info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

GTR: Great Teacher Roy

Roy Wirapati 2 November 2010
Senin, 25 Oktober 2010 Hari yang cukup ditakuti itu pun tiba. Hari ini adalah hari pertama kami melakukan praktek mengajar. Pada hari ini, kami akan benar-benar mengajar dalam arti sesungguhnya. Ya! Karena yang kami ajari hari ini adalah siswa SD sungguhan, bukan pemuda-pemuda berata-rata usia 22-24 tahun yang berakting sebagai anak-anak hiperaktif yang sangat susah diatur. Hal ini cukup membuatku gentar. Tetapi, kemudian aku mengingat kembali sebuah komik/anime/dorama Jepang yang berjudul GTO: Great Teacher Onizuka. Film ini mengisahkan tentang seorang guru yang memiliki latar belakang sebagai berandalan dan tidak memiliki latar belakang seorang guru sekaligus pendidikan yang cukup untuk kualifikasi seorang guru. Tetapi, guru ini memiliki caranya sendiri untuk mengajar dan berhasil menaklukkan kelas yang terdiri dari anak-anak nakal dan menjadikan mereka semua mencintai dirinya. Aku jadi teringat bahwa aku sangat ingin menjadi guru seperti GTO; being fun and original. Cara-cara yang digunakan oleh GTO dalam cerita tersebut merupakan cara-cara yang tidak akan digunakan oleh guru lainnya. Tetapi, ternyata cara tersebut sangatlah ampuh. Memang ini adalah sebuah fiksi, tetapi kita bisa meniru orisinalitasnya dalam mengajar dan memecahkan masalah. Jangan pernah terpaku pada teori dan pengalaman masa lampau. Sebagai guru aku harus bisa terus menjadi autentik dan dinamis. Itu adalah impianku sebagai seorang guru. To become GTR: Great Teacher Roy!!! Karena itulah, walaupun sangat mengantuk, malam sebelumnya aku tetap mengerjakan RPP-ku dengan serius. Aku terus merencanakan pembelajaran untuk hari ini hingga jam setengah tiga pagi. Di tengah kantuk dan lelah aku terus mensimulasikan dan menvisualisasikan RPP-ku tersebut dalam benakku. Pada jam setengah tiga pagi itulah di mana aku merasa RPP ini sudah cukup kuat. Dengan penuh keyakinan, aku pun pergi ke SDN Cikereteg 03, menantang nasib yang mungkin akan menolakku dalam waktu kurang dari 5 detik. Aku akan mengajar Bahasa Indonesia kelas 5 SD mengenai “Percakapan”. Aku ingat bahwa aku sudah pernah masuk ke kelas ini dan pada waktu dulu aku mengobservasi kelas ini, aku merasa kelas ini merupakan salah satu kelas yang paling ribut dan rusuh yang pernah kumasuki. Aku kembali gentar, sampai aku ingat kembali bahwa GTO memegang kelas dengan isi anak-anak ternakal di sekolah tersebut. Keberanianku timbul kembali. Dengan penuh percaya diri, kumasuki ruang kelas itu. Kelas kumulai dengan bernyanyi tentang aturan-aturan di kelas itu. Jari jempol menunjukkan “Jangan Ngobrol”, Jari Telunjuk menunjukkan “Jangan Ngantuk”, Jari Tengah menunjukkan “Jangan Lengah”, Jari Manis menunjukkan “Jangan Nangis” dan Jari Kelingking menunjukkan “Jangan Pusing”. Itulah aturan dasar dari kelasku yang kusampaikan dengan lagu. Terima kasih kepada Pak Rodi dari Kwartir Pramuka atas masukannya berupa lagu ini. Kemudian, kelas kumulai. Aku lebih banyak menggunakan aktivitas fisik untuk kelas ini. Siswa kusuruh maju ke depan dan membacakan sebuah naskah percakapan, kemudian kujelaskan mengenai ekspresi, bahwa saat berbicara kita perlu memperhatikan ekspresi. Ada sebuah aktivitas yang kupelajari dari DDI. Para siswa kubagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama akan menceritakan pengalaman menyenangkan dan kelompok kedua akan bersifat acuh tak acuh. Sebaliknya, kelompok kedua akan menceritakan cerita sedih dan kelompok pertama akan bereaksi dengan tertawa-tawa. Dengan demikian, mereka akan merasakan bahwa dalam bercakap-cakap dengan seseorang, kita harus bisa memberikan ekspresi dan kata-kata yang tepat. Secara umum, kegiatan belajar mengajar hari ini sangat aman dan terkendali. Siswa dari kelas yang sangat hiperaktif ini ternyata bisa kukendalikan dan mereka semua sangat penurut dengan diriku. Aku tidak menyangka bahwa hal ini bisa terjadi. Kepercayaan diriku tumbuh pesat. Aku bisa menjadi GTR! Aku bisa! Malamnya, aku membuat RPP dengan penuh niat tetapi aku tidak lagi melakukan visualisasi berulang terhadap RPP-ku. Aku merasa yakin dengan RPP-ku karena kali ini kubuat dengan lebih rapih dibandingkan kemarin. Keberhasilanku menjadi GTR kemarin membuatku menjadi sangat yakin dengan kemampuanku. Tapi, ternyata pepatah Melayu Bengkalis itu benar adanya: Jangan Takabur. Ternyata aku hanya bisa menunggu hingga pembalasan bagiku tiba. Soon, very soon... Smile Eternally, Wirapati

Cerita Lainnya

Lihat Semua