Sumpah Pemuda, Lebih dari Sekadar Peringatan

Riswanda Imawan 1 November 2024

Pada 28 Oktober 2024, meski tidak ada upacara seremonial, peringatan Sumpah Pemuda di SDN 17 Matan berlangsung dengan cara yang berbeda. Kegiatan yang biasanya dilakukan dengan upacara bendera, kali ini diganti dengan pendekatan yang lebih interaktif dan edukatif, melibatkan para siswa kelas VI yang aktif berpartisipasi sekaligus belajar tentang sejarah Indonesia melalui momen Sumpah Pemuda.

Dalam suasana penuh antusiasme, siswa kelas VI diajak untuk menggali kembali esensi Sumpah Pemuda sebagai landasan persatuan bangsa. Walaupun sederhana, kegiatan ini menghadirkan refleksi yang jauh melampaui rutinitas tahunan, membangun kesadaran akan pentingnya persatuan dan tanggung jawab generasi muda terhadap masa depan Indonesia.

Sebagai guru, saya menyadari bahwa menyampaikan sejarah kepada anak-anak bukanlah perkara mudah. Oleh sebab itu, materi tentang Sumpah Pemuda dirancang dengan matang jauh-jauh hari. Saya ingin memastikan bahwa peringatan ini bukan sekadar momen seremonial, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran. Materi yang saya angkat meliputi sejarah peristiwa Sumpah Pemuda, peran tokoh-tokoh kunci seperti Soegondo Djojopoespito dan Muhammad Yamin, hingga bunyi teks yang menjadi fondasi persatuan bangsa. Tidak berhenti di situ, saya juga mengajak siswa untuk memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Sumpah Pemuda dan bagaimana mereka dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk meningkatkan keterlibatan siswa, saya membagi mereka ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan menggunakan nama tokoh yang terlibat dalam peristiwa itu seperti W.R Supratman, Johannes Leimena, dan Muhammad Yamin. Masing-masing kelompok diberikan tanggung jawab untuk mendalami materi tertentu, seperti tokoh sejarah, makna Sumpah Pemuda, dan relevansinya dengan masa kini melalui kegiatan sehari-hari. Hasil diskusi kelompok ini kemudian diwujudkan dalam bentuk poster yang memadukan kreativitas dan wawasan mereka. Poster-poster tersebut tidak hanya menampilkan teks Sumpah Pemuda, tetapi juga dihiasi dengan ilustrasi, kutipan inspiratif, dan refleksi siswa tentang pentingnya persatuan. Proses ini tidak hanya mengasah pengetahuan sejarah mereka, tetapi juga melatih kemampuan berpikir kritis, kerja sama, dan kreativitas.

Salah satu momen paling berkesan adalah ketika siswa mempresentasikan hasil karya mereka. Dengan kondisi malu-malu, mereka menjelaskan poster masing-masing di hadapan teman-teman mereka. Beberapa siswa bahkan meminta waktu tambahan untuk menyempurnakan karya mereka, menunjukkan betapa serius dan antusiasnya mereka dalam mengikuti kegiatan ini, saya sendiri juga tidak menyangka akan seantusias ini. "Pak kamek belum selesai, mau kamek hias gi" ujar Nesi, ia masuk dalam kelompo Johannes Leimena. Antusiasme ini mencerminkan betapa besar rasa bangga mereka terhadap sejarah bangsa.

Kegiatan ini menjadi momentum refleksi atas 96 tahun perjalanan Sumpah Pemuda. Meskipun sederhana dan tidak dirayakan dengan upacara formal karena bertepatan dengan pelaksanaan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer), nilai-nilai yang disampaikan dalam kegiatan ini tetap bisa dilakukan di kelas-kelas kecil kami.

“Pak, bile belajar gik?, kamek mau tau tentang pahlawan-pahlawan Indonesia” tanya Eji, salah satu muridku di kelas VI yang sejak awal antusias dan serius mendengarkan teman-temannya presentasi.

Peringatan Sumpah Pemuda di SDN 17 Matan menjadi momen istimewa yang bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai pengetahuan, kreativitas, dan tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa.


Cerita Lainnya

Lihat Semua