Dari BODOH Menjadi BISA
Roy Wirapati 21 Oktober 2011Pangkalan Nyirih, 15 April 2011
Seperti Tim Inti OSN, tim OSK pun berlatih setiap hari setelah mereka pulang MDA di sore hari. Mereka selalu menggunakan ikat kepala BODOH yang kuberikan kepada mereka tanpa ragu. Selain demi mimpi ke Jakarta, mereka juga bekerja keras agar bisa menghapuskan tulisan BODOH di dahi mereka itu. Kurniawan yang baru saja mengalami kenyataan pahit karena kalah OSN tanpa mencoba sama sekali dengan setia menemani teman-temannya berlatih. Tujuannya adalah membuktikan bahwa teman-temannya bisa menaklukkan OSK dan pergi ke Jakarta dengan membawa nama SDN 28 Pqngkalan Nyirih yang ia banggakan.
Latihan yang kami lakukan sangat beragam. Mulai dari mendalami teori secara tertulis, membaca buku-buku sains dan komik kuark, melakukan percobaan, menjawab latihan soal dan tanya-jawab bebas. Anak-anak sangat menyukai sesi percobaan dan tanya-jawab bebas. Sebab, dalam kedua sesi ini mereka bsa berekspresi dengan bebas.
Dalam sesi tanya-jawab, aku membebaskan mereka bertanya apapun kepadaku tentang sains, mulai dari yang berhubungan dengan OSK sampai apapun misteri dunia ini yang ingin mereka ketahui. Kiranto paling senang bertanya tentang dinosaurus dari ekosistemnya sampai bagaimana mereka punah, Rizky, Fajri, dan Rohidi banyak bertanya tentang mesin-mesin karena kesukaan mereka pada Honda, istilah lokal untuk sepeda motor. Sabariah senang bertanya tentang tumbuhan. Sementara Kurniawan yang bukan anggota tim banyak bertanya tentang misteri alam yang sangat mrnambah pengetahuan mereka semua seperti "Kenapa langit berwarna biru", "Kenapa daun berwarna hijau?", dll. Pertanyaan-pertanyaan mereka ditambah pertanyaan kritis dari Kurniawan membuat sesi ini menjadi sangat menarik
Sementara itu, Sabariah sebagai satu-satunya kelas 6 harus membagi waktunya dengan latihan UASBN dan Ujian Praktik lainnya. Akan tetapi, ia tetap rajin datang ke latihan seperti adik-adik kelasnya yang lain. Secara umum, semua anak menjadi lebih rajin belajar dari biasanya.
Tak terasa minggu berganti minggu, kami terus berlatih setiap hari, dan tiba2 besok sudah hari pertandingan. Saat itu aku kumpulkan mereka semua di kelas bersama-sama. Aku pun bertanya pada mereka,"Sudahkah kalian bisa menganggap diri kalian pintar setelah seminggu ini berlatih?"
Tidak tahu, pak," jawab mereka polos.
"Kemarilah, akan Bapak tunjukkan sesuatu," kataku mengajak mereka mendekat. Lalu aku keluarkan barang bawaanku. Di meja kupaparkan 6 buah lilin. Kuminta mereka semua membakar lilin itu dan menegakkannya di atas meja. Dalam sekejap 6 lilin sudah berdiri tegak dengan api kecil menari-nari di atasnya.
"Lepaskan ikat kepala kalian, dan bakarlah! Hancurkan tulisan BODOH diahi kalian!" perintahku pada mereka.
Semua anak dengan bingung melepaskan ikat kepala mereka yang menunjukkan kelemahan yang dipandan orang pada mereka. Semuanya mencoba membakar ikat kepala masing-masing. 10 menit berlalu dan ternyata belum ada satupun ikat kepala yang sudah terbakar habis. Tulisan BODOHnya saja belum kena. Tetapi, anak-anak ini tidak menyerah. Mereka terus membakarnya sampai habis. Tak terasa setengah jam sudah berlalu saat ikat kepala itu habis terbakar.
"Sudah siap pak!" seru mereka. Siap dalam bahasa lokal artinya adalah selesai.
"Sudah siap? Baiklah! Mudahkah membakarnya anak-anak?" tanyaku pada mereka.
"Sulit betul, pak!" jawab mereka.
"Sama seperti tulisan BODoH di dahi kita. Sangat sulit dihapus. Sangat sulit menghilangkannya tulisan yang sudah lama melekat pada dahi kita. Karena itulah, ingatlah bahwa kalian tidak bisa menjadi pintar hanya dalam semalam. Berusahalah setiap hari tanpa henti."
Kemudian kukeluarkan barang bawaan lainku dari tasku. Sebuah ikat kepala bertuliskan "AKU BISA!".
"Perjuangan kalian beberapa minggu ini telah membawa kalian pada tahap baru. Kalian tidak lagi BODOH. Kalian telah membakar tulisan itu. Bukan ikat kepalanya, selama ini kalian telah memanaskan krpala kalian dengan belajar dan menunjukkan pada semua bahwa kalian serius, bahwa kalian bisa.Usaha kalian telah membakar tulisan itu. Kalian tidak lagi BODOH, kalian BISA! Maka sekarang, berbanggalah dan katakan pada semua bahwa 'AKU BISA!'."
Anak-anak dengan bangga menerima ikat kepala yang bertuliskan nama mereka masing-masing, seperti Arthur yang menerima Excalibur dari Dewi Danau. Mereka sekarang adalah anak-anak yang bisa, bukan pintar. Pintar tetapi tidak bisa itu percuma. Kalah atau menang nantinya, anak-anak ini tetaplah anak-anak yang bisa.
Besok adalah pertandingan semifinal. Saatnya membuat keajaiban.
Jangan berhenti melangkah...
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda