Mengalirkan Inspirasi dan Mempersiapkan Cerita | Kelas Inspirasi Dana (Tanah) Mbojo (Bima)

Ryanda Adiguna 1 Maret 2015

Sebuah langkah sudah diayunkan dalam upaya ikut memberi kontribusi positif bagi pendidikan Bima. Bukan untuk menyaingi apa yang sudah dikerjakan oleh Dinas atau pihak terkait, tapi untuk semakin meramaikan cerita dan mengisi warna baru. Jadi, pada tanggal 6 Februari yang lalu, berkumpul sekelompok orang dari beberapa komunitas untuk mempersiapkan beberapa hal. Malam itu didapatlah tim yang akan menggerakkan kegiatan Kelas Inspirasi. Kemudian nama yang akan digunakan adalah Kelas Inspirasi Dana (Tanah) Mbojo (Bima).

***

Bima, tempat yang akan saya tuju (saat itu) dan tidak banyak hal yang saya ketahui tentangnya sebelum itu. Saya berusaha mencari tahu dengan mengetikkan beberapa kata kunci berkatian dengan Bima di mesin pencari google. Sebagian besar yang saya temukan adalah cerita atau tulisan bertemakan kekerasan, pembakaran Kantor Bupati, kerusuhan antar kampung, konflik, terorisme, dan bahkan pembunuhan.

Sekitar jam 14.00 WITA di tanggal 15 Juni 2014 itu, roda pesawat ATR-72 yang kami (9 orang Pengajar Muda 8 Bima) tumpangi, mendarat dengan mulus di landasan Bandara Sultan Muhammad Salahudin. Setelah mengumpulkan barang bawaan, kami berpindah menuju ruang VIP yang bersebalahan dengan gedung utama bandara. Di sana telah menunggu Sekretaris Dinas Dikpora Kabupaten Bima, Kepala Bidang Dikdas, Kepala Bidang Dikmen, beberapa Kepala UPTD, dan beberapa Kepala Sekolah penempatan PM. Penyambutan siang itu terasa istimewa dan hangat, seperti udara Bima yang juga hangat di sore itu.

Selesai acara penyambutan, saya lanjut berbincang dengan Kepala Sekolah yang akan menjadi Mitra saya di SDN UPT Laju, Desa Laju, Kecamatan Langgudu. Salah satu cerita awal yang beliau sampaikan adalah; “di Desa Laju baru saja ada pembunuhan dengan kondisi kepala korban hampir putus karena dipotong, jadi hati-hati ya.” Dalam hatiku menjawab, “kesan pertama yang menarik tentang Desa Laju, hahahaha”, sambil tertawa di dalam hati. “Berita tentang pembunuhan yang saya dapatkan di google telah menemukan evidencenya”, lanjut hati saya.

Bima/Mbojo (*referensi dan pengetahuan saya tidak banyak tentang ini, harap dimaklumi jika ada salah penyampaian)

Beberapa pendapat mengaitkan asal usul Bima dengan beberapa cerita. Ada yang mengaitkan karakter masyarakat Bima seperti karakter tokoh Bima yang ada di cerita Mahabarata. Mengutip dari wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Bima_(Mahabharata)#cite_note-1, Bima adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabarata. Ia adalah putra Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat bersifat selalu kasar, dan menakutkan bagi musuh. Tapi di balik itu semua, Bima memiliki hati yang lembut. Bima juga setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tidak pernah bersikap mendua, dan tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Masih dari tempat mengutip yang sama, Bima dalam Bahasa Sansekerta memiliki arti hebat, dahsyat, mengerikan. Dalam cerita pewayangan Jawa, Bima digambarkan sebagai sosok yang memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh, dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya. Sehingga ia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya.

Pendapat lain mengaitkan Bima dengan cerita kerajaan Majapahit. Mengutip dari http://arief.staff.umm.ac.id/download-as-doc/blog_article_3.doc,nama Bima terdapat dalam Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca. Cerita ini dipertegas oleh Bo Sangaji Kai, sebuah kitab berbahasa Arab Melayu bercampur aksara Bima kuno yang berisi asal-usul masyarakat Bima, silsilah raja dan Sultan Bima, juga tentang ekspansi Bima ke daerah Sumbawa sampai ke Reo di flores.

Konon, nama Bima berasal dari Sang Bima, nama putra kedua Maharaja Pandu Dewata, tokoh yang berasal dari Jawa. Bergelar Sangaji, Sang Bima inilah yang mendirikan Kerajaan Bima sebelum datangnya Islam di wilayah paling ujung timur Sumbawa, setelah mempersatukan para ncuhi (tetua wilayah). Di banyak literatur menemukan bahwa Gajah Mada memang pernah masuk ke Bima pada 1352 untuk melaksanakan Sumpah Palapa.Sebagian masyarakat Bima juga percaya bahwa Gajah Mada, Sang Mahapatih Majapahit, berasal dari Dataran Tinggi Donggo, yang sekarang termasuk salah satu kecamatan di Bima.

Sebuah referensi alternatif lain menunjukkan Bima berasal dari Bismillahhirrahmaanirraahiim www.bimakab.go.id/files/Mbojo.doc.Kemudian Bima dalam bahasa Bima disebut dengan Mbojo. Mengutip dari http://fitua.blogspot.com/2011/10/mbojo-itu-memang-nama-asli-tanpa.html, Mbojo berasal dari istilah Buju, atau Kabuju, yang kemudian menjadi kata sifatMa Mbuju. Kata Buju sendiri dalam bahasa Bima berarti “Gundukan Tanah”, para sejarawan menyimpulkan bahwa Mbojo adalah penegasan terhadap bentuk geografis Bima yang berbukit-bukit. Asal usul nama Bima ini memang masih memiliki ruang untuk diperdebatkan. Tapi, bukankah ilmu pengetahuan lahir karena ada perdebatan?

Cerita Bima di Level Nasional

Sejak tiba di Bima hingga hari ini, sedikitnya saya merekam ada cerita tentang Bima di level nasional dari 3 orang berbeda. Yang pertama adalah Hamdan Zoelva, saat itu menjabat Ketua Mahkamah Agung dan namanya sering disebut saat memimpin sidang sengketa pemilihan presiden tahun 2014 lalu. Beliau kelahiran Kota Bima dan melewatkan masa kecilnya di Kecamatan Parado, sekitar setengah jam dari Desa Laju tempat saya tinggal. Wajahnya yang “good looking” membuat beliau semakin menjadi sorotan saat kamera-kamera wartawan merekam momen-momen di sidang itu. Ketika mendekati pengumuman keputusan sidang, rumah orang tua beliau yang ada di Parado dijaga polisi dan tentara. Untuk mencegah kemungkinan terburuk yang mungkin akan menimpa rumah orang tuanya akibat ada yang tidak setuju atas hasil keputusan sidang itu.

Nama kedua adalah M. Saleh yang sering dipanggil Bang Alan. Mungkin tidak seterkenal Bapak Hamdan Zoelva. Beliau adalah supir bus trayek Bima – Mataram yang membangun sebuah Madrasah Ibtidaiyah di kampung halamannya, Dusun Tololai, Desa Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Berangkat dari keprihatinan terhadap kurang maksimalnya peran salah satu sekolah yang ada di desanya, Bang Alan membangun sekolah yang kemudian diberi nama MIS Darul Ulum. Dibangun di atas tanah orang tuanya, sekolah ini menggratiskan seluruh biaya pendidikan. Mulai dari pakaian seragam hingga buku tulis. Biaya awal berasal dari tabungan pribadi yang beliau dapat selama menjadi supir bus. Di tahun 2014 Bang Alan mendapat penghargaan sebagai Pejuang Pendidikan Indonesia 2014 dari Yayasan Dompet Dhuafa. Kemudian beberapa media nasional seperti Net TV dan Metro TV mendokumentasikan ikhtiar Bang Alan di bidang pendidikan lewat MIS Darul Ulum.

Nama ketiga adalah Adi Pratama Saputra yang lebih dikenal dengan nama Adi Bima. Namanya dikenal setelah tampil dalam reality show “Dangdut Academy 2” di Indosiar. Kelahiran Bima dan saat ini sedang berjuang untuk masuk tahap selanjutnya dalam reality show tersebut. Menurut kabar yang beredar, jalanan di Kota Bima dan di daerah lain sekitaran Kabupaten Bima mendadak sepi ketika Adi Bima tampil di Indosiar. Beberapa identitas khas Bima juga ditampilkan di acara tersebut. Mulai dari kain tenun Bima, madu, batu akik Bima, hingga susu kuda liar dari Bima.

Public Diplomacy

Dalam buku Nation Branding yang ditulis oleh Simon Anholt serta beberapa tulisan tentang  diplomasi dan pencitraan, disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu daerah atau tempat dicitrakan dengan dengan citra tertentu. Salah satunya adalah lewat individu yang berasal dari daerah tersebut. Jika ada seorang individu yang terkenal, maka akan membuat Identitas yang melekat di dalam dirinya ikut terkenal. Jika disebutkan sebuah nama atau tempat maka apa yang pertama terlintas di pikiran? Contoh, jika disebutkan “Solo” mungkin yang pertama terlintas adalah Jokowi, karena beliau dari Solo. Jika disebutkan Gorontalo, mungkin yang terlintas adalah Briptu Norman Kamaru yang dulu sempat heboh. Jika disebutkan Christiano Ronaldo, maka yang telintas adalah Portugal.

*mungkin contohnya kurang lengkap, tapi begitu lebih kurang :)*.

Dengan tidak mengecilkan arti individu lain, tanpa disadari ketiga nama orang Bima di atas menjadi cerita baik tentang Bima dan mengenalkannya di level nasional, menggantikan cerita lama yang erat kaitannya dengan kekerasan. Seperti tokoh Bima dalam cerita Mahabarata yang kuat, bersifat selalu kasar, dan menakutkan bagi musuh. Tapi di balik itu semua, Bima memiliki hati yang lembut. Semoga sisi kelembutan Bima bisa menggantikan sisa tidak lembut yang selama ini lebih sering muncul. Selamat bekerja Tim Kelas Inspirasi Dana Mbojo, semoga kita bisa mempersiapkan cerita Bima yang “lembut” lewat ini.

Tulisan tentang Public Diplomacy:

http://www.simonanholt.com/Publications/publications-other-articles.aspx

http://www.4shared.com/office/aHSGTJ1h/Simon_Anholt_-_Competitive_Ide.html

http://www.4shared.com/office/1bejMPpM/simon_anholt_-_brand_new_justi.html


Cerita Lainnya

Lihat Semua