek pelajaran SBK bagi kelas 4-6 SD. Saat memiliki proyek bersama, tentu saja bonusnya adalah saya jadi lebih dekat secara emosional dengan anak-anak. Mereka jadi hapal beberapa lagu daerah. Dan, mereka bahagia dengan kabaret yang berkesan ini. Bisa menampilkannya di depan masyarakat Landau Badai.

Terima kasih, atas pelajaran berharga atas pementasan kemarin :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua