Tulisan BODOH di Dahi Kita
Roy Wirapati 4 Oktober 2011
Pangkalan Nyirih, 20 Maret 2011
Selembar kertas kutempelkan di jendela ruang guru saat anak-anak sedang belajar. Kertas itu bertuliskan nama 5 orang anak yang lolos penyisihan Olimpiade Sains Kuark dan akan melaju ke Semifinal pada tanggal 16 April 2011 mendatang.
Tak lama kemudian jam istirahat pun dimulai. Anak-anak dengan polosnya bermain di lapangan dan bermain di lorong sekolah hingga secara tak sengaja melihat pengumuman tersebut.
"Selamat kepada:
1. Kiranto
2. Fajri
3. Rohidi
4. Rizky
5. Sabariah
yang telah lolos Babak Penyisihan OSK 2011. Kalian satu langkah lagi menuju Jakarta!"
Tulisan tersebut langsung membuat riuh seisi sekolah. Sayangnya, keriuhan tersebut bukan disebabkan karena perasaan kekaguman pada mereka yang lolos. Melainkan karena kelimanya bukanlah juara kelas, bahkan beberapa di antara mereka adalah anak-anak yang menduduki peringkat bawah di kelas.
Bagiku ini wajar, karena menurutku, nilai rapor sama sekali tak menunjukkan bakat seorang anak dalam suatu bidang. Setiap anak memiliki bakatnya masing-masing terlepas dari nilai rapor mereka. Kejadian ini menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki bakat terpendam dalam sains. Sesuatu yang tidak berhasil digali selama ini.
Siangnya, aku kumpulkan mereka semua. Aku memberikan pengarahan yang diperlukan soal OSK, mengenai jadwal latihan yang setiap hari, dan mengenai bentuk perlombaan berikutnya. Saat aku membuka sesi pertanyaan, Rizky bertanya kepadaku.
"Pak, kenapa kami yang lolos pak? Kenapa bukan juara-juara kelas kita?"
"Kenapa kamu bingung?" tanyaku.
"Ya kan yang juara pintar-pintar, pak," jawab Rizky lg.
"Baiklah. Kita anggap kalian hanya beruntung lolos dari Penyisihan ini. Hanya beruntung saja. Kalian tadi lihat apa komentar beberapa teman kalian saat tahu kalian yang lolos? Ada yang bilang,'kok Rohidi? Kok Rizky? Kok Kiranto? Kok Sabariah? Kok? Kok? Kok?'. Banyak yang bertanya-tanya. Karena apa?"
"Kita bodoh pak," kata Fajri.
"Oh, salah. Kalian tidak bodoh. Mereka tidak bodoh, Bapak tidak bodoh. Tidak ada yang bodoh di antara kita. Itu semua karena TULISAN BODOH YANG ADA DI DAHI KITA, di dahi kalian, di dahi Bapak juga," jawabku tegas.
"Mana pak, tak ada!" jawab Rohidi sambil tertawa nakal mengusap dahi Kiranto di sebelahnya.
"Hahaha. Hanya terlihat di mata orang lain. Maka dari itulah mulai sekarang akan ada dan terlihat jelas oleh kita semua."
Aku mengeluarkan dari tasku, 6 helai kain putih yang dipotong memanjang seperti perban dengan tulisan BODOH besar di bagian tengah. Itu adalah ikat kepala BODOH yang sengaja kubuat untuk mereka.
"Selama kita berlatih, setiap harinya, kita akan menggunakan ikat kepala BODOH ini, kalian dan Bapak. Agar kita selalu ingat, di dahi kita ini selalu tertulis tulisan BODOH di mata orang lain. Karena itulah kita tidak dipercaya, karena itulah kita sering dibohongi. Maukah kalian menghapus tulisan di dahi kalian ini?"
"Mau, pak!"
"Kalau begitu ayo kita berlatih selama 3 minggu ke depan, menghapus tulisan BODOH ini dan pergi ke Jakarta!"
Begitulah kemudian kami selama 3 minggu berlatih setiap hari kecuali hari minggu untuk mempersiapkan diri dengan terus menggunakan ikat kepala BODOH itu. Kami kadang ditertawakan oleh anak-anak lainnya, tetapi anak-anak ini tak pernah melepaskan ikat kepala mereka selama latihan dan tak pernah lupa membawanya. Mereka sadar sepenuhnya bahwa mereka memang mungkin memiliki tulisan itu di dahi mereka, sehingga mereka serius ingin menghapusnya.
Anak-anak ini adalah anak-anak yang dulunya disuruh mencatat saja sulit, dan pada saat ini, mereka datang latihan tiap hari dengan ikat kepala mereka di saat teman-teman sebayanya sedang bermain. Melihat semangat ini betapa malunya aku pernah menyesal menghabiskan banyak dana dan usaha untuk melatih mereka saat Penyisihan OSK. Mereka sebenarnya bersemangat besar, mungkin tidak ada jalan untuk menyalurkannya.
Aku telah bersumpah untuk menyalurkan semua sumber dayaku untuk mereka. Maka dari itu, aku akan sangat serius melatih anak-anak ini dan mencurahkan semuanya untuk mereka dan tim OSN.
Tak ada lagi beban dalam diriku. Sekarang adalah saatnya membuat keajaiban...
Jangan lelah bermimpi...
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda