Antara Kepala Sekolah, Repeater dan Beli Internet 4.
Tuti Alfiani 22 Februari 2015Kepala Sekolah SDN 4 Telukjatidawang, cukup melek dengan teknologi. Pak Nursyahid namanya. Beliau memasang sambungan internet di rumahnya yang berada di jalan lingkar Bawean. Masyarakat biasa menyembut rumah-rumah yang berada di jalan lingkar adalah hilir. Letak rumah kepala sekolah dengan gedung sekolah berbeda dusun, jaraknya berkisar 5-6 km dan ditempuh dengan jalan menanjak karena berada di bukit. Di dusun penempatanku cukup sulit untuk mendapatkan sinyal menggunakan smartphone, untuk mendapatkan satu strip sinyal harus “menggantung” HP di pohon, di jemuran, di sudut-sudut yang diyakini terdapat sinyal, atau sekalian naik ke atas bukit, jadi memang agak sulit untuk terhubung dengan internet. Untuk berkomunikasi sms atau biasanya aku menggunakan handphone “kecil”. Tapi sepertinya, aku menjadi salah satu pengajar yang beruntung. Tetap dapat menggunakan internet di tengah-tengah terbatasnya sinyal. Walaupun koneksinya tidak terlalu cepat, cukuplah untuk membuat handphone berdering tanda pesan masuk di whatsapp. Ini adalah berkat hebatnya kepala sekolahku yang memiliki ide cemerlang dan berinisiatif untuk memasang Repeater. Adanya repeater dapat berfungsi memperluas jangkauan sinyal wifi yang belum tercover oleh sinyal dari server agar bisa menangkap sinyal wifi, sehingga dusun terutama sekolah dapat terkoneksi dengan jaringan internet. Di depan sekolah terpasang tiang tinggi yang digunakan untuk menerima pancaran sinyal wifi dari rumah kepala sekolah. Dengan adanya repeater maka sekolah dapat menjangkau sinyal internet.
Keberadaan sinyal wifi di sekolah tidak hanya bermanfaat bagi kepala sekolah dan guru untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah namun pada beberapa kesempatan aku memperkenalkan internet kepada murid-muridku tentang cara menggunakan dan manfaatnya. Hari ini memang tampak beda dari biasanya. Setelah beberapa pekan jaringan internet mengalami gangguan, akhirnya koneksi mulai lancar. Jadilah aku manfaatkan situasi ini agar anak-anak belajar menggunakan internet sebagai sumber belajar. Aku letakkan laptop di atas meja, kemudian aku meminta mereka untuk berkelompok mencari jawaban dari istilah sulit yang mereka temukan di buku. Kamal, Amin, Sarif, dan Hendri mendekat terlebih dulu. Mereka berada paling depan, dan tepat di hadapan laptop. “Bu, alat pembayaran perdagangan internasional apa bu?”, Tanya Kamal. Nah, aku menjawab, ayo kita coba cari di internet ya. Sekarang kalian, ketik di kolom ini (sambil menunjuk halaman awal google), “alat pembayaran perdagangan international”. Mereka menekan tombol hati-hati, sambil mencari letak-letak huruf. Lucu dan seru melihatnya, mereka begitu antusias dengan hal baru ini. “Sudah Bu, yang mana lagi yang dipencet?” kata Amin. “Kalian tekan enter ya, jawabku”. “Oh ini bu ya Bu”, kata murid-murid. Lalu setelah mereka menekan tombol enter aku membantu mencari artikel yang mudah dipahami. Akhirnya kami membaca sebuah artikel yang menjelaskan alat pembayaran perdagangan internasioanl. Murid-murid berteriak kompak, “Bu, Devisa bu jawabannya”. Aktivitas ini dilakukan sampai jam pelajaran IPS selesai dan mereka dapat menemukan jawaban dari istilah-istilah yang belum mereka ketahui.
Di penghujung pelajaran, saya bertanya “ayo siapa yang mau bercerita bagaimana belajar dengan menggunakan internet?” Kamal menjawab, “Nyaman Ongghu Bu (enak sekali Bu), semua jawabannya ada di internet, bisa cari apa aja. Saya nanti mau beli internet 4, Bu”. Wah, banyak sekali mal? Nanti ibu minta satu ya, hehe aku sambil tersenyum. Kemudian aku menyimpulkan jawaban dari anak-anak tentang manfaat belajar internet. Rasa-rasanya, internet menjadi motivasi baru bagi anak-anak untuk belajar. Mendekatkan sumber internet di dusun seperti mendekatkan hal yang jauh ke hadapan anak-anak. Internet bagaikan pintu gerbang bagi anak-anak di dusun untuk melihat dunia lebih luas.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda