Sahabat Kecil
Roy Wirapati 13 Mei 2011
Pangkalan Nyirih, 17 Januari 2011
Sesi sastra terus kulakukan di dalam setiap pelajaran Bahasa Indonesia. Sesi ini terus digandrungi oleh anak-anak yang ingin mementaskan karya sastra yang mereka punya, baik yang buatan orang lain maupun buatan mereka sendiri. Anak-anak terus menunjuk tangannya untuk mendapat giliran duluan. Akhirnya aku harus membuat sebuah urutan entah berdasarkan absen atau berdasarkan cara lainnya.
Beberapa hari setelah sesi sastra, aku memberikan siswa-siswa kelas 6 sebuah tema untuk karangan yang harus mereka buat. Ya, sesi sastra kali ini berbentuk karangan. Kelas 6 harus memenuhi kompetensi dasar mengarang, sementara kelas 4 hanya perlu sampai pantun, dan kelas 5 hanya perlu sampai puisi. Tentunya akan sedikit sulit mengingat anak-anak ini punya sebuah kesulitan memahami atau bahkan menentukan tema. Maka dari itu kuberikan tema dalam sesi sastra karangan kali ini.
Berbedanya adalah dalam sesi sastra ini kuberikan mereka sebuah lagu. Sebuah lagu yang telah menemani hari-hariku selama kuliah bersama sahabat-sahabatku. Lagu tentang persahabatan dan perjuangan dalam menghadapi segala macam kesulitan. Judulnya Sahabat Kecil, salah satu OST dari film Laskar Pelangi yang dinyanyikan oleh Ipang. Inilah liriknya:
Baru saja berakhir hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini tak akan bisa dibeli
Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya
Melawan keterbatasan walau sedikit kemungkinan
Takkan menyerah untuk hadapi hingga sedih tak mau datang lagi
Kira-kira seperti itu. Dari lagu ini mereka mencoba untuk memahami apa makna dari tema yang kuberikan, yaitu Sahabat Kecil. Daripada kubiarkan mereka membayangkan sesuatu yang kurang konkrit seperti itu, aku menjelaskannya lewat sebuah lagu. Bait pertama menunjukkan sebuah keajaiban, momen yang tidak tergantikan bersama teman. Bait kedua dapat mengisahkan tentang betapa bahagianya mengenal sahabat kita dan sulit untuk dapat berpisah. Bait ketiga menunjukkan bahwa bersama sahabat kita, kita menghadapi segala suka dan duka. Maka itulah yang harus mereka tulis.
Mereka semua menulis dengan sangat baik. Saat dikumpulkan aku sangat kaget bahwa mereka menulis dengan emosi yang cukup kuat. Aku jadi sadar bahwa mereka mungkin harus belajar dari sesuatu yang sangat dekat dengan mereka dan meninggalkan sebuah bekas yang mendalam pada diri mereka. Latihan yang baik untuk mengenali mereka satu per satu secara pribadi. Sungguh menyenangkan membacanya karena banyak yang menulis secara simultan, misalnya muridku Novi membicarakan sahabatnya yang bernama Rafita dan ternyata Rafita juga membicarakan Novi di karangannya. Begitu juga Lili yang menulis tentang Asrila dan Asrila juga menulis tentang Lili. Tampaknya persahabatan di antara mereka cukup dalam dan aku senang mereka sudah dapat menghargai arti sahabat.
Kemudian aku tertarik dengan sebuah tulisan milik Nurul Mawati (Ada anak lain di kelas 6 yang juga bernama Nurul, yaitu Nurul Asikin, oleh karena itu mudah-mudahan pada kesempatan lain tidak tertukar-tukar). Kebanyakan dari muridku menulis tentang temannya di kelas, memang aku hanya membolehkan mereka memilih satu nama saja. Nurul adalah salah satu dari segelintir sekali yang menulis tentang sahabatnya yang tidak berada di kelas itu, terlebih bahkan di daerah yang cukup jauh darinya.
Dia bercerita tentang seorang sahabatnya yang namanya dirahasiakan. Dia sangat bangga dengan sahabatnya ini. Menurutnya sahabatnya ini sangat cantik dan juga pintar. Sang sahabat adalah juara kelas di sekolah ini dulu (saat ini Nurul adalah sang juara kelasnya). Mereka sering melakukan hal-hal yang bodoh bersama dan juga belajar bersama. Tetapi tiba-tiba anak ini mendapat beasiswa untuk belajar di ibukota kecamatan Rupat Utara, yaitu Tanjung Medang, sehingga dia harus pindah tempat tinggal ke Rupat Utara yang berjarak 2 jam naik sepeda motor kalau jalanan sedang kering. Tentu saja untuk seorang anak SD itu adalah jarak yang jauh dan tak terjangkau. Maka dia harus merelakan perpisahan dengan sang sahabat. Dia percaya bahwa sahabatnya ini takkan melupakan dia dan melakukan yang terbaik di sana. Definisi pintar baginya adalah sang sahabat ini, walaupun dia sendiri adalah juara kelas saat ini.
Tingkat emosi yang kuperoleh dari karangan tersebut sangat mengagumkan. Anak ini tampak lepas saat menuliskan kisah tentang sahabatnya itu. Aku sampai tertegun membacanya. Bagaimana anak berumur 12 tahun sudah dapat mencurahkan emosinya secara mendalam dalam bentuk karangan yang cukup rapi. Tak pakai ragu sedikitpun kutorehkan nilai 100 di lembar karangan itu.
Hari ini aku belajar banyak dari mereka. Tentang persahabatan yang dua arah. Persahabatan yang tulus. Dan persahabatan yang dapat mengubah hidupmu. Kesetiaan adalah kunci utama persahabatan. Jarak maupun waktu tak dapat membuat persahabatan seorang anak berusia 12 tahun patah begitu saja. Mengapa kita semua begitu sulit bersahabat? Mungkin karena banyak di antara kita terlalu menutup hati kita, melihat sesuatu yang “Tampak, tetapi tidak kasat mata” ini. Sesuatu yang disebut sahabat. Mereka semua terlihat dengan jelas, mereka ada di sekitar kita, tetapi kadang kesombongan dan keangkuhan kita menutup mata kita dari keberadaan mereka. Sehingga, mereka menjadi tampak tetapi tidak kasat mata.
Mari kita coba untuk bersahabat dengan semua orang.
Smile Eternally
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda