info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Mengobati "TBC"

Ryanda Adiguna 6 Maret 2015

Bukan TBC yang secara harfiah berarti tuberculosis. Tetapi TBC singkatan dari Tak Bisa Computer. Salah satu “penyakit”yang diderita banyak oleh banyak orang, oleh banyak guru. Jika bisa diobati akan lebih banyak manfaatnya. Begini ceritanya:

***

Untuk menjadi seorang guru profesional dibutuhkan sedikitnya 20 jenis administrasi, berikut rinciannya :

  1. Kalender Pendidikan (Sekolah)
  2. Program Tahunan
  3. Program Semester
  4. Silabus
  5. Analisis SK (standar kompetensi)/KD (kompetensi dasar)
  6. Prosedur Penilaian
  7. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
  8. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
  9. Jurnal/Agenda Guru
  10. Buku Absensi
  11. Daftar Nilai
  12. Buku Pegangan (Buku Paket, Modul, LKS )
  13. Bahan Ajar Berbasis ICT (Power Point)
  14. Kisi-kisi Soal Ulangan
  15. Kartu Soal
  16. Analisis Hasil Ulangan
  17. Program Remidial
  18. Program Pengayaan
  19. Kumpulan Soal/Bank Soal
  20. Penelitian Tindakan Kelas

Semua jenis administrasi di atas bertujuan agar proses KBM (kegiatan belajar mengajar) dapat berjalan dengan lebih baik. Terkadang tuntutan melengkapi administrasi di atas menjadi lebih penting dibanding mengajar itu sendiri. Karena secara rutin pengawas sekolah datang melakukan supervisi. Sejauh ini bagi yang mengidap “TBC”, cara terbaik untuk melengkapi ke 20 jenis itu adalah dengan tulisan tangan dan fotokopi. Sungguh melelahkan, menjemukan, menghabiskan anggaran, menggunakan banyak kertas (tidak go green), dan semua istilah lain bersifat kurang baik.

Maklum, 371,2 trilyun atau 20% dari total APBN 2014 diperuntukkan bagi Kemendikbud, itu diatur oleh undang-undang. Setiap tahun akan terus meningkat seiring dengan kecenderungan peningkatan APBN dari tahun ke tahun. 65% persen dari 371,2 T itu (241,2 T) diperuntukkan bagi gaji dan tunjangan-tunjangan itu dan kelengkapan administrasi menjadi salah satu syarat bagi “cair”nya tunjangan-tunjangan tersebut. Terutama untuk sekolah berstatus negeri yang gaji, tunjangan, dan insentif guru-gurunya bersumber dari uang negara.

Seiring semakin besarnya pos untuk gaji, tunjangan, dan insentif, kesejahteraan guru pun semakin membaik. Daya beli semakin meningkat, salah satunya untuk membeli alat elektronik, dalam hal ini adalah laptop. Kalaupun bukan duit pribadi, biasanya tiap-tiap sekolah punya laptop yang dibeli dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).

Laptop dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya dapat mengakhiri tugas tangan yang selama ini menuliskan administrasi sekolah yang banyak sekali itu. Sedangkan guru-guru memiliki kebutuhan untuk melengkapi administrasi yang 20 jenis itu dengan cepat dan murah. Seperti hukum permintaan dan penawaran. Ada kebutuhan, ada barang yang ditawarkan.

Jadi beberapa orang guru dari lintas sekolah yang ada di Desa Laju berkumpul membentuk kelompok untuk meningkatkan kemampuan dalam menggunakan laptop, mengobati “TBC”nya masing-masing. Target jangka pendek adalah pengisian rapor semester nanti tidak lagi menggunakan kalkulator untuk menghitung jumlah dan nilai rata-rata. Biarkan cell-cell di microsoft excel yang menyelesaikan dan printer yang menuliskan. Target jangka panjang adalah mengajar dengan menampilkan slide di power point menggunakan proyektor.

Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali bukan? Selamat berjuang meningkatkan kemampuan diri, Bapak dan Ibu Guru :))

***

Anggaran Pendidikan Tahun 2014 Rp 371,2 Trilyun

Anggaran Pendidikan Tersedot Untuk Gaji dan Tunjangan Guru


Cerita Lainnya

Lihat Semua