info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Ibu Leha : Berusaha “ Bertingkah Laku Ideal “

Ridwan Wijaya 6 September 2011

“ Teng...Teng...Teng... lonceng masuk kelas telah berbunyi, murid-murid pun berlari menuju depan kelas masing-masing dan berbaris dengan rapi. Tetapi setelah dilihat ternyata masih ada beberapa murid yang masih asyik duduk-duduk sambil makan di warung tanpa menghiraukan bunyi lonceng. Padahal saya sebagai guru sudah berdiri di depan kelas saat anak-anak sedang berbaris.  Akhirnya murid-murid dipanggil, diberikan pengarahan , dan punishment  (hukuman) . Hukumanya adalah dengan meminta murid-murid yang tidak ikut baris untuk mengambil sampah di sekitar sekolah. Setelah selesai masuk dalam kelas, sayapun membuka pelajaran yang dijadwalkan hari itu dan memberikan penjelasan-penjelasan mengenai materi pelajaran. Selain menjelaskan saya juga memberi contoh-contoh di depan kelas tentang apa yang saya jelaskan. Tiba-tiba ada 2 orang murid yang meminta izin keluar kelas dengan alasan “buang air kecil” secara bersamaan. Setelah saya perintahkan untuk keluar secara bergantian, mereka sudah berlari bersamaan keluar meninggalkan kelas. Setelah 15 menit berlalu anak-anak yang tadi keluar tak kunjung datang. Sayapun keluar dan mencari murid-murid yang keluar tadi di sekeliling sekolah. Karena tidak menemukan mereka akhirnya saya kembali masuk dalam kelas dan melanjutkan proses belajar mengajar sampai selesai. Murid-murid yang tadi belum muncul dan masuk ke dalam kelas. Saya menghembuskan nafas panjang dan menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata dalam hati “anak-anak itu sungguh tidak menghargai gurunya”. Sebagai imbalan dari perbuatan mereka karena sudah membohongi saya sebagai gurunya akhirnya saya menghukum mereka dengan menyuruh memungut semua sampah yang ada di sekeliling sekolah sampai bersih keesokan harinya.”

 

Itulah salah satu pengalaman mengajar yang dirasakan oleh Ibu Siti Zulaikha. Dia adalah guru honorer di desa Tanjung Aru, kecamatan Tanjung Harapan. Profesinya sebagai guru honorer sudah dia jalani selama 6 tahun sampai saat ini. Pada tanggal 25 Juli 2005 pertama kali guru muda ini bekerja sebagai guru honor di SDN 006 Desa Senipah, kecamatan Tanjung Harapan. Sebuah desa yang tergolong cukup terpencil, karena untuk mencapai desa Senipah harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Untuk sampai ke kota Tanah Grogot, perjalanan laut ditempuh dengan jarak 5 jam perjalanan, sedangkan perjalanan darat membutuhkan waktu lebih dari 6 jam perjalanan dengan melewati jalanan yang rusak, bahkan kalau hujan kita bisa menempuh waktu hampir 12 jam perjalanan. Banyak hal yang diraskan oleh guru muda ini selama perjalanannya menjadi guru dalam 6 tahun terakhir, selain menghadapi berbagai macam karakter siswa, keterbatasan fasilitas, gaji yang tergolong minim dan tidak setiap bulan diterima, sang guru juga harus merasakan jauhnya pulang pergi untuk menuntut ilmu tambahan guna menjaga dan meningkatkan kemampuan dirinya sebagai pengajar. Sudah satu tahun lebih guru muda ini kuliah di  Universitas Terbuka (UT).  Dalam enam bulan pertama, setiap minggu dirinya melakukan perjalanan dari desa Senipah menuju Tanah Grogot dengan menempuh daratan yang  jauh dan rusak. Enam bulan berikutnya perjuangan terasa agak lebih mudah karena Ibu Leha, panggilan akrabnya, pindah mengajar di SDN 001 Tanjung Harapan di desa tanjung Aru.

Bukan gelar semata atau hanya mencoba memenuhi prasyarat sebagai PNS guru muda ini mengikuti kuliah, tetapi benar-benar ingin meningkatkan kemampuan mengajar dan berusaha menjadi guru ideal bagi murid-muridnya. Dari pengalamannya selama mengajar seperti yang disampaikan diatas, Menurut ibu Leha, setelah melihat semua tingkah laku siswa atau murid-murid, sangat penting untuk seorang guru agar “ bertingkah laku ideal ” karena bagi murid “Guru” adalah personifikasi dari sebuah kepribadian yang luhur, agung dan bijaksana dalam segalanya, karena itu “Guru” adalah orang yang patut digugu dan ditiru, tetap diyakini seperti itu oleh murid-muridnya sampai mereka menemukan kepribadian dirinya sendiri setelah dewasa kelak. Ada 2 hal yang menurutnya penting untuk ditanamakan dan ditunjukkan kepada murid-murid yaitu :

  1. Kehadiran dan disiplin. kepercayaan murid kepada gurunya akan mulai tumbuh dari kehadiran guru dan disiplin yang ditunjukan kepada murid-murid. Guru hadir di sekolah dan dikelas tepat pada waktunya, selalu hadir di dalam kelas beberapa menit sebelum pelajaran dimulai. Menjaga konsistensi kehadiran di sekolah, dan disiplin dalam menyampaikan materi yang diberikan. Selain itu guru juga perlu menunjukkan tata krama yang baik didepan murid-muridnya baik dalam hal bicara, berpakaian, dll. 
  2. Kesabaran yaitu sabar menerima keberadaan dan kenyataan anak didik yang memiliki berbagai macam karakter. Ada yang nakal, hiperaktif, pintar, lambat menangkap pelajaran, dll. Semua murid pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Guru harus sabar dalam menghadapi semuanya Karena dengan kesabaran, guru dapat menunjang terciptanya hubungan kerjasama dan suasana kekeluargaan yang akhirnya merangsang timbulnya semangat belajar anak didik.

Apa yang dilakukan dan disampaikan oleh Ibu Leha bisa menjadi contoh bagi setiap guru untuk bisa memberikan yang terbaik dalam profesinya. Guru adalah seorang pengajar, tetapi guru sejatinya juga harus belajar dan melakukan perbaikkan guna meningkatkan kualitas mengajarnya. Pemikiran dan prinsip yang dimiliki oleh Ibu Leha ini menjadi gambaran tekad ideal seorang guru yang mencoba profesional menjalankan tugasnya walaupun masih berstatus guru honorer bukan PNS. Mengkritik realitas di lapangan yang sekarang terjadi, cukup banyak guru-guru PNS yang masih bersifat unprofessional dalam profesinya dan kehilangan semangat “selalu belajar dan menjadi lebih baik” dalam menjalankan tugasnya. Banyak faktor memang yang menyebabkan hal itu, tetapi kembali semuanya tergantung dari niat dan prinsip yang dibawa dari awal ketika seseorang mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang Guru.


Cerita Lainnya

Lihat Semua