info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Sesi Sastra

Roy Wirapati 9 April 2011
Pangkalan Nyirih, 14 Januari 2011 Akhirnya aku telah melewati masa-masa perkenalan dengan muridku. Sudah saatnya untuk aku mengajar dalam arti sesungguhnya. Sebagian besar dari waktu mengaarku di sekolah adalah untuk mengajar pelajaran Bahasa Indonesia. Tentunya aku harus banyak memikirkan cara untuk mengajarkan mata pelajaran yang boleh dibilang paling sulit ini dari semua mata pelajaran yang di UASBN-kan. Kemudian aku muncul dengan sebuah ide. Sastra. Ya, anak-anak ini harus mulai diperkenalkan dengan kecintaan akan sastra. Memang inilah yang seharusnya banyak diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Tetapi, tampaknya mungkin belum banyak dieksplorasi oleh guru-guru lainnya. Oleh karena itulah, kucoba untuk berinisiatif untuk membuat sebuah Sesi Sastra dalam setiap pertemuan Bahasa Indonesia di mana murid-murid akan mempersembahkan sebuah karya sastra, apapun itu, mulai dari pantun, puisi, hingga karangan dan dongeng. Mereka boleh membuat sendiri atau membacakan karya orang lain. Tentu saja kukatakan kepada mereka bahwa akan lebih indah jika mereka membuatnya sendiri. Anak-anak cukup antusias dengan Sesi Sastra ini. Mereka sampai berebut untuk maju ke depan sehingga harus kuberikan semacam undian untuk menentukan siapa yang berhak maju duluan. Akhirnya majulah mereka, Para Perapal Pantun ini pun melontarkan beribu-ribu pantun yang telah mereka dengar dan mereka buat sendiri.
Pergi ke pasar membeli sepatu Sepatu itu berwarna cokelat Kalau tuan ingin tahu Saya orang yang bermanfaat Jalan-jalan ke Bukit Batu Sambil memakan buah ceri kalau kamu ingin tahu Saya ini orang pemberani Ada tali tersangkut batu Saya pemberani tapi pemalu Burung nuri terbang tinggi jatuh ke bawah hinggap di batu Sungguh gagah berani Baiknya sifat itulah aku Belajar ngaji ke Malaysia Terus menanti sampai tua Bersolek di atas perahu Muka lo jelek jangan belagu Tutup kayu dari jati Tuntut ilmu sampai mati Hitam-hitam kereta kuda Biar hitam yang penting gaya
Nah kawan, itulah pantun-pantun yang dilontarkan oleh anak-anak ini yang kuingat. Masih banyak lagi kalau mau kuceritakan semuanya. Bahkan pada akhirnya kelas ini menjadi seperti kelas berbalas pantun. Seru juga. Tampaknya Sesi Sastra ini akan terus kulanjutkan karena benar-benar melatih mereka untuk berkarya.

Inilah wajah-wajah para pujangga cilik ini saat semuanya malah maju ke depan untuk membacakan pantun mereka masing-masing. Akhirnya sesi sastra ini kuubah jadi berbalas pantun yang seharusnya merupakan SK/KD berikutnya. Lumayanlah sekali tepuk, dua lalat. Jika kawan-kawan yang mengajar Bahasa Indonesia ingin mencobanya, ternyata asyik juga loh melihat karya anak-anak yang polos ini. Semoga dengan ini kecintaan mereka pada Sastra Indonesia akan meningkat, dan siapa tahu salah satu dari mereka nanti akan ada yang menjadi sastrawan besar. Amin. Teruslah Bermimpi...

Cerita Lainnya

Lihat Semua