Home alone

Sandra Prasetyo 21 Desember 2011

Setiap kejadian selalu mengandung hikmah. Mungkin itu kata yang tepat bagiku. Genap 2 bulan sudah merasakan home alone di desa ini. Keluarga piaraku pergi ada urusan di kota hingga saat ini. Menjadi hikmah tersendiri dalam perjalanan hidup sebagai seorang pengajar muda. Kemandirian dan keikhlasan menjalani semua ini menjadi kunci utama. Kemandirian utamanya adalah semuanya harus dikerjakan sendiri, mulai dari masak makanan, membersihkan rumah, menyapu, mengambil air dari mata air, mencuci piring, semuanya harus bisa meskipun dalam segala keterbatasan sumber daya. Untuk makan, alhamdulillah saya bisa memasak, tapi masalahnya disini adalah susah bahan mentah yang bisa diolah menjadi makanan. Alhasil, saya setiap pulang sekolah harus pergi ke hutan untuk mencari daun – daunan yang bisa diolah, minta tetangga kesana kemari agar bisa makan. Lauk pauk utama yang sering dimakan adalah sayur daun singkong, sayur pepaya mentah, sayur jantung pisang. Untuk kebutuhan air, saya harus mencarinya dari mata air yang jaraknya lumayan cukup jauh dengan memikul timba, rasanya berat memang, hitung – hitung sambil olahraga, jadi harus menikmati dan selalu bersyukur karena masih ada air. Home alone ini juga mengajariku bagaimana mengolah ikan segar, cara membersihkannya, ohh..begini tho caranya membelah ikan agar siap untuk dimasak. Dia juga mengajariku bagaimana membuat ikan asin. Selama aku hidup, mana pernah aku mengerjakan semua ini. Semua ini menjadikanku lebih dewasa, dewasa dalam memandang sesuatu dengan positif, dewasa dalam berpikir, dan tentunya dewasa untuk menjadi seorang calon kepala keluarga. Hahahaha..... Pengalaman ini tentunya tidak akan pernah terlupakan seumur hidup, hidup sendiri selama 2 bulan lebih di sebuah pulau terpencil Indonesia. Pengalaman ini mengajariku untuk semakin ikhlas dan how to struggle in life. Terima kasih Tuhan, terima kasih Indonesia Mengajar telah memberi kesempatan bagiku untuk menjalani fasa kehidupan ini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua