Melepas Rindu
Roy Wirapati 2 November 2010
Minggu, 24 Oktober 2010
Setelah minggu lalu hari libur kami direnggut untuk sesi HSE, akhirnya minggu ini kami kembali memperoleh hari libur kami. Tetapi, lagi-lagi hari minggu kami ini cukup tersita oleh tugas-tugas yang menumpuk. Mulai senin besok kami akan memulai praktek mengajar di sekolah-sekolah dasar di sekitar asrama kami. Karena itu, kami harus menyiapkan bertumpuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk praktek mengajar ini, ditambah dengan tugas jurnal mingguan yang cukup merepotkan dan tugas angkatan untuk membuat RPP dari kelas 1 sampai kelas 6. Untuk hari ini aku memprioritaskan tugas jurnal mingguan terlebih dahulu.
Pagi hari yang cerah ini kami habiskan untuk melakukan olah raga bersama seperti biasa. Tetapi, olah raga hari ini agak berbeda dengan biasanya. Biasanya kami melakukan lari keliling atau angkut beban (beban di sini adalah teman kami sendiri yang harus kami gendong keliling lapangan) mengelilingi lapangan. Khusus hari ini, kami melakukan angkut beban dari asrama ke balai desa yang sedang dibangun tempat kami melakukan kerja bakti minggu lalu. Tempat ini tidak jauh dari asrama kami. Hanya sekitar 200 meter saja. Tetapi ada satu tantangan kecil dari medan yang akan kami lalui ini. Yaitu adalah jalanannya yang menanjak.
Alhasil, kami harus mengangkut teman kami di jalanan menjak yang memberatkan tersebut. Kali ini aku sekelompok dengan sahabat-sahabatku, Rangga dan Adhi “D’Brodjolz”. Giliran yang digendong pertama kali adalah Adhi. Baru saja dia diangkut, beratnya sudah overwhelming sekali. Padahal orang ini beratnya hanya sekitar 70 kg tetapi mengapa rasanya seperti menggendong orang berbobot 100 kg. Tampaknya massa jenis dari orang ini terkonsentrasi di bagian pantat dan paha yang merupakan poros beban dalam olah raga ini. Sehingga beratnya terasa berlipat ganda.
Akhirnya dimulailah pengangkutan Adhi di jalan menanjak itu. Rasanya benar-benar berat. Keringat bercucuran dan tangan sudah terasa seperti kebas dan mati rasa. Perjuangan berat itu pun membawa kami sampai ke tujuan. Tetapi, tugas kami belum selesai karena Adhi harus diangkut kembali ke asrama. Aku merasa sedikit tenang karena jalanannya menurun saat kembali yang menurutku seharusnya lebih ringan. Menurutku... Ternyata pendapatku itu salah besar. Baru saja aku menginjakkan langkah ke turunan tersebut, beban Adhi semakin menekan ke bagian depan tubuhku. Tubuhku serasa menjadi lebih berat beberapa kali lipat, termasuk tubuh Adhi yang kuangkut. Ternyata aku baru sadar bahwa pada saat menurun, kita juga harus mengurangi kecepatan berjalan kita agar tidak jatuh dan hal itulah yang membuatnya menjadi jauh lebih berat. Dengan penuh perjuangan akhirnya berhasil aku selesaikan olah raga ini.
Tantangan berikutnya adalah menyelesaikan jurnal mingguan sebelum aku bisa melakukan plesir. Jurnal mingguan ini sebetulnya memiliki aturan berkisar antara 500-1000 kata. Tetapi, aku merasa bahwa banyak sekali yang ingin aku ceritakan pada jurnal ini. Sehingga, aku sudah menetapkan hati untuk menulis semaksimal mungkin yang dapat aku tulis sesuai dengan semua cerita yang ingin kutumpahkan pada jurnal ini. Dengan perjuangan panjang selama 3 jam, akhirnya kuperoleh 4079 kata untuk jurnal mingguanku ini. Aku merasa bahwa kegiatan ini akan menghabiskan banyak waktu kalau aku tetap menulisnya secara mingguan seperti ini. Oleh karena itu, kuputuskan untuk membuat jurnal ini secara harian mulai senin besok agar aku bisa menyimpan waktu lebih banyak untuk kegiatan lain.
Kegiatan plesir ini kuisi dengan melepas rindu. Aku telah 2 bulan tidak menyentuh indomie semenjak aku mendapat pengumuman menjadi Pengajar Muda (PM). Aku sudah bertekad keras bahwa hari ini akan kumanfaatkan kesempatan ini untuk menikmatinya. Akhirnya aku bersama dengan para sahabatku, Wildan, Nene, Asril dan Atika membeli indomie di sebuah warung dekat asramaku. Aku membeli indomie goreng double dengan bakso, bakwan dan ekstra bawang goreng dan cabe rawit yang membuat indomie ini menjadi super spesial. Pada saat kusantap, aku benar-benar merasakan kenikmatan duniawi. MSG indomie itu begitu lumer di mulutku yang memberikan rasa gurih yang luar biasa. Boleh dibilang ini adalah indomie terenak dalam hidupku.
Hari minggu memang hari untuk melepas rindu seperti rindu kepada indomie. Di hari ini juga, aku melepas rindu kepada Starbucks di mana aku beli minuman favoritku, yaitu Green Tea Latte. Walaupun sebetulnya aku bukan orang yang memiliki gaya hidup untuk ke Starbucks (karena tidak cukup uang untuk sering-sering ke tempat ini), tetapi setidaknya aku tidak akan bertemu dengan tempat ini untuk beberapa waktu, approximately 1 year. Setelah itu, aku bersama dengan pasukanku tadi ditambah Dika dan Tika, menikmati Sensasi Delight dan beraneka ragam pasta di Pizza Hut.
Ya Allah, ampunilah hedonismeku hari ini. Tetapi, setidaknya aku butuh melepas rinduku dengan benda-benda ini sebelum keberangkatanku. Semoga Engkau memaklumiku.
Smile Eternally,
Wirapati
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda