Surga Muara Basung
Roy Wirapati 4 Januari 2011
Muara Basung, 5 Desember 2010
Ini mungkin adalah hari terakhirku di Muara Basung ini. Setelah membeli beberapa keperluan hidupku nanti di Pulau Rupat, aku habiskan hari yang sangat cerah ini untuk berkeliling menikmati kemegahan desa ini yang akan sangat kurindukan. Aku baru 3 minggu menetap di desa ini dan hanya dalam 3 minggu ini aku telah merasa seperti di rumahku sendiri, di kampungku sendiri. Aku telah memiliki kampung halaman kedua. Aku bertemu dengan orang-orang yang luar biasa di sini yang bahkan menginspirasi diriku untuk menjadi lebih baik. Memang aku masih harus banyak berlatih untuk bisa menjadi Pengajar Muda yang baik. Sementara salah satu maksud keberadaanku adalah menginspirasi, tetapi di sini aku lebih banyak terinspirasi oleh orang-orang luar biasa yang berkarya di desa Muara Basung. Bahkan aku banyak terinspirasi oleh anak didikku sendiri, dari kepolosan dan kejujuran mereka dalam bermimpi dan berkreasi. Memang perjalananku di sini telah membuka mataku lebar-lebar. Semoga semua yang kuperoleh di tempat ini dapat kumanfaatkan dengan baik di penempatanku berikutnya.
Puas berkeliling, aku pun terenyak di ruang tengah rumahku di malam hari. Pada saat itulah, sang penjaga sekolah, Kang Een, datang ke rumah untuk bertamu. Dia telah mendengar kabar kepindahanku. Karena itulah kami banyak berbicara malam itu. Kang Een adalah teman bicaraku selama di Muara Basung. Mungkin kami bisa terbuka satu sama lain karena kami sama-sama pendatang di desa ini walaupun dia jauh lebih senior dariku sebagai pendatang. Dia banyak memberitahuku sedikit banyak kisah tentang pulau yang akan aku datangi ini.
Kami berbicara cukup lama sampai dia akhirnya berbicara bahwa salah satu maksud kedatangannya ke rumah adalah untuk mengajak Abi untuk membantu membuat taman di sekolah. Aku cukup kaget mendengar mengenai kabar ini. Ternyata sang penjaga sekolah super ini tidak puas memperindah dan mempercantik sekolah hanya dengan mengecat dan memperbaiki berbagai sarana dan prasarana sekolah, tetapi dia juga ingin menambahkan apa yang belum ada. Dia pun berbicara panjang lebar tentang impiannya itu. Sekolahku itu akan diberikan taman di depan setiap kelas dengan berbagai macam bunga dengan berbagai warna dengan posisi yang cukup rapat sehingga membentuk seperti tangga-tangga warna-warni yang dia pelajari dari kompleks Chevron di daerah Duri yang kemudian dia kembangkan dengan kreativitasnya sendiri. Kemudian di bagian tengah taman akan ada semak-semak yang dipotong rapih membentuk tulisan SDN 07 MUARA BASUNG seperti di sekolah-sekolah negeri yang elit. Kemudian jika dananya cukup, dia juga akan meratakan lapangan dan menanamnya dengan rumput sehingga sekolah menjadi tampak indah. Semua ini adalah hasil dari dana BOS yang ditabung-tabung dengan baik oleh Bu Er dengan memotong pos-pos yang tidak penting dan dilengkapi dengan daya imajinasi Kang Een serta dedikasinya yang luar biasa.
Mendengar rencana besar itu, aku sungguh terpukau. Hatiku bergetar dan fantasiku melayang kepada imajinasi bagaimana jadinya sekolah itu nantinya akan terlihat dengan mata telanjangku. Dengan tersenyum lebar aku berkata kepada Kang Een bahwa pada saat itu semua terwujud di tangan ahli Kang Een maka akan terciptalah sebuah surga, surga untuk anak-anak belajar, surga untuk anak-anak bermain, surga untuk anak-anak bermimpi...
SURGA MUARA BASUNG
Bisa kita bayangkan betapa indahnya sekolah ini jika semua itu terwujud. Tetapi tentu saja tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat karena Kang Een sendiri butuh mengembangkan imajinasinya lebih lanjut dan mengerjakannya dengan serapih mungkin. Dia sendiri sudah berkata ke Bu Er bahwa hal ini perlu waktu yang lama dan Bu Er merestui lama pengerjaan yang diusulkan oleh Kang Een. Dengan demikin proyek yang kuberi nama "Surga Muara Basung" ini pun akan segera dimulai. Sungguh sayang sekali aku tidak berada di sekolah ini terlalu lama untuk menyaksikan betapa indahnya sekolah ini nantinya. Tapi aku telah berjanji kepada Kang Een bahwa sebelum aku pulang ke Jakarta tahun depan, aku pasti akan kembali ke sekolah ini dan menyaksikan hasil karyanya yang memukau itu.
Dari penjaga sekolah ini aku telah belajar satu hal, satu hal yang sangat penting dalam hidup ini: Dedikasi optimal kepada pekerjaan yang kita pegang. Seumur hidupnya, Kang Een mungkin tidak pernah bermimpi menjadi penjaga sekolah, mungkin juga dia tidak terlalu menyukai pekerjaannya. Tetapi, sementara di Jakarta berjuta-juta orang mengeluh mengenai pekerjaan mereka, betapa mereka tidak menyukai pekerjaan mereka walau bergaji besar, mengeluh karena tidak mendapatkan pekerjaan yang mereka harapkan, dan berharap jumat cepat datang, minggu jangan berlalu. Para Friday Lovers, Monday Haters ini harus belajar dari dedikasi Kang Een yang bahkan mengerahkan segenap imajinasinya untuk pekerjaannya yang upahnya mungkin tidak seberapa dibandingkan para karyawan di Jakarta. Semangat dan dedikasi Kang Een harus kita tiru sepenuh hati. Dia mengubah pekerjaan yang tidak disukainya menjadi patut untuk dia cintai dengan mengerahkan imajinasinya sehingga pekerjaan ini menjadi sangat menyenangkan baginya. Seharusnya kita tidak mengeluhkan tentang pekerjaan yang kita peroleh, tetapi mengubahnya menjadi sangat menyenangkan bagi kita, entah bagaimana caranya. Aku telah melihat dengan mata kepalaku sendiri perwujudan dari quotes yang berbunyi:
"Do what you love, and love what you do.."
Aku pasti akan sangat menantikan masa-masa kembalinya aku ke desa Muara Basung ini dan terutama ke Surga Muara Basung yang bernama SDN 07 Muara Basung. Sekali lagi aku berdoa kepada Tuhan, wujudkanlah impian kecil dari sang penjaga sekolah ini, impian yang dia utarakan dengan tulus karena dedikasinya yang luar biasa. Kuatkanlah hatinya untuk dapat terus berusaha mewujudkannya wa;au di jalannya nanti akan ada banyak halangan. Semua ini demi terwujudnya surga untuk anak-anak belajar, bermain dan bermimpi.
SURGA MUARA BASUNG...
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda