info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Penerbangan Impian

Roy Wirapati 4 April 2011
Pangkalan Nyirih, 3 Januari 2011 Akhirnya... Hari ini adalah hari pertamaku untuk mengajar. Aku diberikan amanah untuk mengajar Bahasa Indonesia untuk kelas 4 hingga kelas 6 dan Matematika untuk kelas 6. Lagi-lagi aku memperoleh kelas 6, kelas yang cukup diwanti-wanti oleh para pelatihku dahulu karena merupakan posisi yang terlalu kritis. Tetapi, entah mengapa aku selalu mendapat kelas 6 dan terlebih lagi adalah mendapatkan mata pelajaran yang di UASBN-kan. Mungkin ini memang takdir yang tidak dapat kuhindari. Aku selalu percaya Tuhan akan memberikan kita amanah yang bisa kita laksanakan dan tidak akan memberatkan. Hari pertama ini sudah kupersembahkan untuk sebuah perkenalan dibandingkan sebuah pelajaran. Ya! Bonus untuk anak-anak sebagai undian berhadiah hari pertama sekolah adalah mereka tidak akan belajar pada pertemuan pertama ini. "Ahh, senanglah pak!" Kata-kata yang sering terlontar dari bibir kecil mereka setiap kali mendapatkan sebuah kemudahan. Di daerah ini "senang" dapat berarti senang sungguhan atau mudah. Aku tidak sempat menyiapkan karton besar berjudul "langit impian" seperti yang pernah kuberikan kepada murid-murid di Muara Basung dulu. Sebagai gantinya, aku berikan kepada mereka masing-masing selembar kertas warna. Di bagian putih dari kertas warna itu aku minta mereka untuk menuliskan impiannya. Apapun itu, asalkan impian yang besar. Kawan, jika kalian lupa apakah impian besar itu, maka bolehlah tengok (bahasa lokal untuk "lihat") kembali tulisanku yang berjudul "Langit Impian dan Pesawat Harapan", Setelah semua impian itu tertulis dengan rapi, kuminta mereka untuk melipat kertas warna tersebut menjadi origami yang berbentuk pesawat terbang. Akhirnya mereka asyik melipat-lipat kertas tersebut menjadi bentuk yang menurut mereka adalah yang terbaik dibandingkan lainnya. Bagi yang sudah selesai kuminta untuk membantu teman-temannya yang kesulitan karena memang ada yang tidak bisa melipatnya menjadi pesawat terbang. Saat mereka semua selesai, kuajak mereka semua keluar kelas, kemudian berdiri berjejer rapi di tengah lapangan. Lalu kuminta mereka semua untuk melemparkannya ke udara dengan bersemangat. Kertas-kertas berwarna-warni bertaburan di langit biru Bengkalis yang bagaikan safir raksasa. Seperti impianku dulu untuk mewarnai langit itu dengan warna-warni impian mereka, setidaknya hari ini di SDN 28 Pangkalan Nyirih, langit ini sudah terlihat warna-warni walau hanya sesaat. Semoga suatu hari nanti bisa selamanya. Hanya kelas 6 yang kuminta untuk naik ke atas meja untuk melemparkan pesawatnya karena di luar hujan sangat deras. Mereka semua naik ke atas meja dengan bersemangat dan bersama-sama melemparkannya hingga menyentuh langit-langit ruangan kelas. Langit bukanlah benda biru yang ada di atas sana atau kelabu jika hari mau hujan. Langit adalah semua friksi di udara yang berada di atas pandangan mata kita walau hanya sedikit. Sehingga, baik di luar ruangan, atau di dalam ruangan, mereka tetap dapat menatap langit dan melemparkannya setinggi-tingginya ke sana. Dalam sejarahku bersama dengan kelas 6 mungkin akan ada kejadian lagi di mana mereka harus naik ke atas meja untuk sebuah aktivitas, sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh guru lain, tetapi malah kuminta kepada mereka. Mereka sangat senang berada di atas meja. Alasannya? Mungkin nanti akan kusampaikan.

Akhirnya perkenalan ini pun berakhir dan aku pun harus mulai mengajar yang sesungguhnya pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Smile Eternally

Cerita Lainnya

Lihat Semua