Kelas Masa Depan: Catatan Editorial

Sabar Artiyono 27 September 2017

Untuk pembaca Lalomerui Express dan Routa Times,

Dan tentu saja untuk kamu,

Ribuan pesan sering bernada sama, anak-anak adalah tombak masa depan. Akan tetapi bagaimanakah seorang anak memandang masa depan itu sendiri? Biarkan saya sempitkan makna ‘masa depan’ dengan profesi yang dinginkan oleh anak-anak dalam tulisan ini.

“Saya ingin menjadi polisi Bu Guru!”

“Kenapa?” Tanya gurunya.

“Biar bisa nembak orang Bu,” jawab anak itu polos.

Sebagai orang dewasa, tentu saja ini jawaban yang mengagetkan karena terkait dengan image polisi. Tentu saja jawaban itu dinilai jauh dari kata tepat. Sebaliknya, bagi seorang anak, jawaban itu ‘fine’ entah karena imajinasi atau sebuah pengalaman yang membuatnya menjawab seperti itu.

Mulai dari interaksi itulah, Kelas Masa Depan itu diadakan dengan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti Nusantara Sehat, Polsek Routa, dan PT. Sulawesi Cahaya Mineral.

Dengan mengadopsi Kelas Inspirasi, tujuan dari acara ini adalah sangat sederhana, mengenalkan profesi dengan menghadirkan pelakunya ke dalam kelas. Akan tetapi, di balik kata sederhana itu terselip harapan agar anak-anak tahu bagaimana menggapai mimpi itu dengan sekolah yang tinggi. Hingga akhirnya, dokter bukanlah cita-cita yang ikut-ikutan teman.

Biarkan tujuan menjadi penentram hati dan pelaksanaan menjadi tanggung jawab badan dan otak. Kenyataannya berkomunikasi dengan pihak sekolah serta pemangku kepentingan tidak semudah mengucapkan tujuan sederhana itu. Tantangan geografis sudah jelas. Maka hanyalah komitmenlah yang bisa menjadi jawaban terlaksananya program itu. Satu institusi mundur dan satu sekolah yang dijadwalkan juga mundur.

“Biarkan saja, kita lanjut, demi anak-anak,” komentar anggota tim.

Setelah bongkar pasang jadwal serta briefing dengan berbagai narasumber, Kelas Masa Depan bisa dilaksanakan pada 7 September 2017 di SD N Parubela, 9 September 2017 di SD N Polihe. Kemudian dilanjutkan di SD N Lalomerui pada 11 September 2017 lalu pada 13 September 2017 di SD N Wiwirano Atas.

Di balik kata ‘bisa’ di atas, ada drama air mata, ada crew yang jatuh dari motor hingga smartphonenya mati karena jatuh ke sungai. Ada rasa lelah dan kecewa karena kondisi jalanan serta psikologi anak di kelas. Akan tetapi, biarkanlah gerakan anak-anak saat senam ‘baby shark’ menjadi obat semua itu.

Jika dilihat dari tujuannya, sebenarnya sudah cocok. Meski secara kuantitatif, ada satu sekolah yang tidak bisa mengikuti. Tetapi, keberanian anak-anak untuk menuliskan cita-cita serta caranya patut diapresiasi. Semoga akan ada polisi air, koki, dan dokter dari Tanah Routa.

Kelas Masa Depan – Kelasnya Para Juara!

Tertanda,

Sabar Artiyono – ‘Guru Magang’ SD Negeri Lalomerui  


Cerita Lainnya

Lihat Semua