Naiklah ke Atas, Untuk Apa?
Roy Wirapati 23 Mei 2011"Naiklah ke atas untuk dapat melihat ke bawah dengan lebih jelas, bukan untuk mengecilkannya"
Kuminta mereka duduk kembali dan kutanya apa arti kalimat di depan. Semuanya tidak ada yang paham. Kemudian aku jelaskan kepada mereka mengapa aku meminta mereka untuk naik ke atas meja. Pada saat seseorang naik ke tempat yang lebih tinggi, misalnya menara, dunia akan serasa berbeda bagi mereka dibandingkan saat menjejakkan kaki di tanah. Cakrawala akan terasa lebih luas dan semua yang berada di sekeliling kita akan menjadi nampak. Pada saat itulah kita dapat menjadi orang yang paling paham di seluruh dunia karena bisa melihat semuanya dengan jelas tanpa harus terhalang pohon atau rumah.
Tapi apa konsekuensinya? Semua akan terlihat menjadi lebih kecil karena jarak kita yang semakin jauh dengan daratan. Kadang saking kecilnya menjadi tidak nampak dengan mata telanjang. Terkadang semuanya malah mengaburkan pandangan kita sehingga kita malah menjadi semakin tak dapat melihat daratan itu.
Menjadi pemimpin adalah sama dengan menaiki menara tersebut.Semakin tinggi posisi kepemimpinan kita, maka kita dapat melihat seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia dengan lebih jelas. Semuanya akan dapat kita amati dan kita selamatkan jika terjadi sesuatu yang dirasa perlu diberikan bantuan. Akan tetapi, semakin tinggi posisi kita, maka akan semakin besar godaan kepada kita untuk mengecilkan semua orang yang berada di bawah kita. Merasa kita adalah yang paling tinggi di dunia yang tidak bisa disentuh oleh semua orang yang berada di bawah kita. Kita bisa dibutakan oleh posisi kita tersebut dan menjadi abai dengan segala sesuatu yang berada di bawah dan terus berambisi untuk naik lebih tinggi tanpa memiliki keinginan untuk melihat ke bawah lagi.
Karena itulah, kita harus naik ke atas untuk melihat ke bawah dengan lebih jelas. Agar kita bisa mengetahui segala permasalahan di negeri ini, di dunia ini dan turut aktif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jikalau kita sudah berada terlalu tinggi hingga semuanya menjadi terlalu kecil, maka sempatkanlah untuk turun ke bawah lagi dan mengamati langsung sebagai seorang pemimpin yang bermasyarakat. Jangan sampai diri kita dibutakan oleh harta dan tahta.
Saat itulah, entah mereka mengerti atau tidak, tiba-tiba kelas riuh dengan tepuk tangan anak-anak yang dipenuhi mata yang berbinar-binar. Mereka pun berteriak kencang,
"Pak, saya ingin memberantas kemiskinan di Indonesia!"
"Saya ingin membuat Indonesia negara nomor 1 di dunia!"
"Saya ingin memberantas korupsi!"
"Kalau saya jadi presiden, nggak akan ada yang kelaparan lagi!"
Mereka sudah lupa dengan angan-angan mobil dan rumah mewah yang sebenarnya mungkin takkan diperoleh oleh presiden mengingat Presiden Soekarno pun tidak hidup bergelimang harta seperti itu. Aku puas dengan jawaban mereka. Dengan ini aku bisa meninggalkan mereka untuk sementara dengan lega. Mereka pasti bisa menulis karangan itu dengan baik, karena mereka adalah murid-murid kebanggaanku.
Nah, kawan-kawan. Pertanyaanku kepada kalian sama dengan pertanyaanku kepada anak-anak ini.
Apa yang akan kalian lakukan jika kalian menjadi Presiden
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda