Lalomerui Express: Edisi Ramadan
Sabar Artiyono 19 Juli 2017Jurnalis itu tidak bosan membuat replika cerita. Di sudut ruangan editing, dia masih terpaku dengan beberapa potongan shootnya. Tidak ada yang salah dengan konten maupun skrip. Tetapi, jemarinya berhenti menggeser kursor.
CAM 1. 00.00 - 00.30
Murid itu datang kembali. Mengambil air kemudian mengenakan mukena. Lalu duduk dan membaca halaman yang sama. Sudah tiga pertemuan halaman itu belum dibalik. Saat dia memandangnya, suara anak itu makin lirih.
INSERT 00.30 - 00.35 (ZOOM BUKU IQRO JILID 2 HALAMAN 45)
CAM 2. 00.40 - 00.50
“Ayo kasih tahu Bapak bagaimana caranya agar membacanya lancar?” Pancingnya. “Dibaca berulang,” jawabnya datar. “Selain itu?” Tambahnya. “Dihapal Pak,” suaranya semakin lirih.
(DELETED SCENE)
Dia mencoba mengulang pertanyaan dalam kalimat yang berbeda. Jawabannya ternyata hanya dua itu.
CAM 2. 00.50 - 01.00
“Kalau di rumah kamu mengaji tidak?” tanyanya dengan sabar.
“Tidak.”
“Kenapa?”
“Orangtua tidak bisa membaca Alquran Pak,” kepalanya menunduk.
--END--
Berharap ruangan itu mati listrik kemudian filenya rusak. Hingga akhirnya cerita itu tidak pernah dipublikasikan.
"File ini dari kehidupan nyata, kalau di komputer bisa dihapus tapi..." tuturnya dalam hati dengan nada frustrasi.
Kemudian cerita itu mendapatkan slot khusus di ingatan otaknya. Berharap di mata pemirsa juga.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda