info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Pak Gopar

Roy Wirapati 11 Januari 2011
Pangkalan Nyirih, 8 Desember 2010 Aku telah tiba di desa tempatku akan mengabdi selama satu tahun, Desa Pelabuhan, Pangkalan Nyirih. Aku telah berdiri di dermaga teramai di Pulau Rupat yang dipenuhi oleh orang-orang yang lalu-lalang karena habis bepergian maupun baru saja menurunkan muatan berupa barang-barang dagangan. Kesibukan pelabuhan ini menunjukkan betapa hidupnya desa yang akan aku tinggali setahun ke depan. Di dalam kedai pelabuhan, telah menanti seorang pria bertubuh kecil, kuat dan memiliki wajah yang tirus berhiaskan kumis yang cukup tebal. Beliau adalah bapak asuh sekaligus kepala sekolah tempatku akan mengajar nantinya. Pak Abdul Gopar, atau Pak Gopar, adalah namanya. Beliau orang yang sangat ramah dan tampaknya cukup terkenal di daerah ini. Dari sikapnya sangat tampak bahwa dia adalah orang yang sangat senang bersosialisasi. Usianya masih cukup muda, sekitar 40 tahun walaupun fisiknya seperti menunjukkan usia yang masih 30 puluh tahunan. Beliau memang bukanlah kepala sekolah super seperti Bu Er. Tetapi beliau adalah orang yang bersemangat termasuk terhadap tugasnya sebagai kepala sekolah. Beliau kerap kali pergi ke sekolah dan bolak-balik bertugas keluar untuk menyelesaikan segala urusan sekolahnya. Beliau adalah orang yang bertanggung jawab baik sebagai kepala sekolah maupun sebagai guru.
"Apapun yang terjadi ya setidaknya kita tidak boleh makan gaji buta lahh.."
Begitulah prinsip yang dipegangnya sebagai kepala sekolah yang tetap harus mengajar sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sela kesibukan sebagai seorang kepala sekolah. Beliaulah yang mengusulkan agar lokal jauh SDN 05 Pangkalan Nyirih menjadi sekolah sendiri dan akhirnya menjadi SDN 28 Pangkalan Nyirih yang akan menjadi tempatku mengajar tersebut. Saat bertemu dengannya aku seperti bertemu dengan seorang kawan. Beliau menerimaku dengan ramah dan tidak keberatan dengan beban rumah yang bertambah dengan adanya aku yang akan tinggal bersamanya. Ayah dari 4 orang putri dan 1 orang putra ini pun mengantarkanku ke rumah yang sangat nyaman untuk ditinggali yang terletak di dekat perbatasan Pangkalan Nyirih dengan Sungai Cingam, tempat Rangga bermukim. Aku telah tiba di rumah baruku. Kehidupan baru ini bersama Pak Gopar ini pun akan segera dimulai.

Cerita Lainnya

Lihat Semua