Langit Impian dan Pesawat Harapan
Roy Wirapati 21 Desember 2010
Muara Basung, 29 November 2010
Saat detik-detik sebelum keberangkatanku menuju Bengkalis, aku menyempatkan diri untuk melihat sebuah benda favoritku di Ruang Matahari asrama Modern Training Center sebelum benda itu dilepas dari tahtanya. Benda itu adalah sebuah representasi dari impian dan harapan para Pengajar Muda yang dituangkan dalam "Tree of Hopes and Dreams". Benda itu berbentuk karton hijau dengan gambar pohon yang sangat besar. Pada pohon tersebutlah kami letakkan daun-daun dan buah-buah yang bertuliskan impian dan harapan kami di masa depan. Aku telah meletakkan impianku di sana, impian yang merupakan visi hidupku sampai mati. Aku selalu tersenyum melihat representasi mimpi kami tersebut di Ruang Matahari.
Saat ini, di hadapanku, aku sedang memperhatikan murid-muridku sedang menulis impian dan harapan mereka di Pesawat Harapan yang kuberikan kepada mereka. Pesawat harapan in hanya sebuah kertas yang kupotong membetuk segitiga dengan sudut lancip dan ekor di bagian alas segitiganya. Pesawat yang kuberikan kepada mereka sengaja kubuat sayapnya tidak seimbang atau ekornya terlalu pendek, pokoknya memiliki kecacatan pribadi yang cukup terlihat. Pesawat harapan ini adalah pengganti dari buah dan daun dari Tree of Hopes and Dreams. Pesawat harapan ini akan diterbangkan di Langit Impian, sebuah karton berwarna biru dengan lukisan matahari di bagian atas.
Aku meminta mereka untuk menulis impian besar mereka. Aku tidak mau mereka menulis impian yang kecil. Aku ingin mereka bermimpi sebesar-besarnya. Tapi, aku jelaskan kepada mereka seperti apa mimpi yang besar itu. Kawan-kawan mungkin akan menganggap bahwa bermimpi menjadi petani adalah impian kecil dan bermimpi menjadi presiden atau menteri adalah impian besar. Aku tidak sepakat dengan hal itu. Bermimpi besar itu bukanlah masalah menjadi apa, tetapi melakukan apa. Bermimpi menjadi petani bisa menjadi impian besar jika pada saat kita menjadi petani, kita bisa menghasilkan berton-ton pangan sehingga mendukung ketahanan pangan dan memperkerjakan ribuan orang sehingga memberantas pengangguran. Menjadi presiden adalah impian kecil jika impiannya hanya menjadi presiden dan kemudian turun jabatan setelah periodenya berakhir. Impian yang besar adalah impian yang memberikan dampak besar saat diwujudkan kepada seluruh umat manusia di sekitar kita. Itulah yang kutanamkan dalam diri mereka.
Kubiarkan mereka merenunginya selama setengah jam dan kemudian mereka dengan mata yang berbinar-binar menuliskan impian masing-masing ke dalam pesawat impian tersebut. Tak terasa semua anak sudah menuliskan impiannya masing-masing. Mereka siap menerbangkannya ke langit impian. Aku minta mereka semua melihat ke luar jendela. Terlihatlah bentangan safir raksasa Bengkalis di langit. Aku minta mereka menilai apa yang kurang dari langit tersebut. Beberapa dari mereka menjawab bahwa langit itu indah, tetapi sepi. Aku puas dengan jawaban itu dan kutanya kepada mereka semua apakah mereka ingin membuatnya menjadi ramai. Kemudian kuminta mereka semua untuk menerbangkan impian masing-masing ke angkasa, warnailah langit tersebut dengan impian-impian kita semua dan teruslah menatap ke atas karena di sanalah kita letakkan impian dan harapan kita, supaya kita tidak menunduk lagi, tetapi berdiri dengan penuh percaya diri untuk melihat hari esok itu.
Akhirnya tiba saatnya untuk menempelkan pesawat-pesawat harapan itu. Mereka dengan riuh berusaha untuk menjadi yang pertama untuk menempelkannya. Tidak ada satupun dari mereka yang malu karena telah bermimpi besar. Mereka awalnya berkata tidak mau bermimpi besar karena mereka nanti dianggap orang gila karena kerjaannya hanya bermimpi. Tetapi, kemudian kukatakan kepada mereka bahwa seorang pemimpi bukanlah orang yang duduk termenung dan berangan-angan akan segala impian dan harapannya. Mereka adalah para pejuang yang menghadapi tantangan hidup demi terwujudnya impian dan harapan mereka yang tidak terbatas. Mereka bukanlah orang gila selama mereka berusaha untuk memperolehnya dan mereka menjadi orang gila jika hanya menunggu nasib mewujudkan impian mereka. Nasih memang tak bisa diubah, tetapi takdir dapat kita bentuk. Jika kita tidak bermimpi besar, buat apa kita bermimpi? Itulah pesanku kepada mereka,
Saat semua pesawat sudah diterbangkan, kami beramai-ramai mencoba membaca tulisan anak-anak tersebut. Betapa terkesimanya aku melihat tulisan-tulisan mereka semua. Aku ingin menjadi guru yang bijaksana dan dicintai oleh masyarakat Indonesia, Aku ingin menjadi tentara yang mengusir semua penjajah demi perdamaian. Aku ingin menjadi dokter yang mampu menyembuhkan penyakit apapun di dunia ini. Aku ingin menjadi pemain sepak bola yang membuat Indonesia jadi juara dunia. Aku ingin menjadi mekanik yang membuat mobil tercepat di dunia. Aku ingin jadi ilmuwan terhebat di dunia. Aku ingin memberantas kebodohan dari dunia ini. Aku ingin belajar hingga ke Amerika sehingga ilmunya dapat kumanfaatkan di Indonesia. Aku ingin mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
Inilah impian-impian polos anak-anak yang mungkin berasal dari lubuk hati mereka yang paling dalam. Impian yang mereka pendam karena mereka takut ditertawai. Tetapi, anak-anak yang di hadapanku kali ini adalah anak-anak yang berani bermimpi dan berani mewujudkannya. Aku meminta mereka untuk menatap pesawat harapan mereka masing-masing saat mereka dalam kesulitan sehingga mereka selalu ingat bahwa menyerah bukanlah pilihan karena mereka punya impian yang selalu mereka pertaruhkan dalam hidup mereka.
Ya Tuhan, tolong peluklah impian dan harapan mereka. Berikan mereka kekuatan dan keberanian untuk mewujudkannya dan keteguhan hati untuk mempertahankannya. Merekalah anak-anak generasi penerus bangsa. Biarkan mutiara-mutiara kecil itu bersinar dan menerangi seluruh nusantara, mewarnai langit biru Indonesia dengan pelangi impian mereka. Inilah doa sederhanaku untuk anak-anakku.
Dream On!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda