info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

SDN 28 Pangkalan Nyirih

Roy Wirapati 12 Januari 2011
Pangkalan Nyirih, 8 Desember 2010 Pagi ini aku ke sekolah baruku untuk memperkenalkan diri kepada para guru dan murid. Aku mengemudikan sepeda motor milik Pak Gopar sejauh 2-3 km menuju sekolah yang berada cukup dalam di desa ini. Akhirnya terlihatlah sebuah gedung dengan 4 ruangan yang terdiri dari 3 lokal belajar dan 1 ruang guru. Sekolah ini baru berdiri setengah tahun yang lalu. Dulunya sekolah ini juga merupakan lokal jauh dari SDN 05 Pangkalan Nyirih yang berdiri di arah pelabuhan dari desa ini. Akhirnya sekolah ini melepaskan diri dan menjadi SDN 28 Pangkalan Nyirih. Murid yang resmi sebagai murid SD ini hanyalah murid-murid kelas  1 saja yang berjumlah 22 orang. Sisanya dari kelas 2 sampai 6 adalah murid SDN 05 yang akan segera dimutasi menjadi murid resmi SDN 28. Total muridnya berjumlah 108 siswa, terbagi menjadi 6 rombongan belajar (rombel) dengan rata-rata murid per kelas sekitar 18 siswa. Untuk 6 rombel ini hanya tersedia 3 lokal belajar sehingga harus meminjam gedung MDA yang terpisah sekitar 100 meter dari sekolah ini. Sekolah ini hampir tidak memiliki perangkat belajar yang memadai selain alat tulis dan beberapa bola untuk bermain anak-anak. Bahkan belum ada saluran air di kamar mandi sekolah ini sehingga jika ingin menggunakan kamar mandi harus menimba air di sumur yang sekelilingnya merupakan lumpur yang jarang kering sehingga harus menyebrangi sebuah jembatan pendek sekitar 2 meter dari papan kayu agar tidak terkena lumpur. Sekolah ini memiliki lapangan yang cukup luas karena memang gedungnya cukup kecil untuk berdiri di lapangan ini. Lapangan ini akan tergenang air jika terjadi badai yang cukup parah sehingga kalau dilihat sekolah ini akan menjadi seperti sekolah di atas air yang berdiri di atas danau. Cukup indah tetapi tentunya tidak mengenakkan karena apapun yang terjadi namanya tetap saja banjir. Sekolah ini sedikit demi sedikit menambah alat-alat belajar dan perlengkapan sekolah agar dapat menjadi sekolah yang baik dengan mengalokasikan sebagian dana BOS-nya. Tentunya tidak bisa dalam sekejap seperti di SDN 07 Muara Basung karena jumlah muridnya hanya sekitar 1/5-nya saja sehingga dana BOS-nya juga tentunya lebih kecil karena dihitung per murid. Guru di sekolah ini ada 8 orang termasuk kepala sekolah dengan formasi 6 wali kelas dan 1 guru agama dan arab melayu. Bahkan Pak Gopar sebagai kepsek pun harus mengajar di sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Murid-muridnya sebagian besar Jawa tetapi yang sudah anak-beranak dan berakar di pulau ini selama beberapa generasi ditambah sedikit sekali Cina dan Melayu. Mereka adalah anak-anak nakal yang bersemangat, senang melihat hal-hal baru dan berpantun. Aku sangat senang berkumpul dengan mereka untuk berpantun. Baik cowok maupun cewek semuanya handal. Menurut Pak Gopar tampaknya aku akan mengajar Bahasa Indonesia untuk kelas 4, 5 dan 6. Ini merupakan sebuah tantangan besar bagiku karena aku merasa masih cukup kurang memiliki pengetahuan di mata pelajaran itu dan faktanya dulu mata pelajaran yang paling tidak kukuasai adalab Bahasa Indonesia. Tentu saja aku harus belajar banyak. Inilah tantangan bagiku. Inilah sebuah perjuanganku untuk membunuh beruang, ungkapan dari Mas Hikmat sang Direktur Yayasan Indonesia Mengajar tentang mengalahkan sesuatu yang paling menakutkan bagi kita. Aku akan mulai mengajar semester 2 nanti. Semoga aku bisa menjalankan tugasku ini dengan baik. Kehidupanku sebagai Pengajar Muda akan segera dimulai...

Cerita Lainnya

Lihat Semua