info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Mempercayai, Lebih Dari Sekedar Mengawasi

Roy Wirapati 22 Desember 2010
Muara Basung, 29 November 2010 Kawan-kawan mungkin pernah mendengar tentang kegagalan pertamaku sebagai guru, di mana seluruh muridku di kelas mendapat nilai yang buruk dalam sebuah ulangan matematika. Aku pernah mengatakan bahwa pada ulangan berikutnya mereka akan kuuji. Hari inilah hari yang ditentukan itu. Aku telah siap dengan soal ulangan perbaikan yang akan kuberikan kepada pada muridku hari ini. Aku masuk ke kelas dengan hati yang tetap untuk menguji mereka. Kuberikan mereka semua soal yang telah kufotokopi kepada masing-masing murid. Kemudian kutatap masing-masing dari mereka dalam-dalam. Aku berkata kepada mereka bahwa aku tidak melarang mereka mencontek, tetapi ingatlah bahwa seluruh rakyat Indonesia saat ini sedang menderita karena para pejabat yang korup dulunya adalah para pencontek yang menghalalkan segala cara. Kukatakan bahwa aku tidak akan memarahi mereka walaupun mereka mencontek. Tetapi, aku percaya bahwa yang di hadapanku ini adalah para penerus bangsa yang dapat diharapkan, yang dapat membimbing Indonesia menuju kesejahteraan sejati, yang tidak akan menghalalkan segala cara untuk memperkaya diri. Aku beritahu kepada mereka semua bahwa aku tidak akan mengawasi mereka ulangan hari ini. Selama 3 jam pelajaran ulangan dijalankan, aku akan berada di ruang guru menunggu mereka melaksanakan ulangan dan mereka bebas mau melakukan apa saja selama ulangan termasuk mencontek. Aku membebaskan mereka semua. Tetapi, dengan tegas kukatakan bahwa aku percaya pada mereka semua. Aku juga katakan pada mereka untuk ingatlah langit impian yang terpampang di belakang kelas mereka. Kemudian aku meninggalkan kelas itu. Tetapi, aku tidak langsung menuju ruang guru. Aku duduk di luar kelas di mana mereka tidak bisa melihatku. Suasana kelas begitu hening sampai aku sendiri merasa heran. Kelas ini setiap kali ulangan selalu ribut sekali dan hari ini mereka begitu tenang dan tidak bersuara seakan menghikmati ulangan yang mereka lakukan. Aku mengintip sedikit dari jendela dan terlihatlah anak-anak yang menatap kertas ulangan dan lembar jawaban mereka dengan khusyuk tanpa melirik ke kiri dan ke kanan dan tidak sedikit pun contekkan hadir di atas meja mereka dan tidak sedikit pun mereka menulis contekkan di tangan mereka untuk dilirk saat kesulitan. Aku heran dengan anak-anak ini. Kemarin mereka bisa mencontek tepat di depan mataku tanpa merasa berdosa sedikit pun. Aku tinggalkan mereka ke ruang guru dan setiap setengah jam sekali aku memantau mereka dan ternyata mereka terus mengerjakannya sendiri  walau beberapa dari mereka yang menempati garda belekang terlihat mengucurkan keringat dingin karena merasa kesulitan tetapi mereka tetap berusaha dengan lembar jawaban mereka. Beberapa dari mereka sempat mencoba melirik tetapi kemudian mereka  tidak jadi melakukannya. Beberapa dari penduduk garda belakang juga beberapa kali menatap kosong ke Langit Impian mereka dan seperti memikirkan sesuatu dan 15-20 menit kemudian mereka kembali dengan lembar jawaban mereka. Hatiku bergetar. Inikah murid-murid yang kemarin membuatku kelelahan karena kenakalan mereka? Inikah murid-muridku yang kemarin berusaha sekeras mungkin untuk mencontek? Inikah mereka yang sempat membuatku kehilangan semangat? Hari ini mereka benar-benar membuat hatiku begitu panas, begitu dipenuhi dengan rasa haru seorang guru karena melihat murid-muridnya berusaha keras dengan usahanya sendiri. Saat itu aku sadar. Mungkin kita para guru telah sering tidak mempercayai mereka dan membebani mereka semua dengan peraturan yang terlalu ketat dan hukuman-hukuman yang mungkin tidak seharusnya diberikan kepada para murid. Mungkin kita sudah terlalu sering meragukan mereka dan menempatkan mereka semua sebagai anak nakal yang perlu dididik. Hari ini aku mendapatkan sebuah pelajaran bahwa mempercayai itu lebih dari sekedar mengawasi. Ketimbang mengawasi mereka dengan keras seperti yang biasa kita lakukan, sebenarnya saat kita memberikan kepercayaan penuh kepada mereka, mereka akan mendapatkan tanggung jawab yang berat dari kepercayaan tersebut. Mereka akan merasa bahwa diri mereka dipercaya sehingga tidak sepantasnya mereka mengkhianati itu dan mengawasi diri mereka sendiri untuk tidak melanggar kepercayaan yang diberikan kepada mereka. Oleh karena itu, aku akan lebih mempercayai muridku. Aku percaya mereka semua adalah pejuang demi impian-impian mereka dan takkan membiarkan impian mereka semua hancur hanya karena mereka mencontek. Mari kita mengurangi ego kita dan lebih mempercayai mereka semua. Sebab, pada saatnya nanti, kita harus meletakkan kepercayaan penuh kepada mereka untuk memegang kekuasaan di negeri ini di masa depan. Jika dari sekarang mereka tidak merasa dipercayai, bagaimana mereka mau menjadi pemimpin-pemimpin besar di negeri ini. Inilah kepercayaanku kepada para murid-muridku.

Cerita Lainnya

Lihat Semua