my trip to Labobar

Sandra Prasetyo 17 Juli 2011
Setelah sampai di ibu kota Maluku Tenggara Barat pada hari jum’at dan ronda-ronda (keliling) kota saumlaki. Akhirnya saya dan para pengajar muda MTB lainnya bertemu dengan pemerintah setempat, intinya memberi arahan kepada para pengajar muda, beserta harapan-harapan yang diinginkan terhadap pengajar muda, tetapi entah kenapa, pada akhir-akhir pembicaraan beliau menawari kami untuk tinggal menetap dan menikah dengan warga setempat, minum sopie (semacam arak kalau di jawa), karena budaya di MTB menunjukkan siapapun yang minum sopie bersama masyarakat, berarti dia menjadi bagian dari masyarakat MTB. Dalam hatiku..alamakkkk..pertanda apa ini, blom juga kerja dan tahu karakter masyarakat MTB, sudah ditawari yang aneh-aneh..hahaha. Setelah 5 hari berada di saumlaki, akhirnya saya dan teman PM bisa menuju tanah tempat memanen pahala kami masing-masing. Saya dan 3 teman PM (Matilda, Barto, dan Dedy) naik kapal fery menuju daerah masing-masing, yaitu labobar, lamdesar barat, adodomolo, dan wadankou. Alhamdulilllah kami dapat kamar di fery, menyatu dengan lautan manusia dan barang di fery selama 12 jam. Pukul 05.30, sampailah kapal fery ini di Wunla (ibu kota kecamatan Warlabobar), kapal fery ini berlabuh ditengah laut, dan di ujung pintu keluar sudah berjubel kapal-kapal kecil yang siap menjemput penumpangnya. Saya dan pak udin (pegawai SDN Labobar) dijemput oleh sebuah kapal motor tempel yang disebut dengan ketinting dan disana sudah ada ibu risma, mama piara ( orang tua asuh) saya di labobar. Pengalaman pertama saya naik fery dan pertama juga naik katinting, sedikit gugup sih awalnya, karena jarak permukaan atas kapal dengan laut mungkin hanya 5 cm, dan miring ke kanan.. untuk mengurangi ketakutan itu, life vest pun saya pakai, dan alhasil..sayapun dilihatin banyak orang, ada juga yang ketawa melihat saya pakai life vest, mungkin dalam pikiran mereka, nih orang aneh banget dah pakai baju..hahaha. Dalam perjalanan menuju perkampungan labobar, saya disuguhi dengan keindahan laut dan daerah pesisir yang sungguh luar biasa indah, nih foto-foto hasil jepretan gw..cekidot gan!!

view off sea labob

Setelah menempuh perjalanan laut dengan katinting selama 1 jam, akhirnya sampai juga saya di kampung labobar (satu-satunya daerah di MTB yang masyarakatnya mayoritas beragama islam), saya disambut oleh anak-anak setempat, dengan sukarela dan tanpa disuruh mereka tiba-tiba mendekati saya dan membawakan tas-tas saya yang lumayan banyak, sungguh sambutan yang hangat dan penuh ke akraban. Saya langsung ke rumah sekretaris desa untuk melapor diri. Di kampung yang sangat kecil ini, saya bersama pak darto melakukan ronda-ronda keliling desa dan melihat sekolah. Dalam setiap perjalanan ronda-ronda, masyarakat setempat memberi saya senyuman dan sayapun membalasnya dengan senyum dan salaman hangat, nah ada beberapa orang yang minta saya foto, karena kebetulan saya pegang kamera digital, dengan berbagai fose, mereka saya foto bak foto model dadakan dari labobar…lucu deh pokoknya. Ternyata, dikampung labobar ini ada warganya yang meningal, saya dan pak darto menyempatkan diri untuk melayat, tapii…saya sempat terkejut ketika pak darto dan keluarga yang meninggal meminta saya untuk memfoto jenazah, ngeri bukan kepalang saya, jenazah kok di foto, ya kalau penganten masih lumayan, ini jenzah yang belum dikafani, seumur-umur saya gak pernah memfoto jenazah, memang gila di foto orang sini, jenazah pun masih eksis untuk dofoto..hahaha. hari ini sungguh pengalaman yang luar biasa, unforgettable moment in my life lah.

Cerita Lainnya

Lihat Semua