Herman Uwo dan Roti Kesukaan
Roy Wirapati 15 Desember 2010
Muara Basung, 19 November 2010
SD 07 Muara Basung memiliki sebuah peraturan yang sangat ketat bagi Dewan Guru. Kami semua harus membuat RPP bersama hingga jam 1 siang. Hal ini menyebabkanku harus makan siang sangat terlambat karena kemungkinan aku baru dapat melakukan makan siang pada pukul dua siang. Pada hari ini aku kebetulan tidak sempat makan pagi karena rutinitasku untuk membersihkan masjid setiap Jumat pagi. Akibatnya aku merasa sangat kelaparan pada siang harinya. Mataku sangat berkunang-kunang karena tidak makan dalam waktu 18 jam dengan rutinitas yang cukup berat ditambah teriknya matahari yang menyengat kulit.
Pada saat inilah pertama kalinya aku berkunjung ke sebuah warung yang letaknya bersebelahan dengan sekolahku. Pemiliknya adalah seorang pria Sakai berusia setengah baya bernama Herman, yang biasa dipanggil dengan sebutan Herman Uwo. Uwo adalah bahasa lokal milik suku Sakai untuk Pak Cik atau Paman. Herman Uwo memiliki tubuh yang kekar dan tinggi dengan wajah Suku Sakai yang sangat kental. Kepalanya botak dan memelihara kumis dan janggut yang melingkari bibirnya.
Di warung Herman Uwo inilah aku akhirnya memutuskan untuk membeli sekedar makanan untuk mengisi perutku yang sangat kosong ini. Akhirnya aku menemukan sebuah roti berukuran cukup besar yang berharga Rp3.500,- yang berisi susu. Dengan kelaparan, kubeli roti tersebut dan ternyata aku merasa seperti hidup kembali. Aku ingat kisah kawanku yang sekarang berada di desa Pinggir, Agus, tentang bagaimana dia jatuh cinta pada California Fried Chicken (CFC) lebih dari McDonald atau KFC yang umumnya digandrungi anak muda karena dia pernah memakannya dalam kondisi sangat lapar. Hal yang sama terjadi padaku. Aku benar-benar jatuh cinta pada roti yang bahkan mereknya saja tidak kuketahui. Karena berkat roti ini aku yang sudah hampir pingsan ini terselamatkan.
Sembari makan aku berbicara banyak hal dengan Bang Herman. Orang ini adalah orang yang sangat ramah walaupun memiliki latar belakang yang cukup keras. Dia banyak bercerita tentang Suku Sakai yang memang aku sangat tertarik. Kisah-kisahnya begitu spektakuler dan aku begitu nyaman berkisah bersamanya. Aku sangat menyukai warung ini karena ada sebuah kehangatan tersendiri dari sang pemilik warung yang ramah ini.
Begitulah kisahnya mengenai warung yang selalu kudatangi setiap hari baik dalam keadaan lapar maupun tidak untuk sekedar membeli roti kesukaanku tersebut ditambah Okky Jelly Drink yang segar sembari berkelakar bersama dengan Bang Herman. Inilah salah satu yang kusuka dari Desa Muara
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda