Desaku itu adalah Wunlah

Sandra Prasetyo 8 September 2011

Wunlah adalah ibu kota kecamatan Wuarlabobar, satu dari sekian banyak kecamatan di Maluku Tenggara Barat. Kecamatan ini bisa ditempuh dengan menempuh perjalanan laut dengan fery satu malam dari Ibu kota Kabupaten MTB, Saumlaki, dan bisa lebih cepat jika menggunakan speedboat, hanya 4 jam. Ketika turun dari fery, kita masih harus naik ketinting (kapal motor kecil) untuk mencapai daratan Wunlah, sekitar 15 menit, karena disini belum ada pelabuhan kecamatan. Di Wunlah belum ada listrik dan sinyal, masyarakat disini mayoritas masih menggunakan genset dan pelita (nyala api dari minyak tanah yang ditaruh di kaleng) untuk penerangan pada malam hari. Agama penduduk di Wunlah mayoritas adalah kristen protestan, sedikit katholik dan islam. Meskipun demikian, masyarakat disini sangat terbuka dengan adanya pendatang, toleran dengan kepercayaan lainnya, saling menghormati satu sama lainnya. Kecamatan Wuarlabobar ini merupakan satu-satunya kecamatan di Maluku Tenggara Barat yang memiliki keberagaman kepercayaan, yaitu ada kristen, katholik, dan islam. Di kecamatan ini ada 3 kampung muslim, yaitu Labobar, Karatat, dan Kilon. Untuk kegiatan keagamaan, disini gereja membentuk unit-unit ibadah untuk setiap sektor, Wunlah memiliki 6 sektor ibadah. Ibadah dilaksanakan setiap sore hari, mulai hari jum’at sampai minggu. Pendatang yang paing banyak adalah orang Bhutton, Sulawesi Tenggara, mereka kebanyakan berprofesi sebagai pedagang disini, hampir semua toko (masyarakat disini menyebutny dengan “Opsi”) orang Bhutton yang punya. Pekerjaan masyarakat Wunlah mayoritas adalah sebagai petani dan nelayan. Di desa ini sudah ada beberapa kelompok tani dan nelayan, meskipun belum berjalan dengan maksimal. Wunlah ini tidaklah luas, mungkin hanya seluas 10 x lapangan bola (i think so..), sehingga untuk ronda-ronda (keliling desa) cukup jalan kaki saja selama 15-30 menit. Kondisi tanah di Wunlah berbatu karang, namun disisi timur ada perbukitan yang tanahnya subur, disinilah masyarakat becocok tanam sayuran, kacang-kacangan, bawang, dll. Kondisi jalan disini lumayan bagus, meskipun masih sirtu (pasit batu) tapi rata. Ketika kita menjadi pendang pertama kali di Wunlah ini, kita sebaiknya datang ke Tuan Tanah ( orang yang paling awal menempati pulau) untuk lapor diri dan diberi doa sesuai adat setempat, dan minum sopie tentunya (semacam arak), tapi jangan terlalu banyak, bisa mabok. Dari segi fasilitas kesehatan, disini cukup memadai, ada sebuah puskesmas kecil di pojok desa. Ada dua dokter PTT yang bertugas disini, beberapa bidan, jadi jangan khawatir jika kita sakit, insya’allah akan segera tertangani.


Cerita Lainnya

Lihat Semua