Arti Sebuah Kreativitas
Roy Wirapati 20 Desember 2010
Muara Basung, 27 November 2010
Hari Sabtu adalah hari di mana SDN 07 memperoleh keceriaan puncak. Sekolah yang ceria ini menjadi jauh lebih ceria pada hari ini karena Sabtu adalah waktu untuk senam, berolah raga dan pengembangan diri. Hari Sabtu boleh dibilang adalah hari di mana seluruh sekolah bersenang-senang karena tidak ada pelajaran selain ekstrakurikuler/pengembangan diri yang membiarkan seluruh murid dan guru berkreasi dengan bebas tanpa harus direpotkan dengan RPP dan hal lainnya.
Terutama hari ini adalah hari yang sangat menggembirakan. Karena, pada hari inilah, ketujuh ekstrakurikuler (ekskul) yang masih dalam tahap rencana dari SDN 07 Muara Basung akan secara resmi dilancarkan. Ketujuh ekskul tersebut adalah Rebana, Paduan Suara, Seni Musik, Marching Band, Seni Tari, Olah Raga, dan Olimpiade. Aku bersama dua guru lainnya, Bu Mul dan Bu Mimin, ditunjuk sebagai pembimbing dari ekskul Olimpiade. Ekskul Olimpiade merupakan ekskul yang mempersiapkan tim yang akan maju ke Olimpiade Sains dan Matematika Nasional. Ekskul ini terdiri dari kelas 4 sampai kelas 6. Anggota dari ekskul ini adalah murid-murid yang memiliki semangat belajar dan mencari tahu yang sangat tinggi karena memang itulah yang lebih penting dari tim olimpiade dibandingkan kemampuan intelegensia yang tinggi. Sebab, soal olimpiade tidaklah seperti soal ulangan yang bisa dikerjakan dengan mempelajari buku teks berjam-jam. Mereka adalah soal-soal yang bisa dijawab dengan keingintahuan besar untuk terus mengeksplorasi dunia luar ini. Itulah prinsip yang harus dipegang teguh oleh para Gladiators, begitu sebuatanku untuk para anggota Tim Olimpiade SDN 07 Muara Basung.
Hari ini adalah hari pertamaku sebagai pembimbing sekaligus hari terbentuknya tim olimpiade SDN 07 Muara Basung, Gladiators. Nama itu kuberikan karena para gladiators dulu bertarung demi kehormatan dan kejayaan mereka, sama seperti kami semua yang akan bertarung sampai titik darah penghabisan demi kemenangan dan membuktikan keberadaan kami kepada dunia ini. Pada sesi pertama dari para Gladiator ini aku memberikan mereka sebuah eksperimen sederhana yang tidak membutuhkan banyak alat, yaitu membuat "Helikopter Sederhana" dari kertas.
Aku menjelaskan kepada mereka semua sebuah kertas dan pengarahan apa yang harus mereka lakukan dengan kertas itu. Aku sengaja tidak memberi tahu mereka semua tentang apa yang akan mereka buat. Mereka hanya kuperintahkan untuk membuat sebuah persegi yang sisi atasnya dibelah menjadi dua dan sisi bawahnya diperkecil sehingga menjadi ekor berbentuk persegi panjang. Benda ini kemudian akan dilempar dari ketinggian dan akan jatuh dengan baling-baling yang berputar dengan indahnya. Aku biarkan mereka memotong kertas dan melipatnya sesuai instruksi tanpa mengetahui bahwa itu yang akan mereka lakukan sementara itu aku keluar untuk membeli paper clip untuk menjadi pemberat bagi helikopter sederhana itu. 15 menit kemudian aku sudah kembali ke kelas dan sebuah kejutan sudah menantiku.
Mereka tidak hanya menebak apa yang akan mereka buat, yaitu sebuah helikopter mainan, tetapi bahkan mereka sudah mengembangkannya menjadi helikopter yang lebih canggih dari yang aku tulis di papan tulis. Mereke melipat, memotong dan memperbaharui segala bentuk helikopter tersebut sehingga kekuatan putaran dan ketahanan di udaranya lebih kuat. Ada yang membuat dengan bentuk aerodinamis walaupun mereka tidak tahu bahwa itu adalah bentuk yang aerodinamis yang mengalirkan udara ke sisi-sisi pesawat dengan bentuknya yang seperti mengikuti arah angin sehingga mempercepat perputaran baling-balingnya sekaligus kecepatan jatuhnya yang persis pesawat concorde baik dari segi bentuk dan kecepatan. Ada juga yang membetuknya seperti sebuah bor yang jika dijatuhkan masih berputar sekitar 2-3 detik setelah menyentuh tanah seperti sebuah gasing dari kertas.
Aku benar-benar takjub dan tidak bisa berkata banyak selain berteriak penuh kekaguman kepada mereka semua. Aku ingat dulu aku dan kawan-kawanku sesama Pengajar Muda pernah membuat benda ini dan mengembangkannya sesuai dengan imajinasi kami dan kami dulu pernah membanggakan hasil karya kami satu sama lain. Tapi, ketahuilah kawan-kawanku yang sekarang berada di seantero Indonesia, tidak ada satupun buatan kita yang melampaui buatan mereka semua. Mereka bahkan memikirkan sesuatu yang tidak kita pikirkan. Inilah kreativitas autentik dari anak-anak, kreativitas yang tidak akan pernah terlihat jika mereka hanya belajar dari buku teks yang sangat kaku sehingga menghancurkan kreativitas mereka menjadi sebuah robot yang memiliki pengetahuan saja.
Hari ini aku belajar tentang arti sebuah kreativitas dari anak-anak didikku. Kreativitas bukanlah sebuah kemampuan untuk berkreasi, bukanlah sekedar kemampuan untuk menciptakan. Kreativitas adalah sebuah keinginan untuk mengeksplorasi, sebuah semangat untuk mencari tahu dan menggali sebuah misteri tanpa keinginan untuk berhenti begitu saja. Inovasi dan kreasi akan berhenti, tetapi kreativitas tidak akan berhenti selama semangat untuk menguak kebenaran dari alam semesta tidak terpatahkan. Anak-anak ini telah menunjukkan kepadaku bahwa kreativitas bukanlah organisasi dari otak saja, tetapi juga hati. Senyum dan sinar mata mereka menunukkan sebuah pancaran kreativitas yang tiada akhir untuk terus mencari tahu bentuk paling sempurna yang dapat mereka temukan.
Singkat kata, kreativitas bukanlah sebuah hasil, sebuah penemuan, melainkan sebuah proses untuk mencari. Kita tidak boleh menghancurkan kreativitas autentik anak-anak dengan menjadi Result Oriented. Anak-anak adalah pribadi yang mementingkan proses, karena itu akan mengembangkan kreativitasnya tanpa batas. Itulah yang sebaiknya pendidikan bawa kepada murid-murid dibandingkan sebuah Result Oriented yang diperoleh dari buku teks yang menghancurkan kreativitas mereka.
Aku tidak bisa berhenti tersenyum melihat mereka semua yang tidak berhenti-hentinya mencari tahu. Aku bisa melihat di mata mereka, bahwa merekalah Einstein dan Edison masa depan. Merekalah bibit-bibit dari Bill Gates dan Steve Jobs Indonesia. Merekalah Habibie-Habibie kecil yang suatu hari nanti akan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bukanlah negara yang hanya bisa membeli teknologi saja.
Aku percaya itu, dan aku akan berusaha untuk mewujudkannya.
Dream On!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda