Our Passion and Dreams
Roy Wirapati 2 November 2010
Jumat, 29 Oktober 2010
Hari ini aku tidak mengajar karena ternyata kami harus ke Jakarta untuk menghadiri audiensi dengan Bapak Arifin Panigoro, CEO Medco dan Bapak Fasli Djalal, Wakil Menteri Pendidikan. Padahal aku sudah menyiapkan RPP yang cukup dahsyat untuk anak-anak kelas 4B hari ini. Akhirnya aku harus melewatkan kesempatan untuk mendidik dan menaklukkan mereka. Tapi, tidak apa-apa. Setidaknya aku sudah menemukan jati diriku dalam mengajar.
Jujur saja aku tidak terlalu bersemangat untuk kegiatan ini karena aku cukup lelah dengan segala aktivitas selama ini. Aku membutuhkan waktu istirahat dan kontemplasi diri yang cukup untuk bisa memulihkan kondisiku. Hal ini mengakibatkan aku tidak terlalu banyak memperhatikan kegiatan selama di Jakarta.
Tetapi, ada sesuatu yang sangat menarik perhatianku. Sebelum berangkat, kami diminta untuk menuliskan impian dan harapan kami dalam sebuah kertas. Kami tidak tahu bahwa semua tulisan kami itu akan dibacakan di depan Bapak Fasli Djalal. Hal ini membuat kami cukup jujur dengan tulisan kami tersebut.
Saat dibacakan, aku sangat terharu mendengarkan impian-impian para sahabatku. Mereka memiliki impian-impian mulia dan sebagian besar bergerak di bidang pendidikan. Ada yang ingin membuat sekolah bagi orang yang kurang mampu, membuat sebuah beasiswa bagi orang miskin, membuat sekolah alam bagi anak-anak berkemampuan khusus, memiliki murid minimal sejumlah 100.000 orang yang bisa dibagi ilmunya, dan sebagainya. Aku merasa mimpi mereka begitu besar, begitu mulia dan terlebih lagi secara teknis dapat diwujudkan. Sementara itu, mimpiku begitu abstrak.
Mengembangkan teori pengentasan kemiskinan, dan memberantas kemiskinan di seluruh dunia.
Mimpiku mungkin adalah satu-satunya mimpi yang terkesan utopis. Mimpiku adalah mimpi yang sulit dicapai atau bahkan mustahil dicapai karena sampai kiamat sekalipun mimpi tersebut tidak akan dapat dicapai. Tetapi, aku adalah orang yang positif optimis. Itu adalah passion-ku. Semua yang kulakukan hingga saat ini adalah semata-mata untuk impian tersebut. Aku percaya bahwa sebuah visi haruslah sulit untuk dicapai, agar kita tidak pernah berhenti untuk berkarya, sampai akhir hayat kita. Itu adalah prinsipku.
Sungguh aku kagum dengan semangat sahabat-sahabatku. Kalian adalah orang-orang yang luar biasa. Kalian adalah elang-elangku, sementara aku masih albatross yang berlari-lari kecil di tepi karang, berusaha untuk bisa terbang. Aku bangga bisa berada di antara kalian. Suatu hari nanti, aku harap aku bisa terbang bersama kalian di langit luas itu dengan sayap terbentang lebar. Biarkan aku bermimpi saat ini dan berusaha mewujudkannya dengan sepenuh hati.
Live in your fantasy, break it to reality.
Dream On!
Wirapati
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda