info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Bergerak, Bertemu, dan Bertegur Sapa

Ryanda Adiguna 15 Februari 2015

Tugas utama Pengajar Muda itu hanya satu, mengajar. Tugas turunannya yang banyak (hahahaha). Mulai dari yang berkaitan dengan sekolah (administrasi, dll) sampai yang agak berat seperti mengusahakan terciptanya keberlanjutan. Masalahnya mengajar itu tidak mudah, apalagi untuk mereka yang tidak berasal dari jurusan pendidikan. Memahami dan menjalankan silabus, kurikulum, RPP, KKM, Promes, Prota, dan istilah-istilah lain yang awam digunakan di kalangan para guru tapi baru kali ini saya dengar. Belum lagi tantangan mengelola kelas dan mengajar siswa yang beberapa diantaranya lebih nyaman menggunakan bahasa daerahnya untuk berkomunikasi. Sedangkan komunikasi adalah salah komponen utama yang menjamin tersampaikannya materi pelajaran.

Mengutip istilah salah satu fasilitator saat pelatihan PM 8; “Bahasa itu adalah isi hati yang di-loudspeaker-kan lewat mulut”.

Anggaplah masalah komunikasi terselesaikan. Karena mereka anak Indonesia dan mendapat akses atas siaran televisi, sehingga mereka pasti mengerti bahasa Indonesia. Yang membedakan, ada yang mengerti tapi masih kesulitan membahasakan isi hati mereka ke dalam Bahasa Indonesia. Jadi, masalah komunikasi itu seutuhnya menjadi masalah saya. Pelan-pelan saya selesaikan masalah itu, kemampuan komunikasi saya dalam Nggahi Mbojo (Bahasa Bima) semakin meningkat.

Mampu berkomunikasi dalam Bahasa Bima adalah salah satu target saya selama di Bima. Di Indonesia Mengajar, kata “target” sering disebut (maaf kalau saya salah) dengan capaian dambaan. Alat ukur ketercapaian dambaan didefinisikan dalam penanda kemajuan. Penanda kemajuan itu bisa didapatkan lewat cerita perubahan yang didapat secara langsung dan tidak langsung. Melihat sendiri atau mendengar dari cerita orang lain. Contoh, misalnya ingin melihat capaian dambaan siswa. Dapat dilihat dari penanda kemajuan seperti siswa makin rajin ke sekolah, minat baca siswa semakin tinggi, keaktifan di kelas makin baik, dst.

Tugas Turunan

Saya lebih tertarik mengganti kata “tugas” dengan “kesempatan”. Sederhana, karena menjadi Pengajar Muda adalah pilihan, bukan paksaan, bukan pula perintah. Konsekuensi (kemudian disebut kesempatan) yang mengikuti setelahnya anggaplah itu sebagai kesempatan. Kesempatan mengajar, membantu, menolong, mengerjakan, menjelaskan, dst. Salah satu kesempatan turunan itu adalah mengusahakan terciptanya keberlanjutan dari apa yang sudah dikerjakan Pengajar Muda  sebelumnya. Saya teringat cerita dari Bapak Hikmat Hardono ketika materi refleksi di pelatihan Pengajar Muda 8 tanggal 26 Mei 2014:

“Saya baru saja pulang dari Kabupaten Halmahera Selatan. Di sana ada sebuah desa yang di desa itu muncul gerakan bernama Pemuda Penggerak Desa. Inisiatif ini muncul berdasarkan kegelisahan bahwa keberadaan PM akan segera berakhir di desa tersebut pada bulan Desember 2015. Ketergantungan terhadap PM harus segera diakhiri dan dicarikan penggantinya.”

 

“Gerakan Pemuda Penggerak Desa ini lahir setelah 3,5 tahun keberadaan PM di desa tersebut. Gerakan ini lahir karena adanya orang yang melakukan hal yang baik secara terus menerus. Gerakan ini lahir karena adanya orang yang ingin ikut serta (sadar) untuk melakukan hal baik.”

 

“Gerakan seperti itu dipanen di Halsel setelah 3,5 tahun keberadaan PM di sana. Bisa jadi gerakan atau inisiatif serupa akan muncul/lahir di desa-desa lain, di penempatan PM 8 tahun ini. Karena ini adalah tahun ke 4, bersiaplah jika kalian akan temukan mereka di penempatan. Bersiaplah kalian untuk memanen hasil tersebut”.

 

Menemukan penggerak ibarat pencari bakat yang sedang mencari wonderkid calon pesepakbola handal masa depan. Bedanya, pencari bakat punya tempat yang pasti untuk menemukan mereka. Cukup “bergerak” ke lapangan sepakbola atau di tempat manapun itu yang ada orang bermain sepak bola di dalamnya.

Atau ibarat juri-juri kontes menyanyi yang sering ada di tv. Mereka memilih di antara banyaknya pendaftar yang datang. Tugas mencari yang ini jauh lebih mudah lagi. Karena tidak perlu ”bergerak”, cukup menunggu peserta datang dan untuk kemudian dipilih.

Sedangkan untuk menemukan penggerak, tidak ada tempat yang pasti. Ada yang bertemunya di tempat-tempat jelas (kantor, sekolah, gedung, dan tempat yang jelas wujudnya). Ada juga yang bertemu di tempat tidak terduga (di jalan, terminal, jembatan, mesjid, angkot, bus, dll). Ada yang sengaja, ada yang muncul begitu saja. Ada juga yang jalurnya cukup panjang. Bertemu dengan seseorang yang punya teman dan temannya itu kenal dengan penggerak itu (sudah berapa pihak itu? Hahaha).

Bergerak, bertemu, dan bertegur sapa

Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) memulai pengiriman Pengajar Muda pada 10 November 2010. Sejak saat itu, GIM telah mengirimkan lebih dari 500 Pengajar Muda ke 17 Kabupaten di Indonesia dan berhasil mendokumentasikan gerakan-gerakan peduli pendidikan di daerah penempatan tersebut yang berasal dari insiatif penggerak/relawan. Gerakan kerelawanan itu muncul dan berkembang semakin luas yang kesemuanya bermuara pada satu tujuan, memberikan kontribusi positif bagi pendidikan.

Kelak akan semakin banyak pergerakan, pertemuan, dan tegur sapa yang didokumentasikan. Dokumentasi yang bukan sekedar untuk kenang-kenangan. Tapi untuk semakin meyakinkan bahwa pendidikan Indonesia terus bergerak ke arah perbaikan. Dan pergerakan itu tidak hanya dikerjakan oleh satu-dua orang atau satu-dua kelompok. Seperti yang diaminkan oleh Indonesia Mengajar saat awal gerakan ini digulirkan. Pendidikan adalah tanggung jawab semua orang, mendidik adalah tugas setiap orang terdidik.

Beberapa orang menemukan kepuasan dalam berefleksi – “Dia”–.

Jadi, dengan bergerak maka peluang untuk bertemu akan semakin besar. Tapi bertemu saja tidak cukup, harus menegur dan menyapa untuk kemudian saling bertukar cerita. Terima kasih sudah memulai sebuah percakapan yang menjadi awal dari percakapan lebih luas dan lanjut. Biasanya, untuk memulai sesuatu dibutuhkan sedikit usaha, tapi sudah engkau turunkan egomu untuk memulai itu.

Semoga berbagai refleksi atas apa yang kita kerjakan semakin meyakinkan bahwa tidak ada pertemuan yang sia-sia. Karena setiap usaha layak diberikan penghargaan dan apresiasi. Selamat memasuki bulan ke 8 di penempatan (15 Februari 2015).


Cerita Lainnya

Lihat Semua